Setelah KTT G20, Akankah Perang Dagang AS-China Usai?
Bernhart Farras & Wangi Sinintya, CNBC Indonesia
26 November 2018 20:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 akan berlangsung di Buenos Aires, Argentina, 30 November hingga 1 Desember 2018. Salah satu harapan yang mengemuka jauh sebelum pertemuan digelar adalah meredanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Maklum, di sela-sela pertemuan, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan bertemu. Kendati demikian, harapan itu dinilai tidak akan terwujud.
"Perang dagang AS dan China kemungkinan akan berlanjut dan bakal menimbulkan masalah bagi pasar setelah KTT G20," ujar ekonom Indosuez Wealth Management Marie Owens Thomsen dilansir CNBC International, Senin (26/11/2018).
Salah satu alasan Thomsen adalah Kongres AS telah memberikan otoritas kepada Presiden bernegosiasi tanpa perlu restu kongres. Sementara belum ada tanda-tanda Trump bakal mengakhiri perang dagang.
"Saya pikir bahwa kemungkinan besar perdagangan akan terus menjadi salah satu "kuda perang" favorit pemerintahan ini," kata Thomsen.
Perang dagang antara AS dan China berawal dari keluhan Trump atas praktik perdagangan China yang dinilai tidak adil. Pemerintahan Trump lantas memberlakukan bea masuk 10% atas barang China senilai US$200 miliar (Rp 2.891 triliun) pada September 2018.
China lantas membalas kebijakan AS dengan mengenakan pajak atas produk-produk AS senilai US$60 miliar. Kebijakan bea masuk AS akan meningkat menjadi 25% pada awal 2019. Trump juga mengancam akan mengenakan bea masuk lagi senilai US$267 miliar jika Beijing tidak mematuhi tuntutannya.
[Gambas:Video CNBC]
Ekonom Sumitomo Mitsui Asset Management Masayuki Kichikawa mengatakan, apabila tidak ada perubahan dramatis pada pertemuan G20 akhir pekan nanti, maka fokus pasar akan beralih ke The Fed.
"Bagaimana The Fed akan menghadapi situasi saat ini," kata Kichikawa dilansir Reuters. "Sudah ada beberapa komentar dovish dari The Fed baru-baru ini. Selagi itu akan mendukung aset berisiko, itu bisa menyebabkan perbaikan dalam dolar AS yang menjadi semakin kuat," lanjutnya.
(miq/miq) Next Article Biden Tiba-Tiba Kecam China, Gegara Perang Dagang Lagi?
Maklum, di sela-sela pertemuan, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan bertemu. Kendati demikian, harapan itu dinilai tidak akan terwujud.
"Perang dagang AS dan China kemungkinan akan berlanjut dan bakal menimbulkan masalah bagi pasar setelah KTT G20," ujar ekonom Indosuez Wealth Management Marie Owens Thomsen dilansir CNBC International, Senin (26/11/2018).
Salah satu alasan Thomsen adalah Kongres AS telah memberikan otoritas kepada Presiden bernegosiasi tanpa perlu restu kongres. Sementara belum ada tanda-tanda Trump bakal mengakhiri perang dagang.
"Saya pikir bahwa kemungkinan besar perdagangan akan terus menjadi salah satu "kuda perang" favorit pemerintahan ini," kata Thomsen.
![]() |
Perang dagang antara AS dan China berawal dari keluhan Trump atas praktik perdagangan China yang dinilai tidak adil. Pemerintahan Trump lantas memberlakukan bea masuk 10% atas barang China senilai US$200 miliar (Rp 2.891 triliun) pada September 2018.
China lantas membalas kebijakan AS dengan mengenakan pajak atas produk-produk AS senilai US$60 miliar. Kebijakan bea masuk AS akan meningkat menjadi 25% pada awal 2019. Trump juga mengancam akan mengenakan bea masuk lagi senilai US$267 miliar jika Beijing tidak mematuhi tuntutannya.
[Gambas:Video CNBC]
Ekonom Sumitomo Mitsui Asset Management Masayuki Kichikawa mengatakan, apabila tidak ada perubahan dramatis pada pertemuan G20 akhir pekan nanti, maka fokus pasar akan beralih ke The Fed.
"Bagaimana The Fed akan menghadapi situasi saat ini," kata Kichikawa dilansir Reuters. "Sudah ada beberapa komentar dovish dari The Fed baru-baru ini. Selagi itu akan mendukung aset berisiko, itu bisa menyebabkan perbaikan dalam dolar AS yang menjadi semakin kuat," lanjutnya.
(miq/miq) Next Article Biden Tiba-Tiba Kecam China, Gegara Perang Dagang Lagi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular