B20 Jalan Tapi Impor Solar Masih Tinggi, Ada Spekulan?

Rivi Satrianegara & Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
16 November 2018 18:47
Diduga ada spekulan yang bikin kebijakan B20 tak efektif
Foto: Peluncuran Mandatori B20 di Lapangan Kementerian Keuangan, Jumat (31/8/2018) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia- Sejak diterapkan 1 September 2018, kebijakan B20 dinilai belum cukup efektif. Hal tersebut dikemukakan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Bendahara negara menyebut, impor solar baik dari sisi volume maupun devisa yang berasal dari PT Pertamina belum menunjukkan penurunan yang signifikkan. Dari data monitoring impor solar kementerian disimpulkan bahwa devisa impor solar rata-rata harian meningkat sedangkan volume menurun pasca-kebijakan B20, hingga 13 November 2018. 



Volume impor, menurun secara harian sebesar 7,5% dibanding impor solar rata-rata harian per 1 Januari hingga 31 Agustus 2018, atau sebelum kebijakan B20 benar-benar diterapkan. 

Dari sisi devisa impor bensin, masih ada kenaikan 4,7%. Untuk bensin jenis solar sejak 1 September hingga 13 November, rata-rata per harinya US$ 15,2 juta. 

Kementerian juga mencatat peningkatan impor solar sebanyak 13,8% secara YoY, dan volume impor terbesar masih dari Pertamina yang tumbuh 60,72%. 

Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Edy Putra Irawadi bahkan sampai menduga, ada spekulan yang bermain dalam kebijakan tersebut.

"Ini dugaan. Ada kebijakan B20, kenapa tinggi impor solar. Ini yang masih diteliti. [...] Hukum ekonomi kalau ada kebijakan yang mengurangi pasti ada spekulan," kaya Edy kepada CNBC Indonesia, Jumat (16/11/2018).

Dugaan soal adanya spekulan ini juga diungkap oleh Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia Parulian Tumanggor. Ia memaparkan bahwa sempat berdiskusi dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan soal B20, "Ada satu keanehan, kok impor migasnya naik terus? Sudah B20 kok impor migas naik harusnya turun 20% ada apa?," ceritanya.

Saat diskusi dengan Menteri Jonan itu, Tumanggor melanjutkan, Jonan mengatakan dengan mengurangi impor 20% pasti akan ada pihak-pihak yang dirugukan. "Kalau tambah naik jadi B30, tambah lagi yang dirugikan. Pak Darmin (Menko) setelah dengar laporan itu, naik impor bahkan ada lagi mau ekspor cukup besar dia kesal. Karena ternyata defisit kita melebar," tuturnya.


(gus) Next Article Konsumsi B30 untuk Pembangkit PLN Terus Meningkat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular