Internasional
AS Bantah Rencana Bea Impor untuk China Ditunda
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
16 November 2018 11:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Negosiator dagang Amerika Serikat (AS) untuk Gedung Putih membantah telah mengatakan kepada pengusaha bahwa bea impor yang direncanakan AS ditunda.
Financial Times (FT) melaporkan, Kamis (15/11/18), dengan mengutip beberapa sumber bahwa Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer telah mengatakan kepada beberapa pelaku bisnis bahwa tarif impor berikutnya terhadap China ditunda.
Saham Caterpillar, perusahaan besar AS yang telah merasakan dampak buruk pengenaan bea masuk, naik lebih dari 4% menyusul kabar tersebut.
Tetapi kemudian di sore hari, kantor Lighthizer mengatakan kepada CNBC International, "Lighthizer tidak membuat pernyataan kepada para pelaku bisnis bahwa tarif Section 301 di masa mendatang ditunda."
Pernyataan itu mengatakan rencana bea impor yang ditetapkan di September "belum berubah sama sekali. Semua kabar yang menyatakan hal sebaliknya tidak benar," dilansir dari CNBC International.
AS telah menetapkan 10% tarif pada barang-barang China senilai lebih dari US$200 miliar (Rp 2.911 triliun) dan akan naik menjadi 25% tahun depan. Presiden Donald Trump juga mengancam akan mengenakan bea impor terhadap barang China lainnya senilai US$267 miliar dalam upaya untuk membawa China ke meja negosiasi.
Trump dan Presiden China Xi Jinping seharusnya bertemu akhir bulan ini di KTT G-20 di Argentina untuk membahas masalah perdagangan dan lainnya. Kedua belah pihak telah meningkatkan upaya gencatan senjata dalam konflik perdagangan yang meningkat, FT melaporkan.
Setelah panggilan telepon pada 1 November dari Trump ke Xi, China menanggapi permintaan AS atas berbagai masalah. Namun, sebuah resolusi penuh terkait perdagangan tidak diharapkan akan segera disepakati, kata laporan itu.
Tetap, dibukanya kembali pembicaraan kedua negara dilihat sebagai tanda positif.
"Kami memiliki komunikasi di semua level di AS dan pemerintah China," kata Larry Kudlow, direktur Dewan Ekonomi Nasional, kepada CNBC International awal pekan ini.
Sumber mengatakan kepada FT bahwa mereka mengharapkan Trump dan Xi untuk mencapai kesepakatan yang akan menghentikan ketegangan tanpa benar-benar menyelesaikan masalah yang mendasarinya. Ini taktik yang sama yang digunakan Trump dalam negosiasi perdagangan dengan Uni Eropa dan denuklirisasi dengan Korea Utara, kata laporan itu.
(prm) Next Article China: Sulit Bekerja Sama Bila AS Todongkan 'Pisau di Leher'
Financial Times (FT) melaporkan, Kamis (15/11/18), dengan mengutip beberapa sumber bahwa Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer telah mengatakan kepada beberapa pelaku bisnis bahwa tarif impor berikutnya terhadap China ditunda.
Saham Caterpillar, perusahaan besar AS yang telah merasakan dampak buruk pengenaan bea masuk, naik lebih dari 4% menyusul kabar tersebut.
Pernyataan itu mengatakan rencana bea impor yang ditetapkan di September "belum berubah sama sekali. Semua kabar yang menyatakan hal sebaliknya tidak benar," dilansir dari CNBC International.
AS telah menetapkan 10% tarif pada barang-barang China senilai lebih dari US$200 miliar (Rp 2.911 triliun) dan akan naik menjadi 25% tahun depan. Presiden Donald Trump juga mengancam akan mengenakan bea impor terhadap barang China lainnya senilai US$267 miliar dalam upaya untuk membawa China ke meja negosiasi.
![]() |
Setelah panggilan telepon pada 1 November dari Trump ke Xi, China menanggapi permintaan AS atas berbagai masalah. Namun, sebuah resolusi penuh terkait perdagangan tidak diharapkan akan segera disepakati, kata laporan itu.
Tetap, dibukanya kembali pembicaraan kedua negara dilihat sebagai tanda positif.
"Kami memiliki komunikasi di semua level di AS dan pemerintah China," kata Larry Kudlow, direktur Dewan Ekonomi Nasional, kepada CNBC International awal pekan ini.
Sumber mengatakan kepada FT bahwa mereka mengharapkan Trump dan Xi untuk mencapai kesepakatan yang akan menghentikan ketegangan tanpa benar-benar menyelesaikan masalah yang mendasarinya. Ini taktik yang sama yang digunakan Trump dalam negosiasi perdagangan dengan Uni Eropa dan denuklirisasi dengan Korea Utara, kata laporan itu.
(prm) Next Article China: Sulit Bekerja Sama Bila AS Todongkan 'Pisau di Leher'
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular