RI Surplus Tapi Impor Jagung, Ini Pandangan Pelaku Usaha

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
10 November 2018 18:01
Asosiasi mengatakan idealnya impor jagung dilakukan satu bulan sebelum panen dan satu bulan setelah panen raya.
Foto: Freepik
Jakarta, CNBC IndonesiaPemerintah menerbitkan surat izin impor jagung maksimal 100.000 ton melalui Perum Bulog. Padahal, Kementerian Pertanian (Kementan) kerap mengklaim bahwa produksi jagung Indonesia surplus 12,9 juta ton tahun ini. 

Memangnya, bagaimana sih kondisi sebenarnya?

Sekretaris Jenderal Dewan Jagung Nasional Maxdeyul Sola menjelaskan, hal tersebut hanya pada masalah sudut pandang saja. Jika melihat dari sudut pandang Kementerian Pertanian, mungkin benar ada stok jagung sebesar 12,9 juta ton tahun ini. Namun, stok tersebut adanya di luar jangkauan peternak atau pabrik pakan.

"Cara pandangnya tidak klop. Kementan melihat dari segi luas areal, dan memang mungkin benar ada stok sebesar itu, tapi itu di luar jangkauan peternak, misalnya di Papua, Maluku, dan remote area lainnya," terang Sola, sapaannya, kepada CNBC Indonesia ketika dihubungi Sabtu (10/11/2018).

Lebih lanjut, ia menjelaskan, dengan lokasi yang jauh dari jangkauan, maka timbul masalah distribusi dan logistik. Ada ongkos kirim yang cukup besar yang dibebankan pada jagung-jagung tersebut, sehingga impaknya adalah kenaikan harga jual komoditas pangan tersebut.

Maka, lanjut Sola, untuk menyelamatkan para peternak, utamanya peternak mandiri, pemerintah memutuskan untuk melakukan impor, agar menjaga stok jagung yang bisa disalurkan kepada peternak yang tidak terjangkau akses.

RI Surplus Tapi Impor Jagung, Ini Pandangan Pelaku UsahaFoto: Kementan menyatakan RI surplus jagung tetapi melakukan impor jagung (Freepik)

"Impor ini untuk mengamankan stok di peternak, agar mereka tidak mengalami kenaikan harga," ujar Sola.

Kendati demikian, menurutnya, apabila ingin melakukan impor, idealnya sebulan sebelum panen raya dan sebulan sesudah panen raya. Untuk mengamankan produksi petani dalam negeri dan menjaga tata niaga impor.


Sementara itu, Ketua Apindo Bidang Peternakan dan Perikanan Anton J Supit justru mempertanyakan surplus jagung yang diklaim oleh Kementan dan rencana impor jagung yang menjadi polemik.

Dihubungi secara terpisah, Anton menyampaikan, ada beberapa pertanyaan besar terkait klaim surplus jagung oleh Kemtan. Misalnya, dengan jumlah surplus yang sebesar 12,98 juta ton, jagung itu ada di mana, bagaimana penyimpanannya, dan siapa yang menyimpan.

Pasalnya, menurut Anton, sebanyak 12 juta ton stok jagung itu artinya akan ada 12 juta truk lebih membawa jagung. "Apakah ada truk-truk pembawa jagung ini, yang jumlahnya 12 juta unit lebih?" ujarnya kepada CNBC Indonesia saat dihubungi Sabtu (10/11/2018).


Selain itu, lanjut Anton, jika 12 juta ton jagung itu ada di pengusaha, maka akan mudah diketahui.  Tetapi, kalau ada di petani, di mana petani menyimpannya?

"Jagung itu tidak bisa disimpan di tempat terbuka, harus di Silo (penyimpanan curah), dan petani tidak punya Silo. Kalaupun industri pakan menyimpan jagung di Silo, kapasitasnya tidak mungkin sampai 12 juta ton," paparnya.

Anton pun mempertanyakan, jika pasokan jagung surplus 12 juta ton, kenapa tidak langsung dijual di pasaran saja? Sebab, menurut perhitungannya, 12 juta ton apabila dikalikan dengan harga pasar Rp 4.500, maka stok itu senilai dengan Rp 58 triliun. Artinya, jika disimpan oleh petani, maka ada uang petani yang mengendap sebesar Rp 58 triliun.

"Itu jumlah besar. Apakah petani tidak butuh uang? Untuk kebutuhan sehari-hari dan operasional?" imbuh dia.


"Saya hanya meminta klarifikasi dan penjelasan dari pemerintah saja soal stok ini. Jika pertanyaan-pertanyaan di atas tidak bisa dijawab Kemtan, maka silakan masyarakat menilai sendiri apakah data surplus yang diklaim itu benar," tuturnya.

Adapun, terkait rencana impor jagung 100.000 ton, hal itu juga mengherankan bagi Anton. Sebab, jika memang pasokan surplus, buat apa melakukan impor? 

"Impor boleh saja, tapi kalau pasokan tidak berlebih. Sedangkan ini katanya pasokan surplus tetapi malah impor, berarti kan secara tidak langsung Kementan ini mengakui jumlah stoknya kurang," pungkas Anton.


(roy) Next Article Surplus Tapi RI Impor Jagung & Beras, Data Kementan Kenapa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular