Anomali Harga Beras, Mahal Ketika Stok Melimpah

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
09 November 2018 11:50
Satgas Pangan mengindikasikan adanya praktik curang terhadap konsumen beras.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertanian , Amran Sulaiman, bersama Direktur Utama Bulog, Budi Waseso, meninjau pasokan serta harga beras di Pasar Keramat Jati dan Pasar Induk Beras Cipinang, Kamis (8/11/2018).

Dalam kesempatan itu, diketahui bahwa stok beras begitu melimpah. Mentan mengatakan stok di Food Station Tjipinang mencapai 50.000 ton.

"Itu dua kali dari standar kecukupan. Biasanya 20.000 ton, sekarang 50.000 ton. Stok Bulog 2,7 juta ton. Januari panen lagi," katanya, Kamis (8/11/2018).


Namun, banyaknya stok tak lantas membuat harga beras terkontrol. Amran menyebut fenomena ini sebagai anomali dalam sektor perberasan nasional.

"Ada anomali yang terjadi hari ini. Suplai cukup bahkan dua kali lipat dari stok. Harga katanya ada pergerakan naik, ini anomali. Harusnya turun," kata dia.

Di tempat yang sama, Direktur Utama Bulog, Budi Waseso, mengatakan hal serupa. Dia pun mengakui bahwa Bulog memang memiliki stok beras berlimpah.


"Sampai hari ini stok beras Bulog 2,7 juta ton. Kita stoknya penuh, karena kita hitung berdasarkan kemampuan gudang kita. Dari 2,7 juta ton itu, yang kita simpan di gudang luar Bulog ada 550.000 ton. Jadi, stok kita sangat banyak," ujar Buwas, sapaan Budi Waseso.

Dia menuturkan Bulog setiap hari melakukan operasi pasar, dengan target 15.000 ton per hari sehingga harga bisa stabil.

"Yang jadi persoalan di Bulog adalah, jumlah stok kita yang banyak. Kami sampaikan agar masyarakat tidak perlu khawatir kekurangan beras. Ada fenomena apa kok beras jadi mahal, ada kenaikan, padahal tidak ada alasan untuk naik," tegas dia.


Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis, pada hari ini harga beras di nasional medium I Rp 11.700/kg dan medium II Rp 11.600/kg.

Sementara itu, lanjut Buwas, berdasarkan Permendag Nomor 57/M-DAG/PER/8/2017, harga eceran tertinggi (HET) beras medium adalah:
• Wilayah I (Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, NTB, Sulawesi dan Bali): Rp 9.450/kg
• Wilayah II (Sumatera kecuali Lampun dan Sumatera Selatan, NTT dan Kalimantan): Rp 9.950/kg
• Wilayah III (Maluku dan Papua): Rp 10.250/kg

"Ada fenomena apa kok beras mahal, ada kenaikan. Padahal tidak ada alasan untuk naik. Karena memang seperti tadi, ini suplai banyak berlebihan tapi harganya merangkak naik. Nanti biar Satgas Pangan yang mengawasi," ujar Buwas.

Ketua Satgas Pangan Polri, Inspektur Jenderal Setyo Wasisto, mengatakan pihaknya telah mengendus adanya kecurangan yang dilakukan pihak tak bertanggung jawab hingga membuat harga beras makin mahal.


Dia menuturkan ada dugaan beras tipe medium dijual dengan harga premium.

"Yang terjadi adalah anomali, ada indikasi-indikasi yang mengubah spesifikasi dari medium ke premium. Ini jadi tugas saya sebagai Satgas Pangan untuk lakukan pengawasan."

Setyo mengatakan beras premium yang dijual harus benar-benar berkualitas premium, bukan medium.

"Sehingga tidak ada lagi yang menipu konsumen, kualitas medium tapi dijual premium. Kami koordinasikan dengan seluruh satgas di daerah," kata Setyo.
(ray) Next Article Ubah Sistem, Serapan Cadangan Beras Pemerintah 1,5 Juta Ton

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular