
Digawangi Pertamina-PTBA, Gasifikasi Batu Bara Semakin Dekat
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
08 November 2018 13:44

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) dan PT Bukit Asam Tbk menjalin kerja sama dengan Air Products and Chemicals Inc, perusahaan berbasis di Amerika Serikat. Kerja sama itu dalam rangka meningkatkan nilai tambah batu bara Indonesia.
Penandatanganan kerja sama yang dilaksanakan di Allentown, AS, Rabu (7/11/2018). Kerja sama meliputi pengembangan gasifikasi batubara di Mulut Tambang Batubara Peranap, Riau untuk menjadi dimethylether (DME) dan syntheticnatural gas (SNG).
Dengan kerja sama itu, maka pabrik gasifikasi di Peranap diharapkan dapat mulai beroperasi pada 2022. Kapasitas pabrik yang akan didirikan memiliki kapasitas 400 ribu ton DME per tahun dan 50 mmscfd SNG.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menegaskan, kerja sama Pertamina dengan Bukit Asam serta Air Products adalah langkah strategis bagi semua pihak. Tujuannya untuk meningkatkan ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional, melalui pemanfaatan DME dan SNG.
"Sekitar 70% LPG masih diimpor, tahun 2017 Indonesia mengonsumsi tidak kurang dari 7 juta ton LPG. Pabrik gasifikasi batubara ini adalah proyek yang sangat strategis secara nasional," ujar Nicke melalui keterangan resminya, Kamis (8/11/2018).
"Pertamina dan PTBA merupakan dua perusahaan BUMN besar di Tanah Air. Sejalan dengan hal tersebut, kerja sama ini mencerminkan pemanfaatan energi dari dalam negeri untuk masyarakat Indonesia," lanjutnya.
Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin mengungkapkan, hilirisasi yang dilakukan PTBA diperkuat dengan sumber daya batubara sebesar 8,3 miliar ton dan cadangan batubara sebesar 3,3 miliar ton.
Chairman, President & CEO Air Products Seifi Ghasemi mengatakan, sebagai pemilik teknologi gas industri seperti syngas dan DME, perusahaan berkomitmen dan mendukung penuh program hilirisasi batubara tersebut.
"Kami bersungguh-sungguh untuk menjadi bagian penting dari berdirinya industri dengan teknologi upstream menghasilkan syngas dan kemudian diolah melalui teknologi downstream baik untuk batubara maupun petrochemical," kata Seifi.
Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, percepatan hilirisasi sektor pertambangan Indonesia merupakan langkah nyata pemerintah mendukung realisasi nilai tambah produk di sektor tambang sekaligus juga sebagai upaya mendukung penghematan devisa negara.
Proses hilirisasi di sektor tambang juga akan membawa dampak besar bagi Indonesia, terutama dalam mengantisipasi terjadinya defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).
"Terima kasih Bukit Asam dan Pertamina yang sudah turut aktif mewujudkan hilirisasi batubara ini. Indonesia harus terus mengembangkan industri hilirisasi batubara bukan hanya dalam mengurangi impor tetapi juga dalam rangka mengembangkan ekspor," ujar Rini.
(miq/miq) Next Article Siap-siap! Ini Saingan Baru LPG
Penandatanganan kerja sama yang dilaksanakan di Allentown, AS, Rabu (7/11/2018). Kerja sama meliputi pengembangan gasifikasi batubara di Mulut Tambang Batubara Peranap, Riau untuk menjadi dimethylether (DME) dan syntheticnatural gas (SNG).
Dengan kerja sama itu, maka pabrik gasifikasi di Peranap diharapkan dapat mulai beroperasi pada 2022. Kapasitas pabrik yang akan didirikan memiliki kapasitas 400 ribu ton DME per tahun dan 50 mmscfd SNG.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menegaskan, kerja sama Pertamina dengan Bukit Asam serta Air Products adalah langkah strategis bagi semua pihak. Tujuannya untuk meningkatkan ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional, melalui pemanfaatan DME dan SNG.
"Sekitar 70% LPG masih diimpor, tahun 2017 Indonesia mengonsumsi tidak kurang dari 7 juta ton LPG. Pabrik gasifikasi batubara ini adalah proyek yang sangat strategis secara nasional," ujar Nicke melalui keterangan resminya, Kamis (8/11/2018).
"Pertamina dan PTBA merupakan dua perusahaan BUMN besar di Tanah Air. Sejalan dengan hal tersebut, kerja sama ini mencerminkan pemanfaatan energi dari dalam negeri untuk masyarakat Indonesia," lanjutnya.
Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin mengungkapkan, hilirisasi yang dilakukan PTBA diperkuat dengan sumber daya batubara sebesar 8,3 miliar ton dan cadangan batubara sebesar 3,3 miliar ton.
Chairman, President & CEO Air Products Seifi Ghasemi mengatakan, sebagai pemilik teknologi gas industri seperti syngas dan DME, perusahaan berkomitmen dan mendukung penuh program hilirisasi batubara tersebut.
"Kami bersungguh-sungguh untuk menjadi bagian penting dari berdirinya industri dengan teknologi upstream menghasilkan syngas dan kemudian diolah melalui teknologi downstream baik untuk batubara maupun petrochemical," kata Seifi.
Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, percepatan hilirisasi sektor pertambangan Indonesia merupakan langkah nyata pemerintah mendukung realisasi nilai tambah produk di sektor tambang sekaligus juga sebagai upaya mendukung penghematan devisa negara.
Proses hilirisasi di sektor tambang juga akan membawa dampak besar bagi Indonesia, terutama dalam mengantisipasi terjadinya defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).
"Terima kasih Bukit Asam dan Pertamina yang sudah turut aktif mewujudkan hilirisasi batubara ini. Indonesia harus terus mengembangkan industri hilirisasi batubara bukan hanya dalam mengurangi impor tetapi juga dalam rangka mengembangkan ekspor," ujar Rini.
(miq/miq) Next Article Siap-siap! Ini Saingan Baru LPG
Most Popular