
Internasional
Permintaan Turun, Pertumbuhan Sektor Jasa China Melambat
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
05 November 2018 15:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor jasa China menorehkan pertumbuhan paling lambat dalam lebih dari satu tahun pada bulan lalu karena turunnya volume pesanan baru, menurut sebuah survei swasta. Mereka memprediksi hal ini akan makin memengaruhi momentum ekonomi jelang akhir tahun 2018.
Perlambatan di sektor jasa yang menyumbang lebih dari separuh ekonomi China dan merupakan pencipta lapangan kerja yang penting, ini sangat mengkhawatirkan bagi pembuat kebijakan karena mereka telah mengandalkannya untuk mengimbangi tekanan yang meningkat pada ekspor akibat perang dagang dengan Amerika Serikat (AS).
Purchasing Manager's Index (PMI) jasa Caixin/ Markit jatuh menjadi 50,8 pada Oktober dari 53,1 pada September, terendah sejak September 2017, dan merayap mendekati indeks 50 yang memisahkan pertumbuhan dan kontraksi.
Kelemahan berkepanjangan di sektor jasa akan mempersulit upaya menstabilkan pertumbuhan China dalam menghadapi sengketa perdagangan dengan AS, perlambatan manufaktur di dalam negeri, dan kampanye untuk mengekang kelebihan kapasitas, polusi, dan utang perusahaan.
Mendinginnya pasar properti China pada tahun ini adalah kontributor utama lain untuk ekonomi yang juga membebani permintaan layanan real estat.
Secara signifikan, sub-indeks Caixin untuk pesanan bisnis baru menunjukkan hampir tidak ada pertumbuhan dengan nilai 50,1 pada bulan Oktober. Turun dari 52,4 pada bulan sebelumnya dan kinerja terburuk sejak kontraksi pada November 2008 selama krisis keuangan global.
Sektor jasa keuangan negara ini sangat terpukul oleh kondisi pasar yang lesu, dilansir dari CNBC International.
Saat ini, China bersandar pada layanan, khususnya jasa bernilai tambah tinggi di bidang keuangan dan teknologi. Ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan ekonomi tradisional pada industri berat (heavy industry) dan investasi.
Beberapa perusahaan yang disurvei oleh Caixin juga menyatakan keprihatinan tentang kemungkinan dampak dari sengketa perdagangan Jepang-AS pada aktivitas ekonomi masa depan.
Dampak dari friksi perdagangan pada kepercayaan bisnis, dan aktivitas nyata, mulai terlihat dalam ekonomi yang lebih luas.
Survei Caixin lainnya yang diterbitkan pekan lalu menunjukkan sektor manufaktur China hampir tumbuh pada Oktober setelah berhenti di bulan sebelumnya.
Oktober adalah bulan penuh pertama setelah bea masuk AS terbaru mulai berlaku.
Washington dan Beijing saling mengenakan bea masuk tambahan atas barang-barang satu sama lain pada 24 September. Presiden AS Donald Trump juga mengancam akan menghukum China dengan lebih banyak lagi bea masuk.
Pada Kamis, Presiden Xi Jinping berjanji untuk membantu perusahaan swasta China yang berjuang, yang mendominasi sektor jasa.
Dia berjanji untuk menggulirkan pemotongan pajak dan bantuan keuangan.
Produk domestik bruto (PDB) tumbuh lebih lambat dari yang diperkirakan yaitu 6,5% pada kuartal ketiga, terlemah sejak krisis keuangan global.
(prm) Next Article Perdagangan Jasa China Naik
Perlambatan di sektor jasa yang menyumbang lebih dari separuh ekonomi China dan merupakan pencipta lapangan kerja yang penting, ini sangat mengkhawatirkan bagi pembuat kebijakan karena mereka telah mengandalkannya untuk mengimbangi tekanan yang meningkat pada ekspor akibat perang dagang dengan Amerika Serikat (AS).
Purchasing Manager's Index (PMI) jasa Caixin/ Markit jatuh menjadi 50,8 pada Oktober dari 53,1 pada September, terendah sejak September 2017, dan merayap mendekati indeks 50 yang memisahkan pertumbuhan dan kontraksi.
Mendinginnya pasar properti China pada tahun ini adalah kontributor utama lain untuk ekonomi yang juga membebani permintaan layanan real estat.
Secara signifikan, sub-indeks Caixin untuk pesanan bisnis baru menunjukkan hampir tidak ada pertumbuhan dengan nilai 50,1 pada bulan Oktober. Turun dari 52,4 pada bulan sebelumnya dan kinerja terburuk sejak kontraksi pada November 2008 selama krisis keuangan global.
Sektor jasa keuangan negara ini sangat terpukul oleh kondisi pasar yang lesu, dilansir dari CNBC International.
Saat ini, China bersandar pada layanan, khususnya jasa bernilai tambah tinggi di bidang keuangan dan teknologi. Ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan ekonomi tradisional pada industri berat (heavy industry) dan investasi.
Beberapa perusahaan yang disurvei oleh Caixin juga menyatakan keprihatinan tentang kemungkinan dampak dari sengketa perdagangan Jepang-AS pada aktivitas ekonomi masa depan.
Dampak dari friksi perdagangan pada kepercayaan bisnis, dan aktivitas nyata, mulai terlihat dalam ekonomi yang lebih luas.
Survei Caixin lainnya yang diterbitkan pekan lalu menunjukkan sektor manufaktur China hampir tumbuh pada Oktober setelah berhenti di bulan sebelumnya.
Oktober adalah bulan penuh pertama setelah bea masuk AS terbaru mulai berlaku.
Washington dan Beijing saling mengenakan bea masuk tambahan atas barang-barang satu sama lain pada 24 September. Presiden AS Donald Trump juga mengancam akan menghukum China dengan lebih banyak lagi bea masuk.
Pada Kamis, Presiden Xi Jinping berjanji untuk membantu perusahaan swasta China yang berjuang, yang mendominasi sektor jasa.
Dia berjanji untuk menggulirkan pemotongan pajak dan bantuan keuangan.
Produk domestik bruto (PDB) tumbuh lebih lambat dari yang diperkirakan yaitu 6,5% pada kuartal ketiga, terlemah sejak krisis keuangan global.
(prm) Next Article Perdagangan Jasa China Naik
Most Popular