Internasional

Perang Dagang dengan AS, China Dekati Jepang

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
26 October 2018 15:27
China dan Jepang harus menjaga perdagangan global dan menjadi jangkar pertumbuhan global, kata Perdana Menteri China Li Keqiang.
Foto: Perdana Menteri Cina Li Keqiang, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono menghadiri upacara penandatanganan di Aula Besar Rakyat di Beijing, China. (REUTERS / Thomas Peter)
Beijing, CNBC Indonesia - China dan Jepang harus menjaga perdagangan global dan menjadi jangkar pertumbuhan global, kata Perdana Menteri China Li Keqiang, Kamis (25/10/2018), ketika Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe tiba di Beijing. Kunjungan resmi itu dilakukan di tengah perseteruan perdagangan dengan Amerika Serikat (AS).

Kunjungan Abe selama tiga hari diprediksi akan membentuk cakupan baru untuk kerja sama antara dua negara dengan perekonomian terbesar di Asia itu. Pertemuan itu diprediksi akan meningkatkan kepercayaan, yang selama ini retak sejak hubungan diplomasi kembali dijalin di tahun 1972.


"Kami berharap kedua belah pihak akan bekerja keras untuk meningkatkan perdamaian kawasan, menjaga multilateralisme dan perdagangan bebas, serta menjadi poros stabilitas, pertumbuhan dan momentum bukan hanya untuk Asia tapi dunia," kata Li dalam pidatonya di Great Hall of the People Beijing, dilansir dari Reuters.

Abe, yang tiba beberapa jam sebelumnya dalam pertemuan bilateral formal pertamanya dengan para pemimpin China dalam kurun waktu tujuh tahun, berkata kedua negara memainkan "peran yang sangat diperlukan dalam pembangunan ekonomi bukan hanya Asia tetapi dunia".

Dalam setahun belakangan ini, China telah meningkatkan jangkauannya ke Jepang dan negara-negara lain saat pihaknya terlibat di dalam perang dagang dengan AS.
Jepang sendiri juga memiliki masalah perdagangan dengan AS.

'China dan Jepang Harus Jaga Perdagangan Bebas'Foto: Perdana Menteri Cina Li Keqiang, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono menghadiri upacara penandatanganan di Aula Besar Rakyat di Beijing, China. (REUTERS / Thomas Peter)
Meski mengkhawatirkan kekuatan angkatan laut China yang meningkat, Jepang juga ingin meningkatkan hubungan perekonomian dengan mitra dagang terbesarnya itu. Namun, Jepang harus melakukan pendekatan itu tanpa memicu emosi sekutu keamanan utamanya, AS.

Abe, yang kembali menjabat di tahun 2012 ketika hubungan China-Jepang terpecah-belah akibat berebut pulau-pulau di Laut China Timur, telah berkali-kali bertemu dengan Presiden China Xi Jinping. Mereka kali pertama berbincang santai pada tahun 2014 di sela-sela pertemuan tingkat tinggi kawasan di Beijing.

Namun, pertemuannya dengan Xi pada hari Jumat (26/10/2018) akan menjadi pertemuan tingkat tinggi penuh antara China-Jepang yang pertama sejak 2011.

Bendera kedua negara menghiasi Changan Avenue, sebuah jalan raya yang memisahkan pusat kota Beijing di dekat Tiananmen Square.

Kedua negara tetangga itu rencananya akan menandatangani 50 nota kesepahaman (MOU) proyek selama kunjungan Abe, menurut sebuah naskah dokumen yang dilihat Reuters.

Proyek itu berkisar dari energi dan layanan kesehatan sampai keuangan dan otomotif.

"Kami ingin melanjutkan kerja sama di negara ketiga sebagai bagian dari inisiatif Belt and Road, dan kami mendorong kerja sama bilateral ke tahap selanjutnya yang lebih tinggi," kata Li.

Jepang mengharapkan perkembangan pada penerapan kesepakatan gabungan tahun 2008 untuk membangun ladang gas di perairan sengketa. Jepang juga ingin China melonggarkan batasan impor terhadap produk-produk hasil dari area yang terdampak bencana nuklir Fukushima di tahun 2011.


Meski hubungan keduanya mencair, rasa curiga masih ada.

Sejarah masa perang masih menyayat hati. Pasalnya, China sering mengeluhkan Jepang tidak sepenuhnya menebus bagian-bagian China yang ditinggali sebelum dan selama Perang Dunia II.

"Hanya melihat bendera kedua negara dikibarkan bersebelahan di Changan Avenue membuat saya tidak nyaman," kata seorang pengguna platform microblog China, Weibo.
"Agresi Jepang semasa perang masih sangat melukai."

Beberapa pengguna lain menuntut untuk berhati-hati selama kunjungan Abe dan menuduh Jepang "si ambisius" sebagai tetangga bermuka dua.

Namun, kedua belah pihak berharap kunjungan ini akan diikuti dengan kunjungan yang semakin banyak.

"Jika Xi berjanji untuk datang ke Jepang tahun depan, itu akan jadi sesuatu yang besar," kata Kiyoyuki Seguchi, Direktur Riset di Canon Institute for Global Studies di Tokyo.

"Jika itu terjadi, maka perbaikan hubungan Jepang-China akan cepat."


(prm) Next Article AS dan Vietnam Lagi Ribut Dagang, Indonesia Bisa Cuan!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular