Ini Rencana Akbar Freeport McMoran di Papua Pasca-Divestasi
Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
25 October 2018 20:37

Jakarta, CNBC Indonesia- Freeport McMoran (FCX) merilis kinerjanya di kuartal III tahun ini, pada Selasa (24/10/2018) waktu setempat.
Dalam paparan kinerjanya, CEO Freeport McMoran Richard Adkerson banyak menyinggung soal progres dan rencana pengembangan tambang tembaga dan emas mereka yang ada di Papua, pasca-divestasi.
[Gambas:Video CNBC]
Adkerson menuturkan tahun 2018 merupakan tahun yang sibuk untuk perusahaan, terutama untuk mengurus tambang yang ada di Indonesia. Namun kini progresnya signifikan sejak ditekennya perjanjian dokumen divestasi pada 27 September 2018 lalu antara Freeport McMoran dan PT Inalum (Persero).
Ia menekankan penandatanganan ini menguntungkan untuk semua pihak, baik Indonesia maupun Freeport. Terutama dari sisi kepastian bisnis, kini perusahaan bisa menjalankan rencana jangka panjang untuk mengoptimalkan produksi emas dan tembaga di Tambang Tembaga Pura.
"Perjanjian yang kami teken dengan Inalum September 27 kemarin, dalam pandangan saya, sangat penting dan sangat positif untuk semua pihak. Inalum akhirnya menyepakati tujuan tujuan yang mereka diskusikan dengan kami selama bertahun-tahun," ujar Adkerson dalam paparannya sebagaimana dikutip dari transkrip Earning Calls, Kamis (25/10/2018).
Bos dari induk PT Freeport Indonesia itu mengakui bahwa ia sangat senang dengan apa yang dicapai kedua belah pihak saat ini, terutama dengan sepakatnya Rio Tinto untuk melepas saham partisipasinya di tambang Grasberg. Untuk itu, FCX pun sudah mantap untuk mengeksekusi rencana-rencana bisnisnya.
Tahun ini, merupakan tahap final eksploitasi di tambang terbuka Grasberg.
"Saya ada di sana menyaksikan saat pertama kali bor lubang tahun 1988, dan sangat luar biasa rasanya memikirkan saat ini kami mengakhiri tambang tersebut," ujarnya.
Tapi, operasional tambang ini akan diperpanjang hingga 2019. Rencana awal untuk abaikan tambang terbuka jadinya diperpanjang hingga satu semester lagi dan mengakses seksi-seksi tambang yang masih mengandung mineral tinggi. Setelah itu baru mulai masuk ke tambang bawah tanah.
Masuk ke tambang Deep MLZ, yang merupakan kunci untuk masa depan Freeport- terpisah dari Grasberg, memiliki segunung cadangan yang bisa dimanfaatkan hingga 2041.
"Tambang Deep MLZ ini adalah tambang besar, ini area terpisah dari Ertsberg yang pertama kali kami temukan dan mulai ditutup pada 1980-an," kata Adkerson.
"Namun kami mulai lagi pada 2016/2017 untuk pertama kalinya kami lakukan di operasional tambang kami ini dengan lakukan induksi seismik ke tambang ini, seperti yang dilakukan di tambang Amerika Selatan dan Chile, bukan teknologi yang kompleks sebenarnya," paparnya.
Sehingga, lanjutnya, meningkatkan kepercayaan perusahaan untuk mulai menggali di pertengahan 2019.
"Setelah bertahun-tahun rencana investasi disusun, sekarang infrastruktur kami bisa ditempatkan dan jalan. Kami sukses uji coba sistem rel bawah tanah dan sistem aliran ore, dan mulai ledakan pertama di kuartal ketiga. Pengujian batu menunjukkan batunya sangat cocok, ore-nya juga sama dengan yang kami tambang di Grasberg sejak 1990."
Adkerson menambahkan tambang-tambang ini bisa menggenjot produksi emas dan tembaga tanpa ragu. Apalagi Freeport adalah ahlinya menambang bawah tanah.
"Ini akan menjadi operasional tambang bawah tanah terbesar yang akan kami lakukan. Dari sisi tantangan teknis, kami sudah mengerjakannya dalam lima tahun terakhir dan sangat yakin bisa mengatasinya," ujar Adkerson.
(gus/miq) Next Article Jalan Panjang Tambang Grasberg Kembali ke Indonesia
Dalam paparan kinerjanya, CEO Freeport McMoran Richard Adkerson banyak menyinggung soal progres dan rencana pengembangan tambang tembaga dan emas mereka yang ada di Papua, pasca-divestasi.
[Gambas:Video CNBC]
Ia menekankan penandatanganan ini menguntungkan untuk semua pihak, baik Indonesia maupun Freeport. Terutama dari sisi kepastian bisnis, kini perusahaan bisa menjalankan rencana jangka panjang untuk mengoptimalkan produksi emas dan tembaga di Tambang Tembaga Pura.
"Perjanjian yang kami teken dengan Inalum September 27 kemarin, dalam pandangan saya, sangat penting dan sangat positif untuk semua pihak. Inalum akhirnya menyepakati tujuan tujuan yang mereka diskusikan dengan kami selama bertahun-tahun," ujar Adkerson dalam paparannya sebagaimana dikutip dari transkrip Earning Calls, Kamis (25/10/2018).
Bos dari induk PT Freeport Indonesia itu mengakui bahwa ia sangat senang dengan apa yang dicapai kedua belah pihak saat ini, terutama dengan sepakatnya Rio Tinto untuk melepas saham partisipasinya di tambang Grasberg. Untuk itu, FCX pun sudah mantap untuk mengeksekusi rencana-rencana bisnisnya.
"Saya ada di sana menyaksikan saat pertama kali bor lubang tahun 1988, dan sangat luar biasa rasanya memikirkan saat ini kami mengakhiri tambang tersebut," ujarnya.
Tapi, operasional tambang ini akan diperpanjang hingga 2019. Rencana awal untuk abaikan tambang terbuka jadinya diperpanjang hingga satu semester lagi dan mengakses seksi-seksi tambang yang masih mengandung mineral tinggi. Setelah itu baru mulai masuk ke tambang bawah tanah.
Masuk ke tambang Deep MLZ, yang merupakan kunci untuk masa depan Freeport- terpisah dari Grasberg, memiliki segunung cadangan yang bisa dimanfaatkan hingga 2041.
"Tambang Deep MLZ ini adalah tambang besar, ini area terpisah dari Ertsberg yang pertama kali kami temukan dan mulai ditutup pada 1980-an," kata Adkerson.
"Namun kami mulai lagi pada 2016/2017 untuk pertama kalinya kami lakukan di operasional tambang kami ini dengan lakukan induksi seismik ke tambang ini, seperti yang dilakukan di tambang Amerika Selatan dan Chile, bukan teknologi yang kompleks sebenarnya," paparnya.
![]() |
Sehingga, lanjutnya, meningkatkan kepercayaan perusahaan untuk mulai menggali di pertengahan 2019.
"Setelah bertahun-tahun rencana investasi disusun, sekarang infrastruktur kami bisa ditempatkan dan jalan. Kami sukses uji coba sistem rel bawah tanah dan sistem aliran ore, dan mulai ledakan pertama di kuartal ketiga. Pengujian batu menunjukkan batunya sangat cocok, ore-nya juga sama dengan yang kami tambang di Grasberg sejak 1990."
Adkerson menambahkan tambang-tambang ini bisa menggenjot produksi emas dan tembaga tanpa ragu. Apalagi Freeport adalah ahlinya menambang bawah tanah.
"Ini akan menjadi operasional tambang bawah tanah terbesar yang akan kami lakukan. Dari sisi tantangan teknis, kami sudah mengerjakannya dalam lima tahun terakhir dan sangat yakin bisa mengatasinya," ujar Adkerson.
(gus/miq) Next Article Jalan Panjang Tambang Grasberg Kembali ke Indonesia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular