
Laba Freeport Kuartal III-2018 Naik Tipis Jadi Rp 7,8 T
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
25 October 2018 12:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Freeport McMoRan Inc hari Rabu (24/10/2018) melaporkan laba kuartal ketiga tahun ini yang naik tipis akibat produksi tembaga yang lebih tinggi.
Perusahaan tambang tembaga terbuka paling besar di dunia ini mencatatkan laba bersih US$514 juta (Rp 7,8 triliun) atau 35 sen dolar per saham di periode tiga bulanan yang berakhir September, Reuters melaporkan.
Angka tersebut naik 4,4% atau US$22 juta dari US$492 juta atau 34 sen dolar per saham di periode yang sama tahun sebelumnya.
Pendapatan perusahaan naik menjadi US$4,91 miliar dari US$4,31 miliar setahun sebelumnya.
Dalam earnings call perusahaan, CEO Freeport McMoRan Richard Adkerson juga menyinggung soal divestasi PT Freeport Indonesia yang dokumennya diteken pada 27 September lalu, oleh PT Inalum (Persero) dan perusahaannya.
[Gambas:Video CNBC]
Ia menyebut divestasi tersebut membuat bisnis perusahaan di Papua menjadi lebih pasti dan performanya meningkat.
"Di Indonesia performa perusahaan sangat kuat di kuartal tiga 2018. Setelah memakan waktu lama soal isu tenaga kerja, operasional, dan keamanan. Kini, operasional di sana sangat efektif, aman, produksinya kuat, dan berbagai perkembangan baik lainnya," ujar Richard sebagaimana dikutip dari Seeking Alpha, Kamis (25/10/2018).
(gus) Next Article Mampukah Antam Kelola Tambang Bawah Tanah Freeport di Papua?
Perusahaan tambang tembaga terbuka paling besar di dunia ini mencatatkan laba bersih US$514 juta (Rp 7,8 triliun) atau 35 sen dolar per saham di periode tiga bulanan yang berakhir September, Reuters melaporkan.
Angka tersebut naik 4,4% atau US$22 juta dari US$492 juta atau 34 sen dolar per saham di periode yang sama tahun sebelumnya.
Dalam earnings call perusahaan, CEO Freeport McMoRan Richard Adkerson juga menyinggung soal divestasi PT Freeport Indonesia yang dokumennya diteken pada 27 September lalu, oleh PT Inalum (Persero) dan perusahaannya.
[Gambas:Video CNBC]
Ia menyebut divestasi tersebut membuat bisnis perusahaan di Papua menjadi lebih pasti dan performanya meningkat.
"Di Indonesia performa perusahaan sangat kuat di kuartal tiga 2018. Setelah memakan waktu lama soal isu tenaga kerja, operasional, dan keamanan. Kini, operasional di sana sangat efektif, aman, produksinya kuat, dan berbagai perkembangan baik lainnya," ujar Richard sebagaimana dikutip dari Seeking Alpha, Kamis (25/10/2018).
(gus) Next Article Mampukah Antam Kelola Tambang Bawah Tanah Freeport di Papua?
Most Popular