Hingga September 2018, Freeport Dulang Rp 84,5 T dari Papua
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
25 October 2018 13:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Freeport-McMoran (FCX) mencatatkan penjualan 1 miliar pound (454,95 ribu ton) tembaga, dan 2,1 juta ounces (59,68 ton) emas dari tambang Grasberg di Papua, Indonesia, pada periode Januari-September 2018.
Seperti diketahui, FCX memiliki 90,64% saham dari anak perusahaannya PT Freeport Indonesia (PTFI), yang mengoperasikan tambang Grasberg, yang merupakan salah satu pertambangan tembaga dan emas terbesar di dunia.
[Gambas:Video CNBC]
Pada 27 September 2018 ini, FCX, PT Freeport Indonesia (PTFI), PT Indocopper Investama, dan PT PT Indonesia Asahan Aluminium Persero (Inalum) telah menandatangani kesepakatan divestasi terkait akuisisi PT Inalum terhadap mayoritas saham PTFI.
Di bawah kesepakatan itu, Inalum akan membeli hak partisipasi Rio Tinto sebesar 40% yang ada di tambang Grasberg, secara tunai senilai US$3,85 miliar (sekitar Rp56 triliun), beserta seluruh saham FCX di PT Indocopper Investama yang memiliki 9,36% saham PTFI senilai US$350 juta (sekitar Rp5 triliun).
Apabila transaksi ini selesai, Inalum akan memiliki sekitar 51,2% dari saham PTFI, dan FCX hanya akan memiliki 48,8% saham PTFI.
Kembali ke pencapaian operasi FCX di Papua, penjualan tembaga dan emasGrasberg di sembilan bulan pertama tahun ini masing-masing naik 59,21% dan 120,19%, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dengan harga rata-rata tembaga sebesar US$ 2,93/pound, maka Freeport mampu mengantongi US$ 2,94 miliar dari penjualan tembaga periode Januari-September 2018.
Sementara, dengan harga emas rata-rata sebesar US$ 1.248/ounce, perusahaan yang dipimpin oleh Richard C. Akerson ini, mampu mendulang US$ 2,63 miliar dari penjualan emas di 9 bulan tahun ini.
Apabila dijumlahkan, pendapatan FCX dari tambang Papua mencapai US$ 5,57 miliar (Rp 84,5 triliun). Nilai sebesar itu mampu naik nyaris 90% dari capaian di periode yang sama tahun lalu yang "hanya" sebesar US$2,97 miliar (Rp45 triliun).
Kenaikan produksi di tambang PTFI ini nampaknya tidak lepas dari faktor operasi yang efektif, salah satunya tidak ada kendala dari sisi pekerja sebagaimana yang terjadi di tahun lalu. Kepastian yang terjadi pasca kesepakatan divestasi pada akhir bulan lalu, nyatanya mampu mendongkrak kinerja PTFI.
Hal ini pun diamini oleh CEO FCX Richard Adkerson. Dalam transkrip Earnings Call yang digelar FCX semalam, Adkerson menyebut setelah penekenan kemarin bisnis di Papua menjadi lebih pasti dan performanya meningkat.
"Di Indonesia performa perusahaan sangat kuat di kuartal tiga 2018. Setelah memakan waktu lama soal isu tenaga kerja, operasional, dan keamanan. Kini, operasional di sana sangat efektif, aman, produksinya kuat, dan berbagai perkembangan baik lainnya," ujar Richard sebagaimana dikutip dari Seeking Alpha, Kamis (25/10/2018).
Sebagai informasi, penyelesaian divestasi saham FCX di PTFI diekspektasikan rampung pada akhir 2018 atau awal 2019 mendatang dengan berbagai persyaratan tertentu, termasuk bentuk IUPK yang disepakati bersama antara FCX dan PT Inalum serta telah selesainya isu lingkungan hidup dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Apabila transaksi divestasi selesai, PTFI akan diberikan IUPK yang menjamin hak penambangan dalam jangka panjang dengan jaminan hukum dan skema fiskal hingga 2041. Akibat kepastian ini, PTFI (yang saat ini masih dimiliki mayoritas oleh FCX) pun lebih leluasa untuk mengoptimalkan fase terakhir tambang terbuka Grasberg hingga akhir tahun 2018. Kinerja perusahaan pun semakin moncer di tahun ini.
Sejauh ini, PTFI memiliki izin ekspor yang efektif berlaku hingga 15 Februari 2019, dan dengan IUPK sementara yang berlaku hingga 31 Oktober 2018. Dalam laporan kinerja kuartal III-2018 nya, PTFI akan terus mengusahakan perpanjangan IUPK sementara hingga selesainya transaksi divestasi.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(gus) Next Article Sampai 2023, Inalum Investasi Rp 98 T untuk Tambang Grasberg
Seperti diketahui, FCX memiliki 90,64% saham dari anak perusahaannya PT Freeport Indonesia (PTFI), yang mengoperasikan tambang Grasberg, yang merupakan salah satu pertambangan tembaga dan emas terbesar di dunia.
[Gambas:Video CNBC]
Di bawah kesepakatan itu, Inalum akan membeli hak partisipasi Rio Tinto sebesar 40% yang ada di tambang Grasberg, secara tunai senilai US$3,85 miliar (sekitar Rp56 triliun), beserta seluruh saham FCX di PT Indocopper Investama yang memiliki 9,36% saham PTFI senilai US$350 juta (sekitar Rp5 triliun).
Apabila transaksi ini selesai, Inalum akan memiliki sekitar 51,2% dari saham PTFI, dan FCX hanya akan memiliki 48,8% saham PTFI.
Kembali ke pencapaian operasi FCX di Papua, penjualan tembaga dan emasGrasberg di sembilan bulan pertama tahun ini masing-masing naik 59,21% dan 120,19%, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dengan harga rata-rata tembaga sebesar US$ 2,93/pound, maka Freeport mampu mengantongi US$ 2,94 miliar dari penjualan tembaga periode Januari-September 2018.
Sementara, dengan harga emas rata-rata sebesar US$ 1.248/ounce, perusahaan yang dipimpin oleh Richard C. Akerson ini, mampu mendulang US$ 2,63 miliar dari penjualan emas di 9 bulan tahun ini.
Apabila dijumlahkan, pendapatan FCX dari tambang Papua mencapai US$ 5,57 miliar (Rp 84,5 triliun). Nilai sebesar itu mampu naik nyaris 90% dari capaian di periode yang sama tahun lalu yang "hanya" sebesar US$2,97 miliar (Rp45 triliun).
Kenaikan produksi di tambang PTFI ini nampaknya tidak lepas dari faktor operasi yang efektif, salah satunya tidak ada kendala dari sisi pekerja sebagaimana yang terjadi di tahun lalu. Kepastian yang terjadi pasca kesepakatan divestasi pada akhir bulan lalu, nyatanya mampu mendongkrak kinerja PTFI.
Hal ini pun diamini oleh CEO FCX Richard Adkerson. Dalam transkrip Earnings Call yang digelar FCX semalam, Adkerson menyebut setelah penekenan kemarin bisnis di Papua menjadi lebih pasti dan performanya meningkat.
"Di Indonesia performa perusahaan sangat kuat di kuartal tiga 2018. Setelah memakan waktu lama soal isu tenaga kerja, operasional, dan keamanan. Kini, operasional di sana sangat efektif, aman, produksinya kuat, dan berbagai perkembangan baik lainnya," ujar Richard sebagaimana dikutip dari Seeking Alpha, Kamis (25/10/2018).
Sebagai informasi, penyelesaian divestasi saham FCX di PTFI diekspektasikan rampung pada akhir 2018 atau awal 2019 mendatang dengan berbagai persyaratan tertentu, termasuk bentuk IUPK yang disepakati bersama antara FCX dan PT Inalum serta telah selesainya isu lingkungan hidup dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Apabila transaksi divestasi selesai, PTFI akan diberikan IUPK yang menjamin hak penambangan dalam jangka panjang dengan jaminan hukum dan skema fiskal hingga 2041. Akibat kepastian ini, PTFI (yang saat ini masih dimiliki mayoritas oleh FCX) pun lebih leluasa untuk mengoptimalkan fase terakhir tambang terbuka Grasberg hingga akhir tahun 2018. Kinerja perusahaan pun semakin moncer di tahun ini.
Sejauh ini, PTFI memiliki izin ekspor yang efektif berlaku hingga 15 Februari 2019, dan dengan IUPK sementara yang berlaku hingga 31 Oktober 2018. Dalam laporan kinerja kuartal III-2018 nya, PTFI akan terus mengusahakan perpanjangan IUPK sementara hingga selesainya transaksi divestasi.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(gus) Next Article Sampai 2023, Inalum Investasi Rp 98 T untuk Tambang Grasberg
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular