
Sampai 2023, Inalum Investasi Rp 98 T untuk Tambang Grasberg
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
09 January 2019 19:09

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Indonesia Asahan Alumunium/Inalum (Persero) akan mulai menanamkan investasi mencapai US$ 1,4 miliar, atau setara Rp 98 triliun untuk mengelola tambang Grasberg. Investasi tersebut mulai sekarang sampai 2023.
"Sekarang sampai 2023 itu investasinya sebesar US$ 1,1-1,4 miliar," ujar Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin, kepada media saat dijumpai di sela sebuah acara diskusi di Jakarta, Rabu (9/1/2018).
Namun, lanjut Budi, besaran investasi tersebut tidak termasuk investasi untuk smelter. Adapun, terkait smelter, Dirjen Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM, Bambang Gatot, mengatakan berdasarkan laporan terakhir, fasilitas pemurnian dan pengolah yang direncanakan berkapasitas 2 juta ton ini akan dibangun di Gresik, Jawa Timur dengan nilai investasi US$ 2 miliar.
"Saat ini (lokasi smelter) cenderung ke Gresik, di Kawasan JIPE. Progressnya masih on track," ujar Bambang dalam paparan kinerja subsektor Minerba di Kantor Ditjen Minerba hari ini.
Lebih lanjut Bambang menuturkan, Freeport harus segera memutuskan pembangunan smelter ini dalam waktu dekat, tidak bisa berlama-lama lagi.
"Sama dengan sebelumnya belum bisa lakukan pengerjaan fisik, baru rekayasa desain, kalau sudah temukan tempat lebih cepat lagi," pungkas Bambang.
Tidak hanya investasi, Budi juga buka suara soal dividen yang akan didapatkan dari pengelolaan tambang Grasberg. Lagi-lagi, Budi menjelaskan, memang dalam kurun waktu 2019-2020 perusahaan tidak membagikan dividen, atau dengan kata lain, tidak mendapat laba.
"Tapi, berdasarkan perhitungannya, mulai 2021, perusahaan akan mulai membukukan laba sedikit-sedikit, dan di 2022 mulai membesar, dan di 2023 stabil, di US$ 2 miliar," tandas Budi.
(wed/wed) Next Article Pasca-Akuisisi 51%, Siapa Pegang Kendali Tambang Freeport?
"Sekarang sampai 2023 itu investasinya sebesar US$ 1,1-1,4 miliar," ujar Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin, kepada media saat dijumpai di sela sebuah acara diskusi di Jakarta, Rabu (9/1/2018).
Namun, lanjut Budi, besaran investasi tersebut tidak termasuk investasi untuk smelter. Adapun, terkait smelter, Dirjen Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM, Bambang Gatot, mengatakan berdasarkan laporan terakhir, fasilitas pemurnian dan pengolah yang direncanakan berkapasitas 2 juta ton ini akan dibangun di Gresik, Jawa Timur dengan nilai investasi US$ 2 miliar.
"Saat ini (lokasi smelter) cenderung ke Gresik, di Kawasan JIPE. Progressnya masih on track," ujar Bambang dalam paparan kinerja subsektor Minerba di Kantor Ditjen Minerba hari ini.
Lebih lanjut Bambang menuturkan, Freeport harus segera memutuskan pembangunan smelter ini dalam waktu dekat, tidak bisa berlama-lama lagi.
"Sama dengan sebelumnya belum bisa lakukan pengerjaan fisik, baru rekayasa desain, kalau sudah temukan tempat lebih cepat lagi," pungkas Bambang.
Tidak hanya investasi, Budi juga buka suara soal dividen yang akan didapatkan dari pengelolaan tambang Grasberg. Lagi-lagi, Budi menjelaskan, memang dalam kurun waktu 2019-2020 perusahaan tidak membagikan dividen, atau dengan kata lain, tidak mendapat laba.
"Tapi, berdasarkan perhitungannya, mulai 2021, perusahaan akan mulai membukukan laba sedikit-sedikit, dan di 2022 mulai membesar, dan di 2023 stabil, di US$ 2 miliar," tandas Budi.
(wed/wed) Next Article Pasca-Akuisisi 51%, Siapa Pegang Kendali Tambang Freeport?
Most Popular