Bulog Buka-bukaan Alasan Harga Beras Sulit Kembali Turun

Samuel Pablo, CNBC Indonesia
17 October 2018 15:22
Bulog hanya menguasai stok 1,5-2,5 juta ton beras, sementara konsumsi mencapai 33,47 juta ton.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Bulog mengungkap sulitnya harga beras turun dari posisi saat ini.

Kepala Pusat Riset & Perencanaan Strategis Bulog, Sopran Kenedi, mengatakan stok beras yang dikuasai perseroan tak sebanding dengan tingkat konsumsi.

Dia memaparkan konsumsi beras nasional tahun ini mencapai sekitar 33,47 juta ton, sementara Bulog hanya menguasai stok sebanyak 1,5-2,5 juta ton.

"Artinya jauh sekali, mungkin kalau kita lihat dari total konsumsi tidak sampai 8% dikuasai Bulog untuk memenuhi kebutuhan penyaluran rutin," kata Sopran dalam FGD di kantor Kadin, Rabu (17/10/2018).



Saat ini, Sopran menyebut stok beras Bulog ada di kisaran 2,43 juta ton, di antaranya 2,2 juta ton adalah CBP dan sisanya sekitar 140 ribu ton berupa stok beras komersil baik medium plus maupun premium.

Adapun alokasi bantuan sosial beras sejahtera (rastra) kini mekanismenya sudah dialihkan menjadi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

"Bisa dibayangkan bahwa tadinya sebanyak 15,5 juta ton beras rastra yang kita distribusikan sampai tingkat rumah tangga sekarang bebas mau mengambil berasnya di pasar umum. Ini yang menyebabkan perkembangan harga beras sulit untuk dikendalikan karena biasanya dipenuhi di tingkat desa atau kecamatan," jelas Sopran.

Dia menambahkan, dengan ditutupnya keran rastra dalam beberapa tahun terakhir, otomatis permintaan beras ke petani atau penggilingan padi besar semakin tinggi.

Akhirnya, saat ini banyak penggilingan padi cenderung memproses beras medium untuk diolah sedemikian rupa menjadi beras premium dengan nilai jual dengan marjin yang lebih menjanjikan.

"Ini yang menjadikan harga di tingkat produsen itu bergerak di atas ketentuan harga pemerintah. Karena Bulog dibatasi regulasi, maka kita tidak bisa membeli beras dengan harga di atas HPP [Harga Pembelian Pemerintah]," ujarnya.

Sopran mengatakan, harga Gabah Kering Panen (GKP) di beberapa daerah produksi saat ini telah menyentuh Rp 4.500-5.000/kg, jauh melebihi HPP yang ditetapkan seharga Rp 3.700/kg dengan fleksibilitas 10%.

"Jadi sudah sangat jauh dan tidak mungkin bagi kita melakukan pembelian," pungkas
(ray/ray) Next Article Bulog Punya 1,4 Juta Ton Beras, Bawang Menipis, Jagung Kosong

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular