Meski Tak Ekonomis, 9 Blok CBM Lakukan Uji Produksi

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
16 October 2018 13:59
Pemerintah tengah uji produksi CBM di 9 blok, meski harga tak ekonomis
Foto: Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto (CNBC Indonesia/Anastasia Arvirianty)
Jakarta, CNBC Indonesia- Sebanyak sembilan dari 32 blok jenis CBM (Gas Metana Batu bara (Coal Bed Methane) telah melakukan tes produksi dalam rangka pengembangan blok jenis tersebut.

"Ke sembilan WK tersebut adalah Sangatta  1, Sangatta 2,  Kutai 1, Sanga-Sanga, Kotabu dan  Barito di Kalimantan. Sedangkan Sekayu, Muara Enim dan Tanjung Enim berlokasi di Sumatera. Dari sembilan blok tersebut, WK Tanjung Enim sedang dalam proses evaluasi untuk produksi (PoD I)," ujar Dirjen Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto melalui keterangan resminya, Selasa (16/10/2018).



Lebih lanjut, Djoko mengatakan, apabila PoD I Tanjung Enim disetujui, maka blok CBM akan berproduksi secara komersial. Adapun, kontrak blok Tanjung Enim  ditandatangani pada 4 Agustus 2009. Pemegang Participating Interest saat ini adalah Dart Energy (Tanjung Enim) Pte Ltd (45%), PT Pertamina Hulu Energi Metra Enim (27,5%) dan PT Bukit Asam Metana Enim (27,5%). Perkiraan produksi gas sekitar 27 MMSCFD (209 sumur pengembangan).

Sebagai informasi, sebanyak 54 kontrak kerja sama GMB (CBM) telah ditandatangani selama periode 2008-2012. Dari jumlah tersebut, 32 blok aktif melakukan kegiatan operasi migas. Sedangkan 22 blok telah diputus kontrak kerja samanya (terminasi) karena tidak melakukan kegiatan.

Sebelumnya, pemerintah mengakui harga minyak dunia menjadi kendala untuk pengembangan blok jenis Gas Metana Batu bara (Coal Bed Methane/CBM). Dengan kata lain, pengembangan blok CBM tidak ekonomis.

"Pengembangan blok CBM baru akan ekonomis apabila harga minyak dunia meningkat di atas US$ 100 per barel. Itu saya dengar dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi," kata Dirjen Migas Djoko Siswanto kepada media ketika dijumpai dalam rapat dengar pendapat dengan komisi VII DPR di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Senin (15/10).

Tidak hanya soal harga minyak dunia, perizinan pun ikut menjadi persoalan, misalnya untuk lahan, dan tidak ketinggalan masalah biayanya. Hal ini yang menyebabkan banyak kontraktor yang mengembalikan blok jenis CBM ini ke pemerintah.
(gus) Next Article Gas Metana Batu Bara Susah Dikembangkan RI, Ini Sebabnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular