Sawit & Salmon Hambat Tuntasnya Pembahasan RI-EFTA CEPA
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
12 October 2018 14:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, menggelar pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan Swiss pada hari ini di rangkaian acara IMF-World Bank Annual Meetings 2018.
Mendag mengatakan pertemuan itu guna menyepakati selesainya pembahasan Indonesia-European Free Trade Association (EFTA) Comprehensive Economic Agreement.
"Bahkan, tadi kami mengharapkan betul di akhir bulan ini, 29-30 Oktober, tim negosiasi dari 4 negara akan ke Bali untuk memfinalkan," kata dia di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018).
Dia menuturkan agar kedua belah pihak saling memberikan panduan supaya hasil pembahasan dapat saling menguntungkan.
Saat ini, ungkap Enggar, hal yang paling sensitif bagi Indonesia adalah terkait dengan minyak sawit.
"Tadi, dia juga bisa paham, hal yang paling sensitif buat kita adalah mengenai palm oil. Sesudah itu, 23 November, minimal ada announcement mengenai perjanjian di Jenewa, karena semua menteri, semua [anggota] EFTA, dari empat negara itu ada meeting di sana," ujar Mendag.
Mendag mengatakan saat ini posisi kedua pihak adalah saling menahan, di mana RI menahan ikan salmon dari Norwegia, dan negara anggota EFTA menahan sawit.
"Dari sisi pemerintah, dari menterinya, mereka sudah bisa memahani betul [mengenai minyak sawit] . Tapi, politik dalam negeri, tekanan dari partai oposisi dan dari parlemen untuk itu agak berat," ungkap Mendag.
Saat ini, kata dia, pemerintah Swiss sendiri sebetulnya sudah menyatakan tidak ingin melarang penggunaan sawit.
(ray/ray) Next Article Mantap! Harga CPO Diramal Tetap Tinggi Sampai Juni 2021
Mendag mengatakan pertemuan itu guna menyepakati selesainya pembahasan Indonesia-European Free Trade Association (EFTA) Comprehensive Economic Agreement.
"Bahkan, tadi kami mengharapkan betul di akhir bulan ini, 29-30 Oktober, tim negosiasi dari 4 negara akan ke Bali untuk memfinalkan," kata dia di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018).
![]() |
Dia menuturkan agar kedua belah pihak saling memberikan panduan supaya hasil pembahasan dapat saling menguntungkan.
Saat ini, ungkap Enggar, hal yang paling sensitif bagi Indonesia adalah terkait dengan minyak sawit.
"Tadi, dia juga bisa paham, hal yang paling sensitif buat kita adalah mengenai palm oil. Sesudah itu, 23 November, minimal ada announcement mengenai perjanjian di Jenewa, karena semua menteri, semua [anggota] EFTA, dari empat negara itu ada meeting di sana," ujar Mendag.
Mendag mengatakan saat ini posisi kedua pihak adalah saling menahan, di mana RI menahan ikan salmon dari Norwegia, dan negara anggota EFTA menahan sawit.
"Dari sisi pemerintah, dari menterinya, mereka sudah bisa memahani betul [mengenai minyak sawit] . Tapi, politik dalam negeri, tekanan dari partai oposisi dan dari parlemen untuk itu agak berat," ungkap Mendag.
Saat ini, kata dia, pemerintah Swiss sendiri sebetulnya sudah menyatakan tidak ingin melarang penggunaan sawit.
(ray/ray) Next Article Mantap! Harga CPO Diramal Tetap Tinggi Sampai Juni 2021
Most Popular