JK: BPJS Kesehatan Adalah Masalah Hidup atau Mati

Arys Aditya, CNBC Indonesia
12 October 2018 09:29
Wapres JK mengungkapkan BPJS harus diselamatkan agar rumah sakit juga dapat terus berjalan dan jaminan kesehatan bagi masyarakat tetap terjamin.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut upaya penyelamatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan seperti upaya hidup dan mati. 

Dalam pertemuan dengan direksi BPJS Kesehatan di kantornya, Wapres JK mengungkapkan BPJS harus diselamatkan agar rumah sakit juga dapat terus berjalan dan jaminan kesehatan bagi masyarakat tetap terjamin.

"Menyelamatkan BPJS Kesehatan dari defisit yang terus bertambah setiap tahunnya bagaikan masalah hidup mati, apakah harus memilih BPJS, rumah sakit atau rakyat. Tidak satu pun dari elemen tersebut yang ingin dikorbankan," kata JK, dikutip dari siaran resmi, Jumat (12/10/2018).

Sebelumnya, Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris melaporkan bahwa hasil tindak lanjut Rapat di Istana Bogor pada tanggal 7 September 2018 berkaitan dengan situasi terakhir BPJS Kesehatan, yang meminta untuk memaksimalkan peran Pemerintah Daerah dalam JKN-KIS (Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat). 

"Kami bersama direksi hadir di sini untuk menindaklanjutinya," ujarnya.

Fahmi memaparkan bahwa BPJS Kesehatan telah melakukan uji coba di 4 kota di Indonesia. Kesimpulannya kata Fahmi, peran pemda perlu diatur dalam regulasi tersendiri. 

Fahmi memaparkan BPJS Kesehatan memerlukan langkah jangka pendek dan jangka panjang untuk menyelesaikan masalah defisit yang terus bertambah.

Fahmi juga melaporkan masalah-masalah terkait jaminan kesehatan yang terjadi di lapangan, seperti membengkaknya tagihan bagi penyakit tertentu dalam kategori tidak parah sama besarnya dengan penyakit yang masuk kategori mengancam nyawa seseorang. 

"Selain itu, permasalahan pembatasan rujukan juga banyak diprotes oleh berbagai pihak." 

Merespon hal tersebut, Wapres menegaskan perlunya langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelamatkan BPJS dari defisit anggaran melalui penyesuaian besaran iuran, penyesuaian manfaat jaminan kesehatan dan pemberian suntikan dana tambahan, serta optimalisasi peran pemda. 

Wapres juga mengatakan bahwa sistem jaminan kesehatan di Indonesia terlalu luas, sehingga tidak mungkin mengelola  kesehatan dalam skala luas di Indonesia hanya oleh satu badan. 

"Hal inilah yang mendorong perlunya memaksimalkan peran pemda dalam jaminan kesehatan," ujarnya. 

Di negara maju sekalipun, Wapres menambahkan, terdapat pembatasan manfaat yang dapat diperoleh melalui jaminan kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah.

Oleh karena itu, Wapres mengharapkan pemda ikut mengontrol penggunaan dana jaminan kesehatan dengan melihat besarnya pemasukan dan pengeluaran dana kesehatan di daerahnya. 

"Ini dapat mendorong pula Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat di daerahnya," kata JK. 

Turut hadir mendampingi Fahmi Idris diantaranya Direktur Keuangan dan Investasi Kemal Imam Santoso, Direktur Kepesertaan Andayani Budi Lestari, Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan Maya Rusadi, Direktur Teknologi Informasi Wahyuddin Bagenda, Direktur Perencanaan dan Pengembangan Mundiharno, Direktur Direktur Hukum, Kepatuhan dan Hubungan Antar Lembaga Bayu Wahyudi, serta Direktur SDM dan Umum Mira Anggraini.

Sementara, Wapres didampingi oleh Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto, Staf Khusus Wapres Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Otonomi Daerah Syahrul Udjud. 

JK: BPJS Kesehatan Adalah Masalah Hidup atau MatiFoto: infografis/8Penyakit Kronis Orang RI yang Jadi Beban BPJS Kesehatan/Aristya Rahadian Krisabella


(roy/roy) Next Article Akhirnya, Dana Bailout BPJS Kesehatan Rp 5 T Cair Pekan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular