Internasional

Ini Senjata Rahasia China Bangkitkan Ekonomi yang Lesu

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
09 October 2018 18:02
China harus mengambil langkah-langkah stimulus yang kuat untuk mendukung pertumbuhan, karena negara sedang dalam periode
Foto: Great Wall China (Reuters)
Beijing, CNBC IndonesiaChina harus mengambil langkah-langkah stimulus yang kuat untuk mendukung pertumbuhan, karena negara sedang dalam periode "kritis" untuk menstabilkan ekonominya, menurut laporan di tabloid pemerintah Global Times.

Pada hari Senin (8/10/2018), pasar saham China anjlok karena nilai tukar yuan melemah karena rencana pemerintah menyuntikkan dana sebesar 750 miliar yuan atau setara US$108 miliar ke sistem perbankan.

Tiongkok berencana untuk memangkas setoran giro wajib minimum (GWM) dan menjadikan penurunan keempat kalinya tahun ini guna mendukung penyaluran kredit pada sektor usaha dan menggenjot perekonomian di tengah kegelisahan pasar akan dampak perang dagang dengan AS.

Para ekonom memperkirakan akan ada pemotongan GWM lagi ke depannya, meskipun para ahli tidak yakin bank sentral China akan memangkaskan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Melansir Reuters, suku bunga acuan China tidak pernah berubah sejak Oktober 2015. China telah berulang kali mengatakan tidak akan menggunakan stimulus besar-besaran.

Dalam sebuah komentar berbahasa Inggris, Global Times menulis bahwa mungkin China tidak mampu mengatasi tekanan-tekanan ini dengan terus menyempurnakan kebijakan ekonomi.

"Pada tahun 2008, pemerintah China mengumumkan paket stimulus 4 triliun yuan (US$ 578 miliar) untuk melawan dampak krisis keuangan global. Sekarang, ekonomi China berada di bawah tekanan yang lebih berat di tengah meningkatnya gesekan perdagangan," katanya.

"Beijing harus menyusun kebijakan stimulus yang kuat untuk menyuntikkan momentum baru ke dalam ekonomi riil."

Pandangan di surat kabar, yang dijalankan oleh surat kabar milik Partai Komunis, People's Daily, tidak selalu mencerminkan kebijakan pemerintah China.

Dana Moneter Internasional (IMF) pada Selasa memangkas proyeksi pertumbuhan China di 2019 menjadi 6,2% dari 6,4%, meskipun mempertahankan estimasi tahun ini di 6,6%. China bertujuan untuk memperluas ekonominya sekitar 6,5% pada 2018.

Untuk menilai situasi ekonomi China, seseorang harus mengambil pandangan jangka panjang dan pendekatan yang lebih holistik, kata Ning Jizhe, wakil ketua perencana negara China, kepada People's Daily dalam sebuah wawancara, menekankan bahwa pertumbuhan, pekerjaan, harga dan neraca pembayaran internasional telah distabilkan.

"Sebagian kesulitan yang dihadapi oleh perusahaan disebabkan oleh gesekan perdagangan dan sebagian karena transformasi ekonomi China," kata Ning.

Kementerian perdagangan China telah menyetujui program pedagangan khusus di enam kota di mana eksportir dikecualikan dari pajak pertambahan nilai sebesar 16%, menurut laporan media lokal baru-baru ini.

Ini Senjata Rahasia China Bangkitkan Ekonomi yang LesuFoto: Senjata rahasia China kalahkan AS dalam perang dagang (Aristya Rahadian Krisabella)

Perusahaan kecil tanpa lisensi ekspor juga dapat menggabungkan produk mereka dengan perusahaan dagang yang memiliki izin.

Kota-kota yang akan segera mendapat manfaat dari program ini termasuk Zhongshan di provinsi Guangzhou, Quanzhou di provinsi Fujian dan Wenzhou di provinsi Zhejiang.

China juga akan mengadopsi kebijakan fiskal yang lebih proaktif, termasuk potensi pemotongan pajak dalam skala yang lebih besar, Xinhua News Agency melaporkan pada hari Minggu, mengutip Menteri Keuangan Liu Kun.

Total pemotongan pajak untuk tahun ini diperkirakan akan melebihi 1,3 triliun yuan (US$ 188 miliar), menurut Liu.


(roy) Next Article Deteksi Corona, Jokowi: Jangan Sampai Indonesia Diragukan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular