IMF Bicara Pelemahan Rupiah yang Tembus Rp 15.000/US$
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
09 October 2018 10:54

Nusa Dua, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) tidak menganggap pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi selama beberapa waktu terakhir sebagai sesuatu yang mengkhawatirkan.
Rupiah telah melemah 10,6% terhadap greenback sepanjang tahun 2018, menurut data Thomson Reuters Eikon. Hingga pukul 11.06 WITA hari Selasa (9/10/2018), mata uang Garuda turun tipis 0,1% ke Rp 15.230/US$.
"Saya kira penting untuk menyadari bahwa pengetatan bertahap kebijakan moneter di AS, pendekatan yang lebih ketat di Uni Eropa, dan pengetatan kondisi keuangan secara umum berdampak pada negara-negara berkembang di seluruh dunia," kata kepala ekonom IMF Maurice Obstfeld dalam konferensi pers di sela-sela rangkaian IMF-World Bank (WB) Annual Meetings di Nusa Dua, Bali, hari Selasa.
"Mudah untuk membahas mengenai pelemahan mata uang namun ini lebih tentang penguatan dolar. Meskipun rupiah tahun ini terdepresiasi terhadap dolar sekitar 10%, depresiasi efektif terhadap negara-negara rekan dagangnya hanya 4%," tambahnya.
"Itulah mengapa saya tidak membesar-besarkan isu ini," kata Obstfeld.
IMF memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh masing-masing 5,1% tahun ini dan 2019, menurut laporan World Economic Outlook (WEO) yang dirilis Selasa di Nusa Dua, Bali.
Dalam WEO yang dipublikasikan April lalu, lembaga internasional yang berbasis di Washington, Amerika Serikat (AS), itu sebelumnya memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh 5,3% tahun ini dan 5,5% di 2019.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia telah menjadi kisah sukses yang sebenarnya dan meskipun kami telah menurunkan proyeksi pertumbuhan untuk beberapa tahun ke depan... pertumbuhan diharapkan tetap cukup kuat," kata Obstfeld.
Beberapa risiko yang menyebabkan ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh melambat, menurut IMF, adalah situasi perekonomian global dan efek ketegangan perdagangan antara AS dan China.
(dru) Next Article Waspada, IMF Sebut Dampak Perang Dagang Semakin Nyata
Rupiah telah melemah 10,6% terhadap greenback sepanjang tahun 2018, menurut data Thomson Reuters Eikon. Hingga pukul 11.06 WITA hari Selasa (9/10/2018), mata uang Garuda turun tipis 0,1% ke Rp 15.230/US$.
"Saya kira penting untuk menyadari bahwa pengetatan bertahap kebijakan moneter di AS, pendekatan yang lebih ketat di Uni Eropa, dan pengetatan kondisi keuangan secara umum berdampak pada negara-negara berkembang di seluruh dunia," kata kepala ekonom IMF Maurice Obstfeld dalam konferensi pers di sela-sela rangkaian IMF-World Bank (WB) Annual Meetings di Nusa Dua, Bali, hari Selasa.
![]() |
"Mudah untuk membahas mengenai pelemahan mata uang namun ini lebih tentang penguatan dolar. Meskipun rupiah tahun ini terdepresiasi terhadap dolar sekitar 10%, depresiasi efektif terhadap negara-negara rekan dagangnya hanya 4%," tambahnya.
"Itulah mengapa saya tidak membesar-besarkan isu ini," kata Obstfeld.
IMF memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh masing-masing 5,1% tahun ini dan 2019, menurut laporan World Economic Outlook (WEO) yang dirilis Selasa di Nusa Dua, Bali.
Dalam WEO yang dipublikasikan April lalu, lembaga internasional yang berbasis di Washington, Amerika Serikat (AS), itu sebelumnya memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh 5,3% tahun ini dan 5,5% di 2019.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia telah menjadi kisah sukses yang sebenarnya dan meskipun kami telah menurunkan proyeksi pertumbuhan untuk beberapa tahun ke depan... pertumbuhan diharapkan tetap cukup kuat," kata Obstfeld.
Beberapa risiko yang menyebabkan ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh melambat, menurut IMF, adalah situasi perekonomian global dan efek ketegangan perdagangan antara AS dan China.
(dru) Next Article Waspada, IMF Sebut Dampak Perang Dagang Semakin Nyata
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular