Waspada, IMF Sebut Dampak Perang Dagang Semakin Nyata

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
09 October 2018 09:51
Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun depan menjadi 3,7%
Foto: IMF-Annual Meetings (CNBC Indonesia/Monica Wareza)
Nusa Dua, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun depan menjadi 3,7% dari sebelumnya 3,9% yang diperkirakan Juli lalu, menurut laporan World Economic Outlook yang dirilis Selasa (9/10/2018).

Di beberapa negara penting, pertumbuhan tampak didukung oleh kebijakan yang tidak berkelanjutan dalam jangka panjang sehingga mendesak pemerintahnya untuk segera bergerak.

"Risiko pelemahan lainnya yang saat ini tampak semakin jelas dalam jangka pendek terkait dengan disrupsi dalam kebijakan perdagangan," kata kepala ekonom IMF Maurice Obstfeld dalam konferensi pers di sela-sela rangkaian IMF-World Bank (WB) Annual Meetings di Nusa Dua, Bali, hari Selasa.

Waspada, IMF Sebut Dampak Perang Dagang Semakin NyataFoto: IMF (CNBC Indonesia/Prima Wirayani)


"Dua perjanjian perdagangan regional besar berada dalam aliran itu - Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada (yang sedang menantikan persetujuan legislatif) dan Uni Eropa (yang sedang menegosiasikan Brexit)," ujarnya.

Tarif impor AS ke China dan lebih jauh lagi terhadap impor otomotif dan suku cadang, dapat mengganggu rantai pasokan yang telah ada, terutama bila aksi balasan terjadi, kata Obstfeld.

"Dampak kebijakan perdagangan dan ketidakpastian menjadi semakin terbukti di level makroekonomi sementara bukti lainnya berakumulasi menjadi bahaya bagi perusahaan-perusahaan. Kebijakan perdagangan merefleksikan politik, dan politik tetap tidak pasti di beberapa perekonomian, dan menjadi risiko tambahan," ungkapnya saat menyampaikan pernyataan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Menurut IMF, mekanisme kerja sama kebijakan global, terutama perdagangan, saat ini berada dalam tekanan dan perlu diperkuat lagi.

Pemerintah memiliki amunisi fiskal dan moneter yang lebih terbatas bila dibandingkan dengan saat krisis keuangan global melanda dunia 10 tahun lalu.

Oleh karena itu, negara-negara perlu membangun fiscal buffers-nya dan memperkuat ketahanan di beberapa bidang tambahan, termasuk memperbaiki regulasi keuangan dan menjalankan reformasi struktural yang mendorong bergeraknya dunia usaha dan pasar tenaga kerja.






(dru) Next Article Di Depan Investor, Gubernur BI: Kami Tetap Pre Emptive!

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular