
Internasional
Cadev Menipis, Negara Ini Minta Tolong IMF (Lagi)
Roy Franedya, CNBC Indonesia
09 October 2018 17:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Pakistan akan meminta dana talangan dari IMF karena pemerintahan baru Imran Khan ingin menyelamatkan keuangan negara yang telah terpukul karena penurunan drastis cadangan devisa.
Menteri keuangan Pakistan Asad Umar mengatakan kepada Financial Times,Senin (8/10/2018) bahwa perdana menteri Pakistan memutuskan untuk memulai pembicaraan dengan IMF sebab Bank sentral hanya memiliki cadangan devisa US$8,4 miliar pada akhir September 2018. Angka ini turun dari US$13.9 miliar pada tahun lalu. Cadev ini kurang menutupi pembayaran impor di akhir tahun.
Pakistan sedang menghadapi masalah yang pelik. Ekonomi negara ini tumbuh dua digit, namun disaat bersamaan impor tumbuh lebih tinggi ketimbang ekspor, hal ini membuat Pakistan menghadapi masalah pembayaran utang dan menguras cadangan devisa.
"Kami mewarisi situasi yang sulit di mana defisit fiskal melonjak sekitar 2,5 persen melampaui target pada tahun keuangan terakhir, dan defisit transaksi berjalan bulanan lebih dari US$ 2 miliar. Ini tidak mendukung, "kata Umar.
Maurice Obstfeld, kepala ekonom IMF, mengatakan bahwa negara itu adalah anggota "yang bereputasi baik" yang sepenuhnya berhak untuk meminta dukungan keuangan.
"Pakistan menderita sejumlah ketidakseimbangan: ketidakseimbangan fiskal yang sangat besar, ketidakseimbangan neraca berjalan yang besar, mereka juga memiliki tingkat cadangan [devisa] yang rendah dan mata uang yang terlalu kaku dan dinilai terlalu tinggi (overvalue)," katanya pada pertemuan tahunan IMF di Bali.
"Pemerintah telah menyatakan keinginan untuk memberlakukan reformasi struktural yang mendalam yang mungkin mematahkan siklus sering meminta dukungan keuangan. Ini adalah tanda yang sangat baik untuk maju."
Awal tahun ini FT mengungkapkan rencana Pakistan mendekati IMF untuk dapatkan bailout US$12 miliar, yang akan menjadi paket penyelamatan ke-13 dan terbesar sejak menjadi negara merdeka pada 1947.
Islamabad juga mencari pinjaman dari China pada bulan Juli untuk menghindari bailout IMF dan menyebut dana itu sebagai "upaya terakhir" dan hubungan Pakistan-AS telah lama tegang.
Pejabat di Islamabad mengatakan mendekati IMF menjadi tidak dapat dihindari ketika Arab Saudi menolak permintaan penunda pembayaran impor minyak pekan lalu.
Sebaliknya, Riyadh berencana untuk fokus pada investasi kilang minyak di pelabuhan Gwadar, Pakistan selatan, yang sedang dikembangkan oleh China sebagai bagian dari Koridor Ekonomi China-Pakistan senilai US$ 62 miliar (CPEC).
Mengutip CNBC International, pada Selasa (9/10/2018) nilai tukar rupiah anjlok 7% karena program devaluasi yang dilakukan bank sentral sementara pasar saham kembali terkoreksi karena rencana mencari bailout dari IMF.
Ini merupakan devaluasi kelima kalinya rupee Pakistan sejak Desember 2017. Hingga saat ini nilai rupee Pakistan sudah anjlok 26% yang dilihat sebagai salah atau prasyarat dari paket penyelamatan IMF. Pada 2013, IMF memberikan bantuan sebesar US$6,7 miliar pada Islamabad.
(roy/dru) Next Article Terungkap! Penyebab Ledakan Covid Australia sampai Malaysia
Menteri keuangan Pakistan Asad Umar mengatakan kepada Financial Times,Senin (8/10/2018) bahwa perdana menteri Pakistan memutuskan untuk memulai pembicaraan dengan IMF sebab Bank sentral hanya memiliki cadangan devisa US$8,4 miliar pada akhir September 2018. Angka ini turun dari US$13.9 miliar pada tahun lalu. Cadev ini kurang menutupi pembayaran impor di akhir tahun.
Pakistan sedang menghadapi masalah yang pelik. Ekonomi negara ini tumbuh dua digit, namun disaat bersamaan impor tumbuh lebih tinggi ketimbang ekspor, hal ini membuat Pakistan menghadapi masalah pembayaran utang dan menguras cadangan devisa.
"Pakistan menderita sejumlah ketidakseimbangan: ketidakseimbangan fiskal yang sangat besar, ketidakseimbangan neraca berjalan yang besar, mereka juga memiliki tingkat cadangan [devisa] yang rendah dan mata uang yang terlalu kaku dan dinilai terlalu tinggi (overvalue)," katanya pada pertemuan tahunan IMF di Bali.
"Pemerintah telah menyatakan keinginan untuk memberlakukan reformasi struktural yang mendalam yang mungkin mematahkan siklus sering meminta dukungan keuangan. Ini adalah tanda yang sangat baik untuk maju."
Awal tahun ini FT mengungkapkan rencana Pakistan mendekati IMF untuk dapatkan bailout US$12 miliar, yang akan menjadi paket penyelamatan ke-13 dan terbesar sejak menjadi negara merdeka pada 1947.
Islamabad juga mencari pinjaman dari China pada bulan Juli untuk menghindari bailout IMF dan menyebut dana itu sebagai "upaya terakhir" dan hubungan Pakistan-AS telah lama tegang.
Pejabat di Islamabad mengatakan mendekati IMF menjadi tidak dapat dihindari ketika Arab Saudi menolak permintaan penunda pembayaran impor minyak pekan lalu.
Sebaliknya, Riyadh berencana untuk fokus pada investasi kilang minyak di pelabuhan Gwadar, Pakistan selatan, yang sedang dikembangkan oleh China sebagai bagian dari Koridor Ekonomi China-Pakistan senilai US$ 62 miliar (CPEC).
Mengutip CNBC International, pada Selasa (9/10/2018) nilai tukar rupiah anjlok 7% karena program devaluasi yang dilakukan bank sentral sementara pasar saham kembali terkoreksi karena rencana mencari bailout dari IMF.
Ini merupakan devaluasi kelima kalinya rupee Pakistan sejak Desember 2017. Hingga saat ini nilai rupee Pakistan sudah anjlok 26% yang dilihat sebagai salah atau prasyarat dari paket penyelamatan IMF. Pada 2013, IMF memberikan bantuan sebesar US$6,7 miliar pada Islamabad.
(roy/dru) Next Article Terungkap! Penyebab Ledakan Covid Australia sampai Malaysia
Most Popular