Internasional

Ketidakpastian Brexit Mulai Ganggu Dunia Usaha Inggris

Wangi Sinintya, CNBC Indonesia
08 October 2018 16:53
Belum tercapainya kesepakatan keluarnya Inggris dari Uni Eropa membuat perusahaan kesulitan melakukan ekspor hingga mencari staff baru.
Foto: REUTERS/Peter Nicholls
London, CNBC Indonesia - Ketidakpastian yang ditimbulkan dari keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) mulai terasa. Ekspor melambat, perusahaan kesulitan mendapatkan tenaga kerja dan investasi dikurangi, dua survei menunjukkan hal, Senin (8/10/2018).

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Inggris mengatakan survei terhadap 5.600 perusahaan, menunjukkan perusahaan jasa yang paling kesulitan menemukan staf sejak survei dimulai pada tahun 1989, dan pertumbuhan ekspor pabrik adalah yang paling lambat sejak akhir 2016.
 
"Angka-angka ini memperkuat apa yang kami dengar dari naik dan turunnya bisnis dalam negeri, ketidakpastian atas Brexit, dan kurangnya langkah berani. Brexit mulai menggigit perusahaan," kata direktur jenderal Kadin Inggris, Adam Marshall.
 
Minggu lalu, Perdana Menteri Theresa May mengatakan kepada Partai Konservatif untuk mendukung rencananya meninggalkan Uni Eropa karena Inggris memasuki "bagian tersulit dari perundingan".
 
Sumber-sumber diplomatik mengatakan pada Reuters, Jumat, perunding Brexit EU melihat kesepakatan pisah "sangat dekat".
 
Perekonomian Inggris telah tertinggal dari sisi pertumbuhan dibandingkan dengan banyak negara kaya lainnya, sejak voting Brexit 2016.
 
Survei triwulanan Kadin Inggris menunjukkan bahwa persentase bisnis jasa yang ingin merekrut lebih banyak staf selama tiga bulan ke depan turun menjadi 47 persen dari 60 persen, terendah sejak kuartal pertama 1993. 72 persen perusahaan melaporkan kesulitan perekrutan.
 
Untuk produsen, pertumbuhan dalam penjualan ekspor dan pesanan ekspor baru adalah yang paling lambat sejak akhir 2016.
 
"Weaker sterling (pelemahan poundsterling) tidak lagi memberikan keuntungan bagi banyak eksportir kami, sementara pengeluaran konsumen gagal meningkatkan pasar domestik," kata Marshall.
 
Secara terpisah pada hari Senin, perusahaan akuntansi Deloitte mengatakan survei terhadap eksekutif keuangan menunjukkan pengeluaran dan perekrutan bisnis yang lebih lambat setelah Brexit.
 
Hanya 13 persen dari CFO lebih optimis tentang prospek untuk perusahaan mereka daripada tiga bulan yang lalu, turun dari 24 persen pada Juli, kata Deloitte.
 
Tujuh puluh sembilan persen mengatakan, mereka memperkirakan lingkungan bisnis jangka panjang menjadi lebih buruk sebagai akibat meninggalkan Uni Eropa, bagian tertinggi sejak voting Brexit 2016.
 
David Sproul, kepala eksekutif Deloitte North West Europe, mengatakan kepercayaan bisa pulih jika Inggris mendapatkan kesepakatan Brexit.
 
"Kesepakatan dengan periode transisi yang masuk akal akan menghilangkan ketidakpastian dan harus memberikan dorongan nyata untuk semangat bisnis," katanya.




(roy) Next Article Deteksi Corona, Jokowi: Jangan Sampai Indonesia Diragukan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular