Internasional

Erdogan Melunak, Turki Izinkan Transaksi Ini Pakai Dolar AS

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
08 October 2018 15:25
Pemerintah Turki akan memberikan pengecualian penggunaan mata uang asing pada kontrak ekspor, instrumen pasar modal dan kontrak kerja yang melibatkan asing.
Foto: Cem Oksuz/Presidential Palace/Handout via REUTERS
Istanbul, CNBC Indonesia - Pemerintah Turki mengeluarkan kebijakan baru soal penggunaan mata uang valua asing (valas) di dalam negeri. Pemerintah Turki akan memberikan pengecualian terhadap kontrak terkait ekspor, instrumen pasar modal dan kontrak kerja yang melibatkan asing.

Rencana ini diumumkan oleh kantor berita Gazette seperti dilansir dari Reuters, Senin (8/10/2018).

Bulan lalu, Turki mengeluarkan kebijakan baru tentang penggunaan mata uang Lira di sektor properti. Pemerintah Turki mewajibkan penggunaan mata uang lira untuk penjualan, transaksi sewa guna usaha dan kontrak sewa properti.

Kebijakan ini diambil untuk menguatkan mata uang Lira yang telah kehilangan 38% nilainya terhadap dolar AS dari nilainya tahun ini.

Nilai tukar Lira anjlok karena rencana presiden Recep Tayyip Erdogan untuk menerapkan kebijakan moneter longgar dengan menahan suku bunga acuan atau bahkan menurunkan bunga acuan ketika lira terus tertekan karena defisit transaksi berjalan (current account deficit).

Lira semakin tertekan ketika AS menerapkan sanksi berupa tarif bea masuk pada aluminium dan baja dari Turki menjadi masing-masing 20 persen dan 50 persen. kedua logam ini merupakan ekspor utama Turki. Pada Senin lira turki diperdagangakan 6,15 dolar AS.

Gazette mengatakan pada hari Sabtu bahwa pengecualian juga akan mencakup bidang-bidang seperti penjualan perangkat lunak yang diproduksi di luar negeri, kontrak sewa kapal dan kontrak yang melibatkan lembaga negara, jika mereka tidak terkait dengan properti atau pekerjaan.

Jika ada kegagalan untuk menegosiasikan kembali kontrak yang saat ini tercatat dalam mata uang asing, maka akan dikonversi ke lira dengan nilai tukar resmi 2 Januari dan ditingkatkan sejalan dengan tingkat inflasi harga konsumen.

Melansir Reuters, lira ditransaksikan di 3,8 terhadap dolar pada awal tahun tetapi sejak itu merosot menjadi 6,15. Mata uang ini diperdagangkan pada 4,5 terhadap euro pada awal tahun dan sekarang di 7,08.

Para ekonom dan pelaku industri telah menyuarakan keraguan bahwa langkah itu akan memiliki dampak positif permanen, mengatakan hal itu menghambat prediktabilitas dan kemungkinan akan membawa beban tambahan bagi perusahaan dengan utang mata uang asing.

[Gambas:Video CNBC]


(roy) Next Article Lira Krisis, Orang Terkaya Turki Kehilangan Harta Rp 335 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular