
Rupiah Terus Merosot, Pengusaha: Naikkan Harga BBM
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
03 October 2018 11:14

Jakarta, CNBC Indonesia- Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta pemerintah berani mengambil bauran kebijakan yang lebih efektif dalam meminimalisir dampak pelemahan rupiah, salah satunya dengan menaikkan harga BBM.
Per pukul 10.00 WIB pagi ini, US$ 1 ditransaksikan pada Rp 15.075 di pasar spot. Rupiah melemah 0,23% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Sementara itu, harga jual dolar AS di beberapa bank telah menembus level Rp 15.100/US$.
Wakil Ketua Umum Apindo Shinta Kamdani menjelaskan, pelemahan rupiah yang terus terjadi pastinya berdampak ke kenaikan harga barang, terutama sektor yg menggunakan bahan baku impor yg besar. Kendati demikian, hingga saat ini pelaku usaha masih berupaya sebisa mungkin untuk mempertahankannya.
Pemerintah, lanjut Shinta, harus segera mencari cara baru setelah kebijakan menaikkan PPh Pasal 22 untuk barang impor dan kewajiban konversi Devisa Hasil Ekspor (DHE) dirasa belum cukup.
"Mungkin saat ini pemerintah perlu mempertimbangkan solusi lain misalnya mendorong penggunaan valas selain USD untuk transaksi perdagangan karena saat ini kita punya perjanijan currency swap agreement dengan China, Thailand dan Malaysia," ujar Shinta kepada CNBC Indonesia, Rabu (3/10/2018).
"Atau mungkin, bila perlu menaikkan harga BBM agar defisit transaksi berjalan [current account deficit/CAD] kita bisa lebih turun," imbuhnya.
Shinta mengungkapkan, kondisi industri yang berbasis ekspor saat ini cukup baik. Kendati demikian, industri yang tertekan adalah perusahaan yang operasinya di dalam negeri dan bergantung pada impor seperti retail dan properti.
Strategi perusahaan di waktu seperti ini mungkin akan diarahkan untuk melakukan efisiensi dulu sambil melihat peluang lain atau diversifikasi usaha.
"Terlebih saat ini resikonya masih tinggi: pada Desember nanti, The Fed akan menaikkan suku bunga lagi, perang dagang dan trust investor terhadap negara berkembang yang terus turun. Sehingga kita outlook-nya masih cukup menantang sampai akhir tahun ini," jelas Shinta.
(gus) Next Article Didemo Rakyat Iran, Kenaikan BBM Justru Didukung Khamenei
Per pukul 10.00 WIB pagi ini, US$ 1 ditransaksikan pada Rp 15.075 di pasar spot. Rupiah melemah 0,23% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Sementara itu, harga jual dolar AS di beberapa bank telah menembus level Rp 15.100/US$.
Wakil Ketua Umum Apindo Shinta Kamdani menjelaskan, pelemahan rupiah yang terus terjadi pastinya berdampak ke kenaikan harga barang, terutama sektor yg menggunakan bahan baku impor yg besar. Kendati demikian, hingga saat ini pelaku usaha masih berupaya sebisa mungkin untuk mempertahankannya.
Pemerintah, lanjut Shinta, harus segera mencari cara baru setelah kebijakan menaikkan PPh Pasal 22 untuk barang impor dan kewajiban konversi Devisa Hasil Ekspor (DHE) dirasa belum cukup.
"Atau mungkin, bila perlu menaikkan harga BBM agar defisit transaksi berjalan [current account deficit/CAD] kita bisa lebih turun," imbuhnya.
Shinta mengungkapkan, kondisi industri yang berbasis ekspor saat ini cukup baik. Kendati demikian, industri yang tertekan adalah perusahaan yang operasinya di dalam negeri dan bergantung pada impor seperti retail dan properti.
Strategi perusahaan di waktu seperti ini mungkin akan diarahkan untuk melakukan efisiensi dulu sambil melihat peluang lain atau diversifikasi usaha.
"Terlebih saat ini resikonya masih tinggi: pada Desember nanti, The Fed akan menaikkan suku bunga lagi, perang dagang dan trust investor terhadap negara berkembang yang terus turun. Sehingga kita outlook-nya masih cukup menantang sampai akhir tahun ini," jelas Shinta.
(gus) Next Article Didemo Rakyat Iran, Kenaikan BBM Justru Didukung Khamenei
Most Popular