
Jelang Tahun Politik, Harga Beras Diperkirakan Naik
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
24 September 2018 19:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah diminta mengantisipasi terjadinya fluktuasi harga beras yang tinggi pada November 2018 hingga Maret 2019.
Peneliti Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi), Prof. Husein Sawit memprediksi harga beras akan meningkat tinggi menjelang tahun politik, disebabkan oleh musim kemarau yang berkepanjangan pada tahun ini.
"Harga beras akan meningkat tinggi pada musim kemarau panjang, di mana panen akan terundur beberapa bulan. Instabilitas harga tinggi diprediksi pada November-Maret yang akan datang," paparnya dalam diskusi ketahanan pangan 2019 di Menara Kadin, Senin (24/9/2018).
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui siaran pers memang memprediksi kemarau tahun ini akan terjadi hingga akhir Oktober 2018.
".... Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal menerangkan hasil monitoring yang dilakukan BMKG menunjukkan hingga pertengahan Agustus 2018 hampir seluruh wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau yaitu sebanyak 95.03%. Sedangkan sisanya 4.97% masih mengalami musim hujan. Adapun musim kemarau diprediksikan akan berlangsung hingga akhir Oktober 2018," bunyi siaran pers BMKG tertanggal 23 Agustus 2018.
Pada umumnya, dengan musim kemarau normal, masa tanam padi dapat dimulai pada awal musim hujan di bulan September, dengan panen raya yang dapat dimulai pada medio Februari-Maret.
Adapun Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian Agung Hendriadi mengaku tidak khawatir dengan hal tersebut sebab cadangan beras pemerintah saat ini berlimpah.
"Itu bagus, memberikan warning ke kita. Tapi kita sekarang melihat faktual yang ada, hari ini stok di Bulog 2,6 juta ton. Ini sangat cukup, bandingkan dengan beberapa tahun lalu. Tahun lalu cadangan beras kita hanya 250 ribu ton, hanya 10% dari sekarang," ujar Agung usai diskusi.
Agung menambahkan, Kementan juga optimis panen yang masih akan berlangsung di bulan ini hingga November rata-rata akan menghasilkan 2,8 juta ton beras per bulannya.
"Kalau kita masih panen artinya dengan kebutuhan kita 2,5 juta ton per bulan, cadangan ini tidak dipakai. Jadi dengan cadangan yg kita punya ini tidak usah kawatir. Justru sekarang kita berpikir bagaimana cadangan yang 2,6 juta ton itu bisa diperbaharui, karena kalau disimpan lama-lama bisa rusak," jelasnya.
(ray) Next Article Ada Covid-19, Produksi Beras di Indramayu Tak Terganggu
Peneliti Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi), Prof. Husein Sawit memprediksi harga beras akan meningkat tinggi menjelang tahun politik, disebabkan oleh musim kemarau yang berkepanjangan pada tahun ini.
"Harga beras akan meningkat tinggi pada musim kemarau panjang, di mana panen akan terundur beberapa bulan. Instabilitas harga tinggi diprediksi pada November-Maret yang akan datang," paparnya dalam diskusi ketahanan pangan 2019 di Menara Kadin, Senin (24/9/2018).
".... Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal menerangkan hasil monitoring yang dilakukan BMKG menunjukkan hingga pertengahan Agustus 2018 hampir seluruh wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau yaitu sebanyak 95.03%. Sedangkan sisanya 4.97% masih mengalami musim hujan. Adapun musim kemarau diprediksikan akan berlangsung hingga akhir Oktober 2018," bunyi siaran pers BMKG tertanggal 23 Agustus 2018.
Pada umumnya, dengan musim kemarau normal, masa tanam padi dapat dimulai pada awal musim hujan di bulan September, dengan panen raya yang dapat dimulai pada medio Februari-Maret.
Adapun Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian Agung Hendriadi mengaku tidak khawatir dengan hal tersebut sebab cadangan beras pemerintah saat ini berlimpah.
"Itu bagus, memberikan warning ke kita. Tapi kita sekarang melihat faktual yang ada, hari ini stok di Bulog 2,6 juta ton. Ini sangat cukup, bandingkan dengan beberapa tahun lalu. Tahun lalu cadangan beras kita hanya 250 ribu ton, hanya 10% dari sekarang," ujar Agung usai diskusi.
Agung menambahkan, Kementan juga optimis panen yang masih akan berlangsung di bulan ini hingga November rata-rata akan menghasilkan 2,8 juta ton beras per bulannya.
"Kalau kita masih panen artinya dengan kebutuhan kita 2,5 juta ton per bulan, cadangan ini tidak dipakai. Jadi dengan cadangan yg kita punya ini tidak usah kawatir. Justru sekarang kita berpikir bagaimana cadangan yang 2,6 juta ton itu bisa diperbaharui, karena kalau disimpan lama-lama bisa rusak," jelasnya.
(ray) Next Article Ada Covid-19, Produksi Beras di Indramayu Tak Terganggu
Most Popular