Mendag: Ekspor Tekstil Bisa Pulihkan Neraca Dagang

Samuel Pablo, CNBC Indonesia
17 September 2018 20:48
Mendag yakin neraca dagang bisa pulih, terutama dengan bantuan tekstil
Foto: Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia- Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan neraca perdagangan non-migas RI bulan Agustus 2018 mencatatkan surplus di tengah neraca perdagangan yang masih mengalami deifisit.

Untuk sisa tahun ini, Enggar menekankan pentingnya memulihkan kendala/hambatan ekspor bagi komoditas andalan seperti batu bara dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sembari terus menggenjot ekspor hasil industri manufaktur.



"Ya yang pasti semula kita turun karena trader batu bara tidak boleh ekspor, kita tahu CPO dikenakan bea masuk yang tinggi di beberapa negara, kemudian ada pengenaan DMO [kewajiban pasok kebutuhan batu bara dalam negeri]. Ini dipulihkan, sambil industri manufakturnya dinaikkan," jelasnya di Hotel El Royale, Kelapa Gading, Senin (17/9/2018).

Satu komoditas ekspor industri manufaktur yang menurutnya sangat mungkin meningkat adalah tekstil dan produk tekstil (TPT), di mana peningkatan ekspor ke Amerika Serikat (AS) dan Australia disebutnya dapat mencapai 20-25%.

"Dari kunjungan ke AS, kita akan menyerap kapas dari AS tapi ekspor TPT-nya juga dapat meningkat cukup signifikan, sedang dihitung, bisa sekitar 20-25%," ujarnya.

Selain itu, penandatanganan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA CEPA) yang dijadwalkan pada November nanti menurutnya juga dapat meningkatkan nilai ekspor TPT dengan besaran yang sama.

Sebelumnya, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menargetkan pertumbuhan ekspor di tahun ini mencapai 8% atau senilai US$ 13,5 miliar.

Adapun pada 2025, API menargetkan ekspor tektil dapat mencapai US$ 30 miliar. 

"Di 2020 kita harapkan perjanjian EU CEPA [Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa] sudah diratifikasi, di mana Eropa adalah pasar utama tekstil kita dengan nilai hampir lebih dari US$ 800 miliar," ujar Ketua Umum API, Ade Sudradjat.

"Indonesia baru menguasai pangsa pasar di sana kurang lebih 2%. Kalau kita bisa naikkan jadi 5% saja, artinya sudah lebih dari US$ 30 miliar," imbuhnya.
(gus) Next Article RI Masih Tekor Dagang Sama Australia dan Thailand

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular