
Setop Krisis, Bank Sentral Turki Diramal Naikkan Bunga Acuan
Rehia Indrayanti Beru Sebayang, CNBC Indonesia
12 September 2018 19:51

Istanbul, CNBC Indonesia - Bank Sentral Turki diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan (one week repo rate) pada Kamis (13/9/2018). Langkah itu bertujuan untuk menghentikan krisis mata uang.
Mata uang Turki, lira, telah anjlok sekitar 40% terhadap US$ pada tahun ini. Hal itu disebabkan kekhawatiran investor terhadap pengaruh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terhadap kebijakan moneter.
Selain itu, perselisihan sengit Turki dengan Amerika Serikat (AS) baru-baru ini juga telah mengganggu para investor.
Sebelumnya pada Juli lalu, Bank Sentral Turki memutuskan untuk tidak menaikkan bunga acuan. Hal itu membuat berbagai pihak berpikir otoritas itu berada di bawah tekanan Erdogan.
Dalam sejumlah kesempatan, Erdogan suku bunga acuan sebagai "sumber dari semua kejahatan". Erdogan juga selalu mendesak agar suku bunga acuan tetap rendah.
Tapi setelah inflasi melonjak pada Agustus ke level tertinggi dalam hampir 15 tahun, Bank Sentral Turki mengatakan akan mengambil tindakan untuk mencegah risiko demi memengaruhi stabilitas harga. Langkah itu merupakan langkah menenangkan pasar keuangan.
Bank Sentral Turki menyatakan kebijakan moneter akan disesuaikan pada pertemuan komite kebijakan, Kamis (13/9/3018). Kalangan analis melihat hal itu sebagai sinyal kenaikan suku bunga acuan yang sekarang berada pada level 17,75% atau sedikit lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi tahunan 17,9%.
Analis dari Societe Generale Phoenix Kalen memperkirakan suku bunga acuan menjadi 20,75%.
"Meskipun besaran pengetatan moneter ini dapat mengecewakan ekspektasi pasar dan memicu kelemahan lira," kata Kalen seperti dilansir Reuters.
Pertumbuhan ekonomi Turki melambat menjadi 5,2% pada kuartal kedua. Berbagai kalangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan melambat lagi pada kuartal berikut.
Survei Reuters terhadap 11 ekonom memprediksi one-week repo rate akan dinaikkan. Perkiraan rata-rata adalah 22%. Akan tetapi, ada juga yang memprediksi peningkatan berada pada kisaran 225 basis poin, menjadi 725 basis poin.
Analis dari Credit Agricole Guillaume Tresca memiliki penilaian terhadap kebijakan yang akan diambil Bank Sentral Turki.
"Kami tahu mereka tidak independen dan hanya itu. Jadi, Anda tidak dapat memprediksi apa yang akan mereka lakukan. Apa yang Anda coba lakukan adalah memprediksi apa yang akan dilakukan Presiden Erdogan," ujar Tresca.
Analis dari ING Muhammet Mercan mengatakan, pihak berwenang perlu bertindak dengan langkah-langkah yang dapat dipercaya. Hal itu untuk memulihkan kepercayaan pasar.
Mercan memperkirakan suku bunga acuan akan dinaikkan menjadi 21% karena pelemahan lira dan prospek inflasi yang memburuk.
(miq/miq) Next Article Partainya Telan Kekalahan, Erdogan Pilih Fokus ke Ekonomi
Mata uang Turki, lira, telah anjlok sekitar 40% terhadap US$ pada tahun ini. Hal itu disebabkan kekhawatiran investor terhadap pengaruh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terhadap kebijakan moneter.
Selain itu, perselisihan sengit Turki dengan Amerika Serikat (AS) baru-baru ini juga telah mengganggu para investor.
Dalam sejumlah kesempatan, Erdogan suku bunga acuan sebagai "sumber dari semua kejahatan". Erdogan juga selalu mendesak agar suku bunga acuan tetap rendah.
Tapi setelah inflasi melonjak pada Agustus ke level tertinggi dalam hampir 15 tahun, Bank Sentral Turki mengatakan akan mengambil tindakan untuk mencegah risiko demi memengaruhi stabilitas harga. Langkah itu merupakan langkah menenangkan pasar keuangan.
Bank Sentral Turki menyatakan kebijakan moneter akan disesuaikan pada pertemuan komite kebijakan, Kamis (13/9/3018). Kalangan analis melihat hal itu sebagai sinyal kenaikan suku bunga acuan yang sekarang berada pada level 17,75% atau sedikit lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi tahunan 17,9%.
"Meskipun besaran pengetatan moneter ini dapat mengecewakan ekspektasi pasar dan memicu kelemahan lira," kata Kalen seperti dilansir Reuters.
Pertumbuhan ekonomi Turki melambat menjadi 5,2% pada kuartal kedua. Berbagai kalangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan melambat lagi pada kuartal berikut.
Survei Reuters terhadap 11 ekonom memprediksi one-week repo rate akan dinaikkan. Perkiraan rata-rata adalah 22%. Akan tetapi, ada juga yang memprediksi peningkatan berada pada kisaran 225 basis poin, menjadi 725 basis poin.
Analis dari Credit Agricole Guillaume Tresca memiliki penilaian terhadap kebijakan yang akan diambil Bank Sentral Turki.
"Kami tahu mereka tidak independen dan hanya itu. Jadi, Anda tidak dapat memprediksi apa yang akan mereka lakukan. Apa yang Anda coba lakukan adalah memprediksi apa yang akan dilakukan Presiden Erdogan," ujar Tresca.
Analis dari ING Muhammet Mercan mengatakan, pihak berwenang perlu bertindak dengan langkah-langkah yang dapat dipercaya. Hal itu untuk memulihkan kepercayaan pasar.
Mercan memperkirakan suku bunga acuan akan dinaikkan menjadi 21% karena pelemahan lira dan prospek inflasi yang memburuk.
(miq/miq) Next Article Partainya Telan Kekalahan, Erdogan Pilih Fokus ke Ekonomi
Most Popular