Internasional

Meski Sudah Protektif, Defisit Dagang AS Tetap Melonjak

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
06 September 2018 15:04
Departemen Perdagangan AS pada hari Rabu (5/9/2018) mengatakan defisit perdagangan melonjak 9,5% menjadi US$50,1 miliar di Juli.
Foto: REUTERS/Andres Stapff
Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit perdagangan Amerika Serikat (AS) kembali melonjak di bulan Juli karena ekspor kedelai dan pesawat sipil menurun sementara angka impor mencapai rekor tertinggi. Hal itu menunjukkan bahwa perdagangan bisa menjadi hambatan bagi pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga.

Peningkatan ini merupakan pelebaran bulanan terbesar sejak 2015, tulis CNBC International.



Departemen Perdagangan pada hari Rabu (5/9/2018) mengatakan defisit perdagangan melonjak 9,5% menjadi US$50,1 miliar. Peningkatan ini merupakan yang kedua bulan secara berturut-turut. Dari data Juni yang direvisi, diketahui defisit perdagangan naik menjadi US$45,7 miliar (Rp 746,7 triliun), bukan sebesar US$46,3 miliar yang dilaporkan sebelumnya.

Defisit perdagangan barang yang sensitif secara politikĀ dengan China melonjak 10% ke rekor US$36,8 miliar.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters telah memperkirakan defisit perdagangan keseluruhan membengkak menjadi US$50,3 miliar pada bulan Juli. Kesenjangan perdagangan terus melebar meski ada kebijakan "America First" pemerintahan Trump, yang telah membuat Amerika Serikat terlibat dalam perang tarif dengan Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko serta perang dagang yang panas dengan China.

Presiden Donald Trump mengatakan tarif impor baja, aluminium, dan tarif pada berbagai barang-barang China perlu diberlakukan untuk melindungi industri-industri Amerika dari apa yang disebutnya sebagai persaingan asing yang tidak adil.

Pemerintah mengatakan dengan menghilangkan defisit perdagangan, maka jalur pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan akan lebih cepat. Namun, argumen itu telah dibantah oleh para ekonom. Para ekonom menyebut defisit perdagangan disebabkan oleh kendala besar seperti produktivitas rendah dan pertumbuhan penduduk yang lambat.

Amerika Serikat dan China telah saling mengenakan tarif impor pada produk gabungan senilai US$100 miliar sejak awal Juli. Diperkirakan akan ada lebih banyak tarif lagi yang akan diluncurkan, sehingga dapat menimbulkan risiko bagi pertumbuhan ekonomi domestik dan global.

Kesenjangan perdagangan menyempit pada bulan April dan Mei karena petani mengeksporĀ kedelai ke China sebelum tarif pembalasan Beijing mulai berlaku pada awal Juli, melansir CNBC International.

Ketika disesuaikan dengan inflasi, defisit perdagangan meningkat menjadi yang tertinggi dalam lima bulan, yaitu US$82,5 miliar pada bulan Juli dari US$79,3 miliar pada bulan Juni. Defisit perdagangan riil Juli berada di atas rata-rata kuartal kedua, sebesar US$77,5 miliar.

Jika tren itu berlanjut pada bulan Agustus dan September, perdagangan dapat mengurangi pertumbuhan produk domestik bruto kuartal ketiga.

Perdagangan menyumbang 1,17 poin persentase ke laju pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 4,2% pada kuartal kedua.

Pada bulan Juli, kesenjangan perdagangan dengan Meksiko menyempit 25,3% menjadi US$5,5 miliar sementara defisit dengan Kanada melonjak 57,6% menjadi US$3,1 miliar. Defisit perdagangan dengan Uni Eropa melonjak 50% ke rekor tertinggi di US$17,6 miliar.

Pada bulan Juli, ekspor barang dan jasa turun 1% menjadi US$211,1 miliar. Ekspor kedelai turun US$0,7 miliar dan pengiriman pesawat sipil menurun US$1,6 miliar. Namun ekspor minyak adalah yang tertinggi dalam catatan.



Impor barang dan jasa meningkat 0,9% ke rekor US$261,2 miliar pada bulan Juli. Angka itu didorong oleh impor komputer dan aksesoris komputer. Tagihan impor juga didorong oleh impor minyak, yang merupakan yang tertinggi sejak Desember 2014. Gelombang tersebut mencerminkan kenaikan harga minyak.

Harga minyak mentah impor rata-rata US$64,63 per barel pada bulan Juli, naik dari US$62,42 pada bulan Juni. Ada juga peningkatan impor mobil dan suku cadang serta barang-barang lainnya. Namun, impor sediaan farmasi turun US$1,3 miliar.
(prm) Next Article Ini Ekspor Pariwisata RI, yang Bisa Jadi Obat Defisit Dagang

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular