
Disebut Jadi Bos Pertamina karena Politik, Ini Jawaban Nicke
Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
30 August 2018 11:04

Jakarta, CNBC Indonesia- Nicke Widyawati ditetapkan menjadi Direktur Utama PT Pertamina (Persero) definitif, kemarin. Namun, pengangkatan dirinya diterjang isu mulai dari ada unsur politisasi hingga dinilai tak mumpuni.
Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno menegaskan bahwa anggapan itu tidak benar. Semua proses pemilihan dilakukan sudah sesuai dan mengikuti aturan yang ada.
"Tentu semua pertimbangan menjadi masukan, tapi saya harapkan dan yakinkan bahwa tidak ada kepentingan politik dalam pengangkatan direktur yang baru," ujarnya di Kementerian BUMN, Rabu (29/8/2018).
Fajar menjelaskan, Nicke dipilih karena memang yang paling sesuai dari tiga calon yang diberikan kepada Presiden Joko Widodo. Selain itu, ia juga telah lolos mengikuti proses seleksi yang dilakukan.
"Pengangkatan ini berdasarkan penetapan dari Presiden karena khusus untuk Pertamina melalui TPA yang dipimpin oleh Presiden sebagaimana 11 BUMN lain juga melalui proses TPA," jelasnya.
Menurutnya, pemilihan juga dilakukan dengan sangat hati-hati sehingga membutuhkan waktu yang lama. Itulah yang menjadi penyebab penetapan bos Pertamina setelah 4 bulan.
"Kemudian ibu Menteri menyampaikan khususnya bahwa ini semua dilakukan memang memerlukan waktu dan sudah cukup lama waktu hampir 4 bulan Bu Nicke sebagai PLT. Dan beberapa kali kami sampaikan yang diajukan itu juga dari calon-calon dari dalam maupun dari luar pertamina."
Nicke juga dinilai tidak cukup mumpuni memimpin Pertamina. Mengenai penilaian tersebut, Nicke menjawab dengan singkat bahwa ia hanya menjalankan keputusan Presiden Jokowi. "Kalau mengenai track record saya, Anda bisa baca," tegas Nicke.
Sejak lulus dari ITB pada 1991, Nicke langsung diterima bekerja di PT Rekayasa Industri (Rekin) di mana dia mendapat pelajaran penting mengenai manajemen proyek (project management). Kala itu Nicke menduduki posisi sebagai Project Control Engineer.
Di perusahaan yang bergerak di bidang jasa Engineering, Procurement, Construction (EPC) tersebut, karir Nicke terus menanjak hinga masuk ke jajaran direksi mulai dari Direktur Bisnis, hingga Vice President Corporate Strategy Unit.
Peraih gelar master di bidang hukum bisnis di Universitas Padjajaran, Bandung pada 2009 ini kemudian melompat ke PT Mega Eltra, anak usaha PT Pupuk Indonesia (Persero) dengan menjabat sebagai Direktur Utama.
Karirnya kian menanjak di lingkungan BUMN setelah Nicke bergabung dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada 2014 di mana dia menjabat sebagai Direktur Perdagangan, Manajemen Risiko dan Kepatuhan. Terakhir dia menjadi Direktur Perencanaan Strategis 1 sejak 24 Desember 2014.
Lalu, ia dipindah oleh Menteri Rini ke Pertamina. Posisi terakhirnya, ia menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Dirut Pertamina pada 20 April lalu dan kini ditetapkan menjadi Dirut.
(gus) Next Article Siapa Dirut Pertamina Baru Masih Belum Jelas
Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno menegaskan bahwa anggapan itu tidak benar. Semua proses pemilihan dilakukan sudah sesuai dan mengikuti aturan yang ada.
Fajar menjelaskan, Nicke dipilih karena memang yang paling sesuai dari tiga calon yang diberikan kepada Presiden Joko Widodo. Selain itu, ia juga telah lolos mengikuti proses seleksi yang dilakukan.
"Pengangkatan ini berdasarkan penetapan dari Presiden karena khusus untuk Pertamina melalui TPA yang dipimpin oleh Presiden sebagaimana 11 BUMN lain juga melalui proses TPA," jelasnya.
Menurutnya, pemilihan juga dilakukan dengan sangat hati-hati sehingga membutuhkan waktu yang lama. Itulah yang menjadi penyebab penetapan bos Pertamina setelah 4 bulan.
"Kemudian ibu Menteri menyampaikan khususnya bahwa ini semua dilakukan memang memerlukan waktu dan sudah cukup lama waktu hampir 4 bulan Bu Nicke sebagai PLT. Dan beberapa kali kami sampaikan yang diajukan itu juga dari calon-calon dari dalam maupun dari luar pertamina."
Nicke juga dinilai tidak cukup mumpuni memimpin Pertamina. Mengenai penilaian tersebut, Nicke menjawab dengan singkat bahwa ia hanya menjalankan keputusan Presiden Jokowi. "Kalau mengenai track record saya, Anda bisa baca," tegas Nicke.
Sejak lulus dari ITB pada 1991, Nicke langsung diterima bekerja di PT Rekayasa Industri (Rekin) di mana dia mendapat pelajaran penting mengenai manajemen proyek (project management). Kala itu Nicke menduduki posisi sebagai Project Control Engineer.
Di perusahaan yang bergerak di bidang jasa Engineering, Procurement, Construction (EPC) tersebut, karir Nicke terus menanjak hinga masuk ke jajaran direksi mulai dari Direktur Bisnis, hingga Vice President Corporate Strategy Unit.
Peraih gelar master di bidang hukum bisnis di Universitas Padjajaran, Bandung pada 2009 ini kemudian melompat ke PT Mega Eltra, anak usaha PT Pupuk Indonesia (Persero) dengan menjabat sebagai Direktur Utama.
Karirnya kian menanjak di lingkungan BUMN setelah Nicke bergabung dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada 2014 di mana dia menjabat sebagai Direktur Perdagangan, Manajemen Risiko dan Kepatuhan. Terakhir dia menjadi Direktur Perencanaan Strategis 1 sejak 24 Desember 2014.
Lalu, ia dipindah oleh Menteri Rini ke Pertamina. Posisi terakhirnya, ia menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Dirut Pertamina pada 20 April lalu dan kini ditetapkan menjadi Dirut.
(gus) Next Article Siapa Dirut Pertamina Baru Masih Belum Jelas
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular