
Ini Tiga Fokus Utama Dirut Pertamina untuk Jangka Pendek
Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
30 August 2018 08:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Nicke Widyawati resmi dilantik menjadi Direktur Utama definitif PT Pertamina (Persero). Sebelumnya, Nicke menjabat sebagai Plt Dirut di BUMN Migas tersebut.
Menjadi pimpinan tertinggi di perseroan tersebut, banyak tugas yang harus dikerjakan olehnya. Setidaknya, untuk jangka pendek ada tiga fokus utama yang diamanatkan oleh pemerintah kepada perempuan ini.
"Yang diamanahkan pemerintah pertama adalah harus mengurangi impor. Itu yang pertama dan implementasinya harus terjadi di semester II ini. Kedua adalah memulai pembangunan kilang, jadi ada target kilang yang akan mulai dibangun di tahun ini. Ketiga implemetasi biosolar B-20, tiga hal itu menjadi short plan tapi bisa juga jangka pendek adan dimulai tahun ini," ujar Nicke usai dilantik di Kementerian BUMN, Rabu (30/8/2018).
Badan Pusat Statistik mencatat (BPS) melaporkan, nilai impor migas pada Juli 2018 naik 22,2% dibandingkan Juni 2018, menjadi US$ 2,61 miliar atau Rp 38,18 triliun.
Impor migas pada Juli 2018 tercatat turun 1,63% dibandingkan volume impor migas Juli 2017. Pada Juli 2018, BPS membukukan volume impor migas sebesar 4,09 juta ton atau turun dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar 4,17 juta ton. Namun, jika dilihat secara month to month (m-to-m), volume impor migas naik 23,03% dari volume impor migas pada Juni 2018 yang sebesar 3,33 juta ton.
Untuk jangka panjang, Nicke harus bisa membawa Pertamina untuk memperkuat hilirisasi migas dalam negeri dan menjadi ujung tombak. Janji Presiden Joko Widodo untuk membangun kilang minyak dalam negeri juga harus terealisasi.
Sebagai informasi, pembangunan kilang baru Bontang dan Tuban (Grass Root Refinery/GRR) sudah dimasukkan ke dalam proyek strategis nasional (PSN) di bawah payung hukum Perpres No. 58 tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Tidak hanya itu, di dalam daftar PSN juga direncanakan proyek Revitalisasi 5 Minyak Kilang Eksisting (RDMP). Kilang minyak eksisting yang akan ditingkatkan kapasitasnya, di antaranya Cilacap, Balongan, Dumai, Balikpapan, dan Plaju. Apabila keseluruhan proyek ini berjalan signifikan, maka kapasitas produksi kilang minyak Indonesia pun akan melambung, dan akhirnya meringankan beban impor migas tanah air.
"Jadi kan ini semua ada 6 rencananya 4 RDMP dan 2 GRR yang akan kita targetkan untuk ttd kontrak dan seluruhnya akan dikerjakan itu ada di Balikpapan. Terus kemudian masalah masalah lahan untuk GRR Tuban. Itu yang menjadi target tahun ini. Yang lainnya Cilacap kita akan garap terus tapi kembali lagi target harus jelas 2 target (utama) itu yang kita kejar," kata dia.
Untuk fokus ketiga, yakni implementasi B20 akan dilakukan mulai 1 September mendatang. Kebijakan itu akan diluncurkan secara resmi oleh Menko Perkonomian Datmin Nasution di Kantornya. Dengan penggunaan B20 maka Indonesia bisa menghemat biaya untuk impor sehingga bisa menyelamatkan cadangan devisa ditengah kondisi global yang tidak menentu.
Pertamina juga menekankan sejak awal selalu siap dengan arahan pemerintah termasuk untuk menyalurkan B20. Hal ini terlihat dari total 112 terminal penyalur B20 sudah ada sebanyak 60 terminal yang telah melakukan penyaluranan. Sedangkan 52 tetminal sisanya masih menunggu CPO/FAME datang dari badan usaha.
Selain itu, pada akhir 2018 ini Pertamina juga berpotensi menambahan penyaluran FAME untuk PSO dan PSO hingga 900 juta liter. Penyaluran FAME untuk PSO November - Desember bisa sampai 500 juta KL. Untuk non PSO periode September-Desember 400 juta liter. Dengan potensi penambahan ini maka jumlah penyaluran sepanjang 2018 juga berpotensi mengalami kenaikan hingga 3,02 juta kiloliter (KL).
(hps) Next Article Erick Thohir Soal Ahok: Kita Perlu Figur Pendobrak BUMN!
Menjadi pimpinan tertinggi di perseroan tersebut, banyak tugas yang harus dikerjakan olehnya. Setidaknya, untuk jangka pendek ada tiga fokus utama yang diamanatkan oleh pemerintah kepada perempuan ini.
"Yang diamanahkan pemerintah pertama adalah harus mengurangi impor. Itu yang pertama dan implementasinya harus terjadi di semester II ini. Kedua adalah memulai pembangunan kilang, jadi ada target kilang yang akan mulai dibangun di tahun ini. Ketiga implemetasi biosolar B-20, tiga hal itu menjadi short plan tapi bisa juga jangka pendek adan dimulai tahun ini," ujar Nicke usai dilantik di Kementerian BUMN, Rabu (30/8/2018).
Impor migas pada Juli 2018 tercatat turun 1,63% dibandingkan volume impor migas Juli 2017. Pada Juli 2018, BPS membukukan volume impor migas sebesar 4,09 juta ton atau turun dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar 4,17 juta ton. Namun, jika dilihat secara month to month (m-to-m), volume impor migas naik 23,03% dari volume impor migas pada Juni 2018 yang sebesar 3,33 juta ton.
Untuk jangka panjang, Nicke harus bisa membawa Pertamina untuk memperkuat hilirisasi migas dalam negeri dan menjadi ujung tombak. Janji Presiden Joko Widodo untuk membangun kilang minyak dalam negeri juga harus terealisasi.
Sebagai informasi, pembangunan kilang baru Bontang dan Tuban (Grass Root Refinery/GRR) sudah dimasukkan ke dalam proyek strategis nasional (PSN) di bawah payung hukum Perpres No. 58 tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Tidak hanya itu, di dalam daftar PSN juga direncanakan proyek Revitalisasi 5 Minyak Kilang Eksisting (RDMP). Kilang minyak eksisting yang akan ditingkatkan kapasitasnya, di antaranya Cilacap, Balongan, Dumai, Balikpapan, dan Plaju. Apabila keseluruhan proyek ini berjalan signifikan, maka kapasitas produksi kilang minyak Indonesia pun akan melambung, dan akhirnya meringankan beban impor migas tanah air.
"Jadi kan ini semua ada 6 rencananya 4 RDMP dan 2 GRR yang akan kita targetkan untuk ttd kontrak dan seluruhnya akan dikerjakan itu ada di Balikpapan. Terus kemudian masalah masalah lahan untuk GRR Tuban. Itu yang menjadi target tahun ini. Yang lainnya Cilacap kita akan garap terus tapi kembali lagi target harus jelas 2 target (utama) itu yang kita kejar," kata dia.
Untuk fokus ketiga, yakni implementasi B20 akan dilakukan mulai 1 September mendatang. Kebijakan itu akan diluncurkan secara resmi oleh Menko Perkonomian Datmin Nasution di Kantornya. Dengan penggunaan B20 maka Indonesia bisa menghemat biaya untuk impor sehingga bisa menyelamatkan cadangan devisa ditengah kondisi global yang tidak menentu.
Pertamina juga menekankan sejak awal selalu siap dengan arahan pemerintah termasuk untuk menyalurkan B20. Hal ini terlihat dari total 112 terminal penyalur B20 sudah ada sebanyak 60 terminal yang telah melakukan penyaluranan. Sedangkan 52 tetminal sisanya masih menunggu CPO/FAME datang dari badan usaha.
Selain itu, pada akhir 2018 ini Pertamina juga berpotensi menambahan penyaluran FAME untuk PSO dan PSO hingga 900 juta liter. Penyaluran FAME untuk PSO November - Desember bisa sampai 500 juta KL. Untuk non PSO periode September-Desember 400 juta liter. Dengan potensi penambahan ini maka jumlah penyaluran sepanjang 2018 juga berpotensi mengalami kenaikan hingga 3,02 juta kiloliter (KL).
(hps) Next Article Erick Thohir Soal Ahok: Kita Perlu Figur Pendobrak BUMN!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular