Jeritan Petani Tebu Ketika RI Mengimpor Gula

Samuel Pablo, CNBC Indonesia
30 August 2018 10:01
Petani meminta pemerintah melakukan audit impor gula.
Foto: Detik.com
Jakarta, CNBC Indonesia - Petani Tebu yang tergabung dalam Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) sore kemarin menemui Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution.

Mereka mempersoalkan pemberian izin impor yang terlalu banyak di kala musim panen dan proses penggilingan tebu masih berlangsung. Hal ini mengakibatkan gula petani tidak laku terjual.

Ketua Umum APTRI Soemitro Samadikoen mengatakan saat ini masih ada sekitar 500 ribu ton gula produksi petani yang belum terjual.

"Produksi kita hari ini nggak bisa masuk pasar karena terlalu banyak impor. Harusnya semuanya bisa diserap dong atau minimal jangan diganggu dengan impor-impor yang membuat gula kita tidak laku," ujar Soemitro di kantor Kemenko Perekonomian, Rabu (29/8/2018).

Soemitro mengacu kepada kuota impor gula mentah (raw sugar) untuk keperluan industri mamin (gula kristal rafinasi/GKR) yang diberikan pemerintah sebanyak 3,6 juta ton pada tahun ini.

Dia mengklaim, dengan realisasi Semester I-2018 yang baru sekitar 1,3 juta ton, sebenarnya kebutuhan industri sudah tercukupi dan sebagian GKR bahkan merembes ke pasar sebagai gula untuk kebutuhan konsumsi (gula kristal putih/GKP).

"Nggak ada industri yang teriak kurang gula. Mereka tercukupi dengan realisasi impor itu dan ada sebagian masuk ke pasar kita. Ini kita minta ke Pak Menko supaya [impor GKR] itu diaudit," jelasnya.

Soemitro menegaskan bahwa industri gula tidak boleh mati, yang tentu saja akan terjadi kalau produksi petani tidak terserap.


"Tidak ada gunanya dong devisa kita mesti dihemat. Ini adalah salah satu di antara penyebab CAD [defisit transaksi berjalan] kita bengkak," jelasnya.

"Tidak seluruhnya impor sekarang diperlukan karena kita masih bisa produksi. Tapi produksi kita hari ini nggak bisa masuk pasar karena terlalu banyak impor," imbuhnya.

Menurut Soemitro, produksi gula dalam negeri hingga akhir tahun akan mencapai 2,2 juta ton, atau minimal 2,1 juta ton. Jumlah tersebut berasal dari 66% petani tebu mandiri dan 34% perkebunan tebu milik perusahaan gula, baik BUMN maupun swasta.

Adapun kebutuhan gula konsumsi nasional per tahun mencapai 2,86 juta ton.

"Dengan demikian, kita butuh impor gula [untuk konsumsi] hanya sekitar 600 ribu ton. Itu pun kalau gula rafinasi tidak bocor ke pasaran," tambahnya.

APTRI pun menuntut pemerintah untuk membeli gula petani yang tidak laku seharga Rp 9.700/kg, baik yang digiling di pabrik gula BUMN maupun pabrik gula swasta, tanpa ada diskriminasi

Sekretaris Jenderal APTRI M. Nur Khabsyin mengklaim saat ini, gula petani hanya ditawar oleh pedagang di kisaran harga Rp 9.100-9.200/kg.

Sebagai informasi, beberapa waktu lalu pemerintah menugaskan Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk membeli gula produksi petani dengan harga Rp 9.700/kg.

Namun, penugasan ini ditujukan hanya untuk petani tebu yang menggiling panennya di pabrik gula BUMN seperti PT Perkebunan Nusantara (PTPN) (Persero) dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) (Persero).
(ray/ray) Next Article Curhat ke Darmin, Petani Menjerit Karena Indonesia Impor Gula

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular