Curhat ke Darmin, Petani Menjerit Karena Indonesia Impor Gula

Samuel Pablo, CNBC Indonesia
29 August 2018 19:48
Gula dari Petani Tebu saat ini tidak laku dijual di harga Rp 9.700/kg.
Foto: Petani Tebu yang tergabung dalam Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) (CNBC Indonesia/Samuel Pablo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Petani Tebu yang tergabung dalam Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) sore tadi menemui Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution. 

Mereka menuntut pemerintah untuk membeli gula petani yang tidak laku seharga Rp 9.700/kg, baik yang digiling di pabrik gula BUMN maupun pabrik gula swasta.

Sekretaris Jenderal APTRI M. Nur Khabsyin mengklaim saat ini, gula petani hanya ditawar oleh pedagang di kisaran harga Rp 9.100-9.200/kg.


Sementara itu, Ketua Umum APTRI Soemitro Samadikoen mengatakan saat ini masih ada sekitar 500 ribu ton gula produksi petani yang belum terserap.

"Produksi kita hari ini nggak bisa masuk pasar karena terlalu banyak impor. Harusnya semuanya bisa diserap dong atau minimal jangan diganggu dengan impor-impor yang membuat gula kita tidak laku," ujar Soemitro di kantor Kemenko Perekonomian, Rabu (29/8/2018).

Foto: Petani Tebu yang tergabung dalam Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) (CNBC Indonesia/Samuel Pablo)


Soemitro mengacu kepada kuota impor gula mentah (raw sugar) untuk keperluan industri mamin (gula kristal rafinasi/GKR) yang diberikan pemerintah pada tahun ini sebanyak 3,6 juta ton. 

Dia mengklaim, dengan realisasi Semester I-2018 yang baru sekitar 1,3 juta ton, sebenarnya kebutuhan industri sudah tercukupi dan sebagian GKR bahkan merembes ke pasar sebagai gula untuk kebutuhan konsumsi (gula kristal putih/GKP).

"Nggak ada industri yang teriak kurang gula. Mereka tercukupi dengan realisasi impor itu dan ada sebagian masuk ke pasar kita. Ini kita minta ke Pak Menko supaya itu diaudit," jelasnya.

Soemitro menegaskan bahwa industri gula tidak boleh mati, yang tentu saja akan terjadi kalau produksi petani tidak terserap.

"Tidak ada gunanya dong devisa kita mesti dihemat. Ini adalah salah satu di antara penyebab CAD [defisit transaksi berjalan] kita bengkak," jelasnya.

"Tidak seluruhnya impor sekarang diperlukan karena kita masih bisa produksi. Tapi produksi kita hari ini nggak bisa masuk pasar karena terlalu banyak impor," imbuhnya.

Foto: Petani Tebu yang tergabung dalam Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) (CNBC Indonesia/Samuel Pablo)


Menurut Soemitro, produksi gula dalam negeri hingga akhir tahun akan mencapai 2,2 juta ton, atau minimal 2,1 juta ton. Jumlah tersebut berasal dari 66% petani mandiri dan 34% perkebunan tebu milik perusahaan gula, baik BUMN maupun swasta. 

Adapun kebutuhan gula konsumsi nasional per tahun mencapai 2,86 juta ton.

"Dengan demikian, kita butuh impor gula [untuk konsumsi] hanya sekitar 600 ribu ton. Itu pun kalau gula rafinasi tidak bocor ke pasaran," pungkasnya.
 
(ray/ray) Next Article Jeritan Petani Tebu Ketika RI Mengimpor Gula

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular