Dari IPO Sampai Kilang Cilacap, Aramco Masih Sebatas Janji

Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
23 August 2018 16:42
Saudi Aramco banyak menebar janji di sektor bisnis, mulai dari IPO sampai niat investasi di kilang RI.
Foto: REUTERS/Hamad I Mohammed
Jakarta, CNBC Indonesia- Perusahaan minyak terbesar dunia, Saudi Aramco, bikin gempar bisnis minyak dunia, begitu terhembus kabar bahwa perusahaan ini berencana membatalkan untuk mendaftarkan saham mereka di lantai bursa.

Rencana IPO pertama kali dilontarkan oleh putra mahkota kerajaan, Mohammed bin Salman pada 2016. Rencana ambisius Putra Mahkota Mohammed bin Salman ini ditujukan untuk merombak ekonomi Saudi.

Jika IPO berlangsung, akan menjadi yang terbesar yang pernah ada. Saudi berharap akan menarik valuasi senilai US$2 triliun untuk Aramco, perusahaan minyak terbesar di bumi milik Arab Saudi ini.

Rencana itu dibuat pada saat harga minyak tengah anjlok parah, turun dari US$100 per barel menjadi kurang dari US$30/barel. Kerugian itu menekan anggaran Arab Saudi menjadi defisit dan akhirnya memaksa kerajaan untuk mengoordinasikan pemangkasan produksi di antara sekitar dua lusinan negara penghasil minyak.

Nah, berhubung harga minyak kini kembali merangkak naik ke level US$ 70 per barel. Kabar tak enak datang dan menyebut bahwa Saudi Aramco tak jadi IPO.

Tapi, kabar ini dibantah oleh Menteri Energi, Industri dan Sumber Daya Mineral Saudi dan Chairman Saudi Aramco Khalid al-Falih, "Pemerintah tetap berkomitmen untuk melakukan penawaran publik perdana (IPO) Saudi Aramco pada waktunya, ketika kondisi optimal," kata dia dikutip dari CNBC International, Kamis (23/8/2018).

Meski begitu, Khalid tidak bisa memastikan kapan IPO perusahaan minyak raksasa ini bakal terealisasi. "Waktu ini akan tergantung pada beberapa faktor, termasuk kondisi pasar yang menguntungkan, dan akuisisi hilir yang akan ditekuni perusahaan dalam beberapa bulan ke depan," kata al-Falih.

Padahal, pasar sangat menanti-nanti IPO perusahaan ini. Jika ini dieksekusi diperkirakan akan menjadi IPO terbesar di dunia yang pernah tercetak sepanjang sejarah. Bursa global pun bersaing mencuri perhatian, berharap dapat dipilih jadi Arab Saudi untuk mempercayakan pelepasan saham perusahaan minyak terbesarnya perdana kepada publik.

Kilang Cilacap RI

Tak cuma bursa global yang termakan janji manis Saudi Aramco. Indonesia pun masih menunggu kepastian investor timur tengah ini untuk merevitalisasi kilang Cilacap.

Sejak melakukan pendekatan ke pemerintah pada 2016 lalu, Saudi Aramco menjanjikan bersedia investasi hingga US$ 6 miliar atau setara Rp 87 triliun. Tapi tentu saja dengan syarat harus mendapat berbagai insentif dari pemerintah, mulai dari tax holiday, lahan, dan penyerahan aset ke anak perusahaan nantinya. 

Kerja sama rencananya akan menggandeng PT Pertamina (Persero), BUMN Migas pemilik kilang Cilacap. Tapi sampai saat ini belum ada keputusannya.

Tak kunjung dapat kepastian, Pertamina bahkan sempat berencana memutuskan kerja sama dengan Saudi Aramco. Apalagi untuk insentif-insentif yang diminta, Pertamina harus menunggu juga jawaban dari Kementerian Keuangan hingga Kementerian Koordinator Perekonomian. 

"Sudah dijawab OK, dapat, masih masuk. Memang kita perlu yang namanya kilang supaya mengurangi impor BBM. Sebelumnya itu, kemudian kita bisa kembangkan petrokimia untuk produk-produk hulu. Jadi kami anggap ini proyek bersama," kata Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, dijumpai usai rapat terkait kilang ini di kantornya, Selasa (21/8/2018).

Berbagai aturan, kini sudah disiapkan pemerintah untuk memperlancar permintaan Saudi Aramco. Misalnya dengan PMK (Peraturan Menteri Keuangan) Nomor 35/PMK.010/2018 yang diterbitkan Maret lalu untuk tax holiday, dan untuk penyerahan aset atau spin off dengan surat persetujuan dari Menteri BUMN Rini Soemarno yang diteken Juni lalu. 

Sementara untuk spin off, Plt Direktur Utama PT Pertamina (Persero) mengatakan masih perlu dukungan aturan dari pemerintah berupa peraturan menteri keuangan dan juga revisi Perpres. "Mengenai kilang untuk Cilacap, ada beberapa hal yang perlu support dari pemerintah. Ada Peraturan Menteri Keuangan untuk spin off, kemudian ada revisi Perpres," kata Nicke, ditemui di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Senin (21/8/2018).

Jadi kini semua tinggal di tangan Saudi Aramco, kapan akan mulai mengeksekusi janji-janjinya?



(roy) Next Article Arab Saudi Bantah Kabar Pembatalan IPO Aramco

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular