
Internasional
Arab Saudi Bantah Kabar Pembatalan IPO Aramco
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
23 August 2018 10:58

Jakarta, CNBC Indonesia- Arab Saudi pada Kamis (23/8/2018), membantah laporan bahwa kerajaan telah membatalkan rencana untuk mendaftarkan saham raksasa energi milik negara, Aramco, di bursa saham.
Menteri Energi, Industri dan Sumber Daya Mineral Saudi dan Chairman Saudi Aramco Khalid al-Falih, pada hari Kamis mengatakan: "Pemerintah tetap berkomitmen untuk melakukan penawaran publik perdana (IPO) Saudi Aramco pada waktunya, ketika kondisi optimal."
"Waktu ini akan tergantung pada beberapa faktor, termasuk kondisi pasar yang menguntungkan, dan akuisisi hilir yang akan ditekuni perusahaan dalam beberapa bulan ke depan," kata al-Falih, melansir CNBC International, Kamis (23/8/2018).
Komentarnya dikeluarkan setelah munculnya pemberitaan tentang dibatalkannya IPO Saudi Aramco.
Setelah laporan-laporan itu, sumber-sumber yang akrab dengan proses itu mengatakan kepada David Faber dari CNBC bahwa "putra mahkota kerajaan yang berkuasa masih ingin menjadikan Aramco perusahaan publik pada suatu saat di masa depan."
IPO saat ini menjadi kurang penting karena harga minyak telah rebound di atas US$70 per barel. Kondisi itu mengurangi tekanan pada keuangan Saudi, kata sumber tersebut.
IPO Terbesar yang pernah ada
Penawaran umum perdana, yang merupakan inti dari rencana ambisius Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk merombak ekonomi Saudi, akan menjadi yang terbesar yang pernah ada. Saudi berharap akan menarik valuasi senilai US$2 triliun untuk Aramco, perusahaan minyak terbesar di dunia, meskipun beberapa analis luar telah mematok nilainya akan setengah dari jumlah itu.
Putra Mahkota Mohammed pertama kali memberitahukan rencana itu ke publik pada Januari 2016, ketika dia masih menjadi putra mahkota kerajaan.
Rencana itu dibuat pada saat harga minyak tengah anjlok parah, turun dari US$100 per barel menjadi kurang dari US$30/barel. Kerugian itu menekan anggaran Arab Saudi menjadi defisit dan akhirnya memaksa kerajaan untuk mengoordinasikan pemangkasan produksi di antara sekitar dua lusinan negara penghasil minyak.
"Perusahaan sendiri telah menyelesaikan program internal untuk kesiapsiagaan IPO," kata al-Falih, menambahkan bahwa anggaran rumah tangga telah diubah, dan perusahaan minyak negara telah dikonversi menjadi perusahaan saham gabungan, seolah Aramco mencoba untuk memastikan bahwa pelaporan keuangan internalnya selaras dengan persyaratan tempat pendaftaran yang potensial.
"Ini semua adalah kemajuan positif pada proses yang kompleks, mempersiapkan perusahaan dan Kerajaan untuk apa yang pada akhirnya akan menjadi penawaran pasar global dengan kualitas dan skala yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata pernyataan itu.
Bursa Global Besar Bersaing Untuk Menjadi Tempat Listing
Bursa saham di New York, London dan Hong Kong merupakan pesaing utama yang ingin mendaftarkan saham Aramco. Putra mahkota dilaporkan lebih suka listing di Bursa Efek New York (NYSE), tetapi pengamat pasar mempertanyakan apakah Aramco, yang dikenal karena kerahasiaannya, dapat memenuhi standar transparansi ketat NYSE.
Amin Nasser, CEO Aramco, mengatakan kepada CNBC awal tahun ini bahwa perusahaannya telah bersiap untuk IPO pada paruh kedua tahun 2018, tetapi menunggu pemerintah untuk memilih bursanya. Ketidaktegasan atas tempat pencatatan IPO telah menghambat prosesnya, Wall Street Journal melaporkan awal tahun ini.
(gus) Next Article AS Tuding Iran di Balik Serangan Aramco
Menteri Energi, Industri dan Sumber Daya Mineral Saudi dan Chairman Saudi Aramco Khalid al-Falih, pada hari Kamis mengatakan: "Pemerintah tetap berkomitmen untuk melakukan penawaran publik perdana (IPO) Saudi Aramco pada waktunya, ketika kondisi optimal."
Komentarnya dikeluarkan setelah munculnya pemberitaan tentang dibatalkannya IPO Saudi Aramco.
Setelah laporan-laporan itu, sumber-sumber yang akrab dengan proses itu mengatakan kepada David Faber dari CNBC bahwa "putra mahkota kerajaan yang berkuasa masih ingin menjadikan Aramco perusahaan publik pada suatu saat di masa depan."
IPO saat ini menjadi kurang penting karena harga minyak telah rebound di atas US$70 per barel. Kondisi itu mengurangi tekanan pada keuangan Saudi, kata sumber tersebut.
IPO Terbesar yang pernah ada
Penawaran umum perdana, yang merupakan inti dari rencana ambisius Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk merombak ekonomi Saudi, akan menjadi yang terbesar yang pernah ada. Saudi berharap akan menarik valuasi senilai US$2 triliun untuk Aramco, perusahaan minyak terbesar di dunia, meskipun beberapa analis luar telah mematok nilainya akan setengah dari jumlah itu.
Putra Mahkota Mohammed pertama kali memberitahukan rencana itu ke publik pada Januari 2016, ketika dia masih menjadi putra mahkota kerajaan.
Rencana itu dibuat pada saat harga minyak tengah anjlok parah, turun dari US$100 per barel menjadi kurang dari US$30/barel. Kerugian itu menekan anggaran Arab Saudi menjadi defisit dan akhirnya memaksa kerajaan untuk mengoordinasikan pemangkasan produksi di antara sekitar dua lusinan negara penghasil minyak.
"Perusahaan sendiri telah menyelesaikan program internal untuk kesiapsiagaan IPO," kata al-Falih, menambahkan bahwa anggaran rumah tangga telah diubah, dan perusahaan minyak negara telah dikonversi menjadi perusahaan saham gabungan, seolah Aramco mencoba untuk memastikan bahwa pelaporan keuangan internalnya selaras dengan persyaratan tempat pendaftaran yang potensial.
"Ini semua adalah kemajuan positif pada proses yang kompleks, mempersiapkan perusahaan dan Kerajaan untuk apa yang pada akhirnya akan menjadi penawaran pasar global dengan kualitas dan skala yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata pernyataan itu.
Bursa Global Besar Bersaing Untuk Menjadi Tempat Listing
Bursa saham di New York, London dan Hong Kong merupakan pesaing utama yang ingin mendaftarkan saham Aramco. Putra mahkota dilaporkan lebih suka listing di Bursa Efek New York (NYSE), tetapi pengamat pasar mempertanyakan apakah Aramco, yang dikenal karena kerahasiaannya, dapat memenuhi standar transparansi ketat NYSE.
Amin Nasser, CEO Aramco, mengatakan kepada CNBC awal tahun ini bahwa perusahaannya telah bersiap untuk IPO pada paruh kedua tahun 2018, tetapi menunggu pemerintah untuk memilih bursanya. Ketidaktegasan atas tempat pencatatan IPO telah menghambat prosesnya, Wall Street Journal melaporkan awal tahun ini.
(gus) Next Article AS Tuding Iran di Balik Serangan Aramco
Most Popular