Trump, Artis Porno, dan Suara Para Tumbal Kampanye

Ester Christine Natalia Natalia, CNBC Indonesia
22 August 2018 12:16
Dua bekas rekan dan bawahan Trump disidang, dan dua-duanya bersuara soal keterlibatan Trump dalam kasus hukum mereka
Foto: REUTERS/Leah Millis
Jakarta, CNBC Indonesia- Selasa kemarin (21/8/2018) bisa jadi hari terburuk yang pernah dialami oleh Donald Trump. Dalam sehari, namanya disebut di dua persidangan yang berlangsung bersamaan. Trump terindikasi terlibat dalam kasus hukum yang membelit para tersangka.

Persidangan pertama melibatkan mantan kepala kampanye Trump yaitu Paul Manafort, dan persidangan lainnya menyangkut pengacaranya sejak dulu yaitu Michael Cohen. Keduanya sama-sama menerima putusan hukum di tempat yang berbeda. 



Di New York, Cohen terbukti bersalah di pengadilan federal atas delapan kejahatan besar yang meliputi penipuan pajak, penipuan bank dan pelanggaran keuangan kampanye.

Bergeser 300 mil ke sebelah selatan, tepatnya di kota Alexandria, Virginia, Manafort juga terbukti bersalah atas delapan kejahatan besar yang tidak terkait dengan Cohen, yakni lima penipuan pajak, satu kegagalan melaporkan rekening bank asing dan dua penipuan bank.

Ketika dua drama paralel ini terjadi di pengadilan pada Selasa siang, Trump awalnya tidak bersuara selama perjalanan menuju Virginia Barat untuk berkampanye. Namun, dia memecah keheningan setelah Air Force One mendarat.

"Paul Manafort adalah orang baik," kata Trump kepada para reporter setelah mendarat di Virginia Barat, dilansir dari CNBC International. "Saya merasa sangat sedih untuk Paul Manafort," kata Trump, dilansir dari CNBC Internasional, Rabu (22/8/2018).

Sembari menolak berkomentar tentang Cohen, sang presiden menekankan bahwa hukuman yang diterima Manafort "tidak melibatkan saya," dan berkata, "hal yang sangat menyedihkan terjadi".

Trump juga menekankan bahwa masalah hukum Manafort "tidak ada hubungannya dengan kolusi Rusia, sama sekali tidak ada". Kemudian dia beralih mengkritik investigasi campur tangan Rusia dalam pemilu kepresidenan 2016 yang dipimpin Jaksa Khusus Robert Mueller dan menyebutnya "witch hunt [percobaan menghukum sekelompok orang yang dituduh melakukan sesuatu] dan aib".

Cohen menyebut Trump dan Artis Porno
Sebagai bagian dari permohonan keringanan hukuman, Cohen mengaku membayar uang tutup mulut ke bintang film porno Stormy Daniels di tahun 2016 "atas arahan kandidat". Nama Trump tidak disebut dalam pernyataan Cohen, tetapi dia satu-satunya kandidat yang bekerjasama dengan Cohen saat itu.

Cohen juga mengaku bersekongkol dengan sebuah perusahaan media, yang diketahui sebagai penerbit The National Enquirer, untuk membungkam seorang perempuan lain yaitu mantan model Playboy Karen McDougal selama pemilu kepresidenan 2016.

Baik Daniels maupun McDougal menuduh Trump melakukan hubungan seksual di luar nikah dengan mereka, dan Gedung Putih menampik klaim tersebut.

Lanny Davis, pengacara Cohen yang pernah membantu Clinton di Gedung Putih, juga menekankan bahwa kliennya tidak bertindak sendiri melainkan atas perintah Trump.

"Hari ini, [Cohen] berdiri dan bersaksi di bawah sumpah bahwa Donald Trump mengarahkannya untuk melakukan kejahatan dengan membayar dua perempuan demi tujuan utama mempengaruhi pemilu," kata Davis dalam sebuah pernyataan. "Jika pembayaran-pembayaran itu adalah kejahatan untuk Michael Cohen, mengapa itu tidak menjadi kejahatan untuk Donald Trump?"

Pandangan serupa juga dikeluarkan para pakar hukum. Beberapa dari mereka berkata meski Trump tidak disebut secara eksplisit di dokumen hukum itu, sudah jelas bahwa dia adalah "kandidat" yang dibicarakan.

"Bagaimanapun juga, [Trump] disebut sebagai konspirator yang tidak terindikasi, ITU ADALAH presiden yang memimpin ketika urusan diselesaikan hari ini, 21 Agustus 2018, hari yang akan menjadi keburukan hukum. Itulah makna dari dua tuntutan Michael Cohen," kata profesor hukum Harvard Laurence Tribe di Twitter.

Makna pernyataan Cohen di bawah sumpah bahwa Trump mengarahkannya untuk melakukan dua pelanggaran keuangan kampanye tersebut juga menarik perhatian Preet Bharara, mantan Jaksa Amerika Serikat (AS) untuk Distrik Selatan New York (Southern District of New York/SDNY), yang menuntut Cohen.

"Michael Cohen berada di ruang sidang SDNY, di bawah sumpah, menyatakan bahwa Presiden mengarahkannya untuk melakukan kejahatan federal," tulis Bharara, yang dipecat Trump tahun 2017, di Twitter.

Tidak mengejutkan, Rudy Giuliani selaku pengacara Trump memiliki pandangan berbeda tentang makna pengakuan Cohen terhadap Presiden. "Tidak ada dugaan pelanggaran apapun terhadap Presiden dalam tuntutan pemerintah terhadap Mr. Cohen," kata Giuliani dalam sebuah pernyataan kepada CNBC International. "Jelas bahwa, seperti yang dikatakan jaksa, tindakan Mr. Cohen mencerminkan sebuah pola kebohongan dan ketidakjujuran selama periode yang signifikan."
(gus) Next Article Tiba-tiba Trump Muncul di Ohio AS: Kita akan Merebut Kongres!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular