
Demi Rupiah, Sudikah Exxon-Chevron Jual Minyak ke Pertamina?
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
15 August 2018 15:41

Jakarta, CNBC Indonesia- Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil Erwin Maryoto mengatakan, pihaknya siap untuk berbisnis dengan siapa saja termasuk dengan Pertamina sesuai dengan mekanisme pasar.
"Berdasarkan kontrak PSC kami, kontraktor memiliki kebebasan untuk menjual bagiannya kepada siapa dan ke mana," ujar Erwin saat dihubungi Rabu (15/8/2018).
Kesediaan Exxon ini terkait dengan instruksi Presiden Joko Widodo yang mewajibkan Pertamina untuk membeli minyak mentah (crude) dari jatah ekspor kontraktor asing yang memproduksikan minyak di dalam negeri. Ketimbang impor, Jokowi minta Pertamina manfaatkan minyak yang tersedia di dalam negeri.
"Selama ini bagian produksi minyak mentah atau crude yang milik KKKS Chevron, Exxon, dan lain-lain Conoco Philips, ada ENI, dan sebagainya itu biasanya bagian kontraktor asing dan lokal dijual ke luar negeri sementara bagian pemerintah ke Pertamina. Sekarang kebijakannya Pertamina bikin tawaran, semua produksi crude harga pasar. Pertamina harus beli," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, ketika dijumpai di kantornya, Rabu (15/8/2018).
Sementara itu, Manager Corporate Communications and Spokesperson Chevron Pasific Indonesia Danya Dewanti mengatakan, pihaknya akan berdiskusi dengan pihak-pihak terkait, sebagai tindak lanjut adanya arahan pemerintah kepada Pertamina untuk membeli seluruh hasil lifting minyak dari KKKS.
"Kami mendapat informasi melalui laporan media mengenai rencana perubahan kebijakan terkait oil lifting. Kami akan berdiskusi dengan pihak-pihak terkait untuk mendapatkan klarifikasi. Adapun, karena alasan komersial, kami tidak mendiskusikan secara publik terkait pemasaran minyak mentah kami," ujar Danya ketika dihubungi Rabu (15/8/2018).
Adapun, Direktur Riset Wood Mackenzie Andrew Harwood berpendapat, pemasok hulu tidak mungkin terkena dampak, asalkan mereka menerima harga "adil" untuk minyak mentah mereka. Sebab, KKKS seperti Chevron dan Exxon biasanya memiliki trading arm mereka sendiri, yang membeli bagian minyak mentah hulu mereka dan mencoba untuk membuat margin.
"Pemain yang lebih kecil seperti Medco kemungkinan besar akan menandatangani perjanjian off-take mentah jangka panjang dengan perusahaan perdagangan independen. Namun, harus menjual ke pembeli tunggal menimbulkan pertanyaan seputar seberapa "adil" harga yang akan diterima produsen hulu," ujar Andrew melalui keterangan resminya.
(gus) Next Article Kontribusi Pertamina Masih Kalah dengan Kontraktor Asing
"Berdasarkan kontrak PSC kami, kontraktor memiliki kebebasan untuk menjual bagiannya kepada siapa dan ke mana," ujar Erwin saat dihubungi Rabu (15/8/2018).
Kesediaan Exxon ini terkait dengan instruksi Presiden Joko Widodo yang mewajibkan Pertamina untuk membeli minyak mentah (crude) dari jatah ekspor kontraktor asing yang memproduksikan minyak di dalam negeri. Ketimbang impor, Jokowi minta Pertamina manfaatkan minyak yang tersedia di dalam negeri.
Sementara itu, Manager Corporate Communications and Spokesperson Chevron Pasific Indonesia Danya Dewanti mengatakan, pihaknya akan berdiskusi dengan pihak-pihak terkait, sebagai tindak lanjut adanya arahan pemerintah kepada Pertamina untuk membeli seluruh hasil lifting minyak dari KKKS.
"Kami mendapat informasi melalui laporan media mengenai rencana perubahan kebijakan terkait oil lifting. Kami akan berdiskusi dengan pihak-pihak terkait untuk mendapatkan klarifikasi. Adapun, karena alasan komersial, kami tidak mendiskusikan secara publik terkait pemasaran minyak mentah kami," ujar Danya ketika dihubungi Rabu (15/8/2018).
Adapun, Direktur Riset Wood Mackenzie Andrew Harwood berpendapat, pemasok hulu tidak mungkin terkena dampak, asalkan mereka menerima harga "adil" untuk minyak mentah mereka. Sebab, KKKS seperti Chevron dan Exxon biasanya memiliki trading arm mereka sendiri, yang membeli bagian minyak mentah hulu mereka dan mencoba untuk membuat margin.
"Pemain yang lebih kecil seperti Medco kemungkinan besar akan menandatangani perjanjian off-take mentah jangka panjang dengan perusahaan perdagangan independen. Namun, harus menjual ke pembeli tunggal menimbulkan pertanyaan seputar seberapa "adil" harga yang akan diterima produsen hulu," ujar Andrew melalui keterangan resminya.
(gus) Next Article Kontribusi Pertamina Masih Kalah dengan Kontraktor Asing
Most Popular