
Luhut Targetkan RI 30% Mobil Listrik di 2030
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
14 August 2018 11:41

Jakarta, CNBC Indonesia- Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Pandjaitan menegaskan komitmen pemerintah untuk menggalakkan penggunaan mobil listrik di RI.
Ia bahkan optimistis penggunaan mobil listrik di Indonesia bisa mencapai 30% di 2030. "Arah pertumbuhan ekonomi Indonesia itu sudah benar, sudah cukup bagus. Pengembangan mobil listrik 30% di 2030 harus punya," kata Luhut di acara Shell Scenario, di Grand Hyatt, Selasa (14/8/2018).
Pengembangan mobil listrik, kata dia, sangat penting untuk Indonesia. Apalagi Indonesia berniat untuk mengurangi konsumsi bensin dan pencemaran udara, jadi biodiesel dan mobil listrik adalah salah satu upaya yang dikejar pemerintah.
Investor asing, lanjutnya, juga tertarik pengembangan sektor ini. Ia pun menunjukkan soal rencana investasi China dengan Perancis yang akan membangun pabrik lithium yang merupakan pendukung industri mobil listrik di Halmahera.
Pabrik ini merupakan joint venture antara Tsingshan (China) dan Eramet (Prancis) akan membangun pabrik dengan total investasi US$ 10 miliar atau sekitar Rp 144 triliun.
"Itu sampai US$ 10 miliar, groundbreaking tanggal 30. Saya diminta ke sana," katanya.
Industri seperti ini, kata dia, sebenarnya bisa juga dikembangkan ke daerah seperti Kerawang dan Purwakarta. Dengan masuk ke daerah ini, maka akan banyak penggunaan mobil listrik ke depan.
Selain itu, di Kerawang juga sedang dikembangkan pelabuhan Patimban yang bisa jadi titik ekspor mobil ke luar negeri. "Kita akan ada perjanjian perdagangan dengan Afrika pantai timur, jadi mobil listrik bisa kita ekspor ke sana juga. Dengan Patimban, jadi tidak usah ke Priuk," jelasnya.
(gus/gus) Next Article Pabrik Baterai Mobil Listrik Rp 146 T Mulai Dibangun di RI
Ia bahkan optimistis penggunaan mobil listrik di Indonesia bisa mencapai 30% di 2030. "Arah pertumbuhan ekonomi Indonesia itu sudah benar, sudah cukup bagus. Pengembangan mobil listrik 30% di 2030 harus punya," kata Luhut di acara Shell Scenario, di Grand Hyatt, Selasa (14/8/2018).
Investor asing, lanjutnya, juga tertarik pengembangan sektor ini. Ia pun menunjukkan soal rencana investasi China dengan Perancis yang akan membangun pabrik lithium yang merupakan pendukung industri mobil listrik di Halmahera.
Pabrik ini merupakan joint venture antara Tsingshan (China) dan Eramet (Prancis) akan membangun pabrik dengan total investasi US$ 10 miliar atau sekitar Rp 144 triliun.
"Itu sampai US$ 10 miliar, groundbreaking tanggal 30. Saya diminta ke sana," katanya.
Industri seperti ini, kata dia, sebenarnya bisa juga dikembangkan ke daerah seperti Kerawang dan Purwakarta. Dengan masuk ke daerah ini, maka akan banyak penggunaan mobil listrik ke depan.
Selain itu, di Kerawang juga sedang dikembangkan pelabuhan Patimban yang bisa jadi titik ekspor mobil ke luar negeri. "Kita akan ada perjanjian perdagangan dengan Afrika pantai timur, jadi mobil listrik bisa kita ekspor ke sana juga. Dengan Patimban, jadi tidak usah ke Priuk," jelasnya.
(gus/gus) Next Article Pabrik Baterai Mobil Listrik Rp 146 T Mulai Dibangun di RI
Most Popular