
Banyak Andalkan Sumur Tua, Produksi Migas RI Terus Merosot
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
13 August 2018 14:53

Jakarta, CNBC Indonesia- Rata-rata produksi minyak RI hingga 11 Agustus terus merosot, dan masih di bawah target APBN 2018.
Berdasar data Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM), produksi minyak harian berada di angka 769 ribu barel per haro. Sementara, rata-rata produksi tahunan 772 ribu barel, ini artinya baru 96% dari target APBN 800 ribu barel per hari.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Wisnu Prabawa Taher menyebutkan, masih belum tercapainya produksi minyak ini disebabkan adanya penurunan laju produksi atau decline rate yang tidak bisa dicegah, apalagi mengingat sumur-sumur produksi minyak dan gas di Indonesia terbilang tua.
"Lapangan-lapangan utama hulu migas mayoritas sudah beroperasi dari tahun 70an dan 80an," tutur Wisnu saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (13/8/2018).
Lebih lanjut, ia menjelaskan, semakin lama beroperasi, tingkat decline rate sebuah sumur bisa semakin tinggi. Sehingga, secara teknis, tutur Wisnu, pihaknya melakukan program pengembangan dengan selektif dan optimal
Selain itu, tambah Wisnu, di semester I ini juga terdapat pemeliharaan fasilitas yang membuat produksi di beberapa titik lapangan berhenti produksi. Namun, hal itu tidak lama dan bisa cepat selesai, dan produksi berjalan lagi.
"Masih terdapat beberapa gangguan fasilitas produksi, contohnya di Rokan dan ONWJ, namun kami segera atasi hal tersebut, dan tentu butuh waktu untuk produksi pulih kembali," terangnya.
Wisnu pun mengakui, jika tidak dilakukan upaya apapun, decline rate tersebut secara rata-rata bisa mencapai 25-30%, bahkan di beberapa tempat bisa 40%. Namun, tutur Wisnu, dengan upaya pemboran, workover, pemelihaaran sumur dan fasilitas, angka tersebut bisa tekan hingga di level 3-4%.
"Program pengembangan tersebut, dalam bentuk pengeboran, workover, pemeliharaan sumur, dan di buat dengan hati-hati agar tidak sampai mengganggu cadangan," pungkas Wisnu.
(gus) Next Article Produksi Migas Kurang "Ngegas"
Berdasar data Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM), produksi minyak harian berada di angka 769 ribu barel per haro. Sementara, rata-rata produksi tahunan 772 ribu barel, ini artinya baru 96% dari target APBN 800 ribu barel per hari.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Wisnu Prabawa Taher menyebutkan, masih belum tercapainya produksi minyak ini disebabkan adanya penurunan laju produksi atau decline rate yang tidak bisa dicegah, apalagi mengingat sumur-sumur produksi minyak dan gas di Indonesia terbilang tua.
"Lapangan-lapangan utama hulu migas mayoritas sudah beroperasi dari tahun 70an dan 80an," tutur Wisnu saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (13/8/2018).
Lebih lanjut, ia menjelaskan, semakin lama beroperasi, tingkat decline rate sebuah sumur bisa semakin tinggi. Sehingga, secara teknis, tutur Wisnu, pihaknya melakukan program pengembangan dengan selektif dan optimal
Selain itu, tambah Wisnu, di semester I ini juga terdapat pemeliharaan fasilitas yang membuat produksi di beberapa titik lapangan berhenti produksi. Namun, hal itu tidak lama dan bisa cepat selesai, dan produksi berjalan lagi.
"Masih terdapat beberapa gangguan fasilitas produksi, contohnya di Rokan dan ONWJ, namun kami segera atasi hal tersebut, dan tentu butuh waktu untuk produksi pulih kembali," terangnya.
Wisnu pun mengakui, jika tidak dilakukan upaya apapun, decline rate tersebut secara rata-rata bisa mencapai 25-30%, bahkan di beberapa tempat bisa 40%. Namun, tutur Wisnu, dengan upaya pemboran, workover, pemelihaaran sumur dan fasilitas, angka tersebut bisa tekan hingga di level 3-4%.
"Program pengembangan tersebut, dalam bentuk pengeboran, workover, pemeliharaan sumur, dan di buat dengan hati-hati agar tidak sampai mengganggu cadangan," pungkas Wisnu.
(gus) Next Article Produksi Migas Kurang "Ngegas"
Most Popular