Survei BI
Harga Properti Naik, Bunga KPR Lompat!
Alfado Agustio & Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
09 August 2018 17:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) baru saja merilis data survei harga properti residensial di kuartal II-2018. Di pasar primer, harga properti residensial terindikasi melambat. Hal ini tercermin dari pergerakan Indeks Harga Properti Residensial (IHRP) yang tumbuh 0,76% Quarterly-to-Quarterly (QtQ) atau lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,42% QtQ.
Secara tahunan (year-on-year/YoY), pertumbuhan IHRP juga menurun dari semula 3,69% YoY di kuartal I-2018 menjadi 3,26% YoY di kuartal lalu. Meski demikian, kenaikan IHRP periode April-Juni 2018 secara tahunan masih lebih cepat dibandingkan pertumbuhan di periode yang sama tahun lalu sebesar 3,17% YoY.
Adanya perlambatan dari kuartal sebelumnya disebabkan volume penjualan properti yang melambat cukup signifikan. Pada kuartal II-2018, penjualan properti tumbuh minus 0,08% QtQ, atau lebih rendah dibandingkan triwulan I-2018yang tumbuh sebesar 10,55% QtQ.
Penjualan rumah tipe menengah turun hingga 17,29% QtQ, sementara rumah tipe besar turun hingga 4% QtQ. Sebaliknya, penjualan rumah tipe kecil justru meningkat hingga 11% QtQ. Fenomena ini terjadi akibat dari tingginya suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR), DP kredit rumah, pajak hingga harga bahan bangunan.
Berdasarkan provinsi, suku bunga KPR tertinggi per Juni 2018 berada di Bengkulu (14,57%) diikuti Kalimantan Utara (13,6%) dan Papua Barat (13,34%). Di sisi lain, suku bunga KPR terendah berada di DI Yogyakarta (8,98%), DKI Jakarta (9,47%), dan Sulawesi Selatan (10,35%).
Sementara jika berdasarkan kelompok bank, suku bunga KPR tertinggi diterapkan Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebesar 12,25% diikuti Bank Swasta Nasional (10,93%) serta Bank Asing dan Campuran (10,19%).
Proyeksi di kuartal III-2018
BI memprediksi, perlambatan harga properti residensial masih akan terjadi pada kuartal III-2018. Hal ini terindikasi dari kenaikan IHRP yang hanya sebesar 0,55% QtQ atau lebih rendah dibandingkan kuartal II-2018. Perlambatan ini terjadi seiring menurunnya permintaan rumah baik untuk tipe menengah dan kecil. Sebaliknya, untuk tipe besar diperkirakan akan meningkat.
Permintaan rumah tipe kecil di kuartal III-2018 diprediksi turun dari 1,35% QtQ menjadi 0,78% QtQ. Sementara untuk rumah tipe menengah turun dari 0,68% QtQ menjadi 0,45% QtQdi periode yang sama. Di sisi lain, permintaan rumah tipe besar diperkirakan naik dari 0,27% QtQ menjadi 0,41% QtQ di periode Juli-September 2018.
KPR Masih Jadi Primadona
Penggunaan fasilitas KPR masih menjadi favorit masyarakat. Dari hasil survei di kuartal II-2018, sebesar 75,21% responden menggunakan fasilitas ini untuk melakukan pembelian properti residensial. Sebanyak 16,13% menggunakan uang tunai secara bertahap dan 8,66% tunai. Permintaan KPR yang meningkat, berkontribusi terhadap pertumbuhan kredit tersebut.
Pada kuartal II-2018, pertumbuhan KPR dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) tumbuh hingga 3,28% QtQ, lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang hanya 2,43% QtQ. Secara tahunan, angka tersebut melesat dari 11,99% YoY menjadi 13,52% YoY.
Meningkatnya KPR berkontribusi terhadap kenaikan pencairan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Pada kuartal II-2018, pencairan fasilitas tersebut mencapai Rp958 miliar atau tumbuh hingga 102,11% YoY. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh minus 38,81% YoY.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(RHG/RHG) Next Article Apakah MRT Jakarta Sudah Bikin Harga Properti Naik?
Secara tahunan (year-on-year/YoY), pertumbuhan IHRP juga menurun dari semula 3,69% YoY di kuartal I-2018 menjadi 3,26% YoY di kuartal lalu. Meski demikian, kenaikan IHRP periode April-Juni 2018 secara tahunan masih lebih cepat dibandingkan pertumbuhan di periode yang sama tahun lalu sebesar 3,17% YoY.
Penjualan rumah tipe menengah turun hingga 17,29% QtQ, sementara rumah tipe besar turun hingga 4% QtQ. Sebaliknya, penjualan rumah tipe kecil justru meningkat hingga 11% QtQ. Fenomena ini terjadi akibat dari tingginya suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR), DP kredit rumah, pajak hingga harga bahan bangunan.
Berdasarkan provinsi, suku bunga KPR tertinggi per Juni 2018 berada di Bengkulu (14,57%) diikuti Kalimantan Utara (13,6%) dan Papua Barat (13,34%). Di sisi lain, suku bunga KPR terendah berada di DI Yogyakarta (8,98%), DKI Jakarta (9,47%), dan Sulawesi Selatan (10,35%).
Sementara jika berdasarkan kelompok bank, suku bunga KPR tertinggi diterapkan Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebesar 12,25% diikuti Bank Swasta Nasional (10,93%) serta Bank Asing dan Campuran (10,19%).
Proyeksi di kuartal III-2018
BI memprediksi, perlambatan harga properti residensial masih akan terjadi pada kuartal III-2018. Hal ini terindikasi dari kenaikan IHRP yang hanya sebesar 0,55% QtQ atau lebih rendah dibandingkan kuartal II-2018. Perlambatan ini terjadi seiring menurunnya permintaan rumah baik untuk tipe menengah dan kecil. Sebaliknya, untuk tipe besar diperkirakan akan meningkat.
Permintaan rumah tipe kecil di kuartal III-2018 diprediksi turun dari 1,35% QtQ menjadi 0,78% QtQ. Sementara untuk rumah tipe menengah turun dari 0,68% QtQ menjadi 0,45% QtQdi periode yang sama. Di sisi lain, permintaan rumah tipe besar diperkirakan naik dari 0,27% QtQ menjadi 0,41% QtQ di periode Juli-September 2018.
KPR Masih Jadi Primadona
Penggunaan fasilitas KPR masih menjadi favorit masyarakat. Dari hasil survei di kuartal II-2018, sebesar 75,21% responden menggunakan fasilitas ini untuk melakukan pembelian properti residensial. Sebanyak 16,13% menggunakan uang tunai secara bertahap dan 8,66% tunai. Permintaan KPR yang meningkat, berkontribusi terhadap pertumbuhan kredit tersebut.
Pada kuartal II-2018, pertumbuhan KPR dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) tumbuh hingga 3,28% QtQ, lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang hanya 2,43% QtQ. Secara tahunan, angka tersebut melesat dari 11,99% YoY menjadi 13,52% YoY.
Meningkatnya KPR berkontribusi terhadap kenaikan pencairan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Pada kuartal II-2018, pencairan fasilitas tersebut mencapai Rp958 miliar atau tumbuh hingga 102,11% YoY. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh minus 38,81% YoY.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(RHG/RHG) Next Article Apakah MRT Jakarta Sudah Bikin Harga Properti Naik?
Most Popular