
Industri Kopi Stagnan, Mungkin 2 Tahun Lagi RI Jadi Importir
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
08 August 2018 12:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution khawatir Indonesia menjadi importir kopi karena pertumbuhan yang stagnan. Dia menilai, hal itu bisa terjadi pada dua atau tiga tahun ke depan.
Faktor utama yang dapat menyebabkan itu terjadi adalah peningkatan konsumsi kopi namun tidak diiringi dengan pertumbuhan produksi dalam negeri.
"Pertumbuhan kopi justru stagnan, bahkan sedikit negatif kira-kira 0,3% per tahun dalam periode yang sama. Sehingga, apabila kita tidak antisipasi, tak tertutup kemungkinan 2-3 tahun mendatang kita menjadi importir kopi," tutur Darmin di Hotel Borobudur, Rabu (8/8/2018).
Darmin menyebut, konsumsi kopi nasional dalam lima tahun terakhir tumbuh rata-rata 8,8%. Tidak seimbangnya perkembangan produksi kopi dan pertumbuhan konsumsi dia sayangkan, sebab dia yakin sumber daya alam Indonesia atas kopi merupakan salah satu yang terbaik di dunia.
Pada tahun 2017, Darmin menyebut hanya ada 1,25 juta hektare (ha) perkebunan kopi. Dengan luasan tersebut, produktivitas petani kopi robusta hanya 0,53 ton per hektare. Padahal, potensi yang ada mencapai 2 juta ton per hektare.
Sementara itu untuk kopi arabika, produktivitas baru sekitar 0,55 ton per hektare dengan potensi sebesar 1,5 ton per hektare.
"Kopi robusta kira-kira hanya memenuhi seperempat dari potensi, sedangkan arabica hanya sepertiganya," katanya.
(dru) Next Article Lantik Dua Pejabat Eselon I, Ini Pesan Menko Darmin
Faktor utama yang dapat menyebabkan itu terjadi adalah peningkatan konsumsi kopi namun tidak diiringi dengan pertumbuhan produksi dalam negeri.
"Pertumbuhan kopi justru stagnan, bahkan sedikit negatif kira-kira 0,3% per tahun dalam periode yang sama. Sehingga, apabila kita tidak antisipasi, tak tertutup kemungkinan 2-3 tahun mendatang kita menjadi importir kopi," tutur Darmin di Hotel Borobudur, Rabu (8/8/2018).
Pada tahun 2017, Darmin menyebut hanya ada 1,25 juta hektare (ha) perkebunan kopi. Dengan luasan tersebut, produktivitas petani kopi robusta hanya 0,53 ton per hektare. Padahal, potensi yang ada mencapai 2 juta ton per hektare.
Sementara itu untuk kopi arabika, produktivitas baru sekitar 0,55 ton per hektare dengan potensi sebesar 1,5 ton per hektare.
"Kopi robusta kira-kira hanya memenuhi seperempat dari potensi, sedangkan arabica hanya sepertiganya," katanya.
(dru) Next Article Lantik Dua Pejabat Eselon I, Ini Pesan Menko Darmin
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular