
Internasional
India Putuskan Tunda Serangan Dagang Baru ke AS
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
07 August 2018 15:12

Keputusan New Delhi untuk melawan mungkin mengejutkan beberapa pihak karena negara itu bukanlah pengekspor baja dan alumunium utama di AS. Pada tahun 2017, AS tercatat mengimpor sekitar 2% baja dari India, menurut data dari HIS Global Trade Atlas. Sementara itu AFP melaporkan hanya sekitar 2% aluminum India yang dikirimkan ke AS.
Namun, mempertimbangkan sejarah panjang perselisihan perdagangan bilateral, sikap yang diambil India tidak sepenuhnya tiba-tiba.
New Delhi dan Washington berkali-kali saling menyerang di depan badan penyelesaian sengketa Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) dalam beberapa tahun belakangan. Pada tahun 2013, India mengeluhkan tekstil dan pakaian AS yang dilindungi dari kompetisi impor. Kemudian di tahun 2013, AS menentang program tenaga surya nasional India dan mengklaim program tersebut mendiskriminasi untuk membantu perusahaan-perusahaan domestik.
"Isu-isu perdagangan sudah menjadi pengganggu hubungan [AS-India] selama bertahun-tahun, jadi hal ini tidak sepenuhnya baru," kata Dhruva Jaishankar, seorang fellow kebijakan luar negeri di Brookings India, merujuk pada sikap tegas India.
Modi diyakini mengikuti jejak China, Uni Eropa (UE), dan Kanada yang telah mengumumkan upaya pembalasan terhadap Washington.
Pembalasan India tidaklah unik karena "semua pemerintah nasional kemungkinan mengadopsi strategi bertahan karena relasi dagang tertekan," kata Rao.
Sebelumnya diberitakan, Beijing merespons dengan usulan bea masuk 25% terhadap produk impor AS senilai US$34 miliar. Jika Washington merespons dengan kenaikan tarif impor baru, maka negara dengan perekonomian terbesar itu dapat memberlakukan bea masuk 5%-25% terhadap produk asal AS senilai US$60 miliar.
Sementara itu, blok Eropa saat ini telah mengusulkan bea masuk baru terhadap produk AS senilai lebih dari US$3 miliar, termasuk bourbon, selai kacang, dan jus jeruk.
Para pejabat Amerika mengatakan mereka sudah berbicara dengan mitra-mitra dari China, tetapi belum ada kesepakatan yang dicapai. Sementara, AS dan UE sepakat untuk menegosiasikan pengurangan tarif. (prm)
Namun, mempertimbangkan sejarah panjang perselisihan perdagangan bilateral, sikap yang diambil India tidak sepenuhnya tiba-tiba.
New Delhi dan Washington berkali-kali saling menyerang di depan badan penyelesaian sengketa Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) dalam beberapa tahun belakangan. Pada tahun 2013, India mengeluhkan tekstil dan pakaian AS yang dilindungi dari kompetisi impor. Kemudian di tahun 2013, AS menentang program tenaga surya nasional India dan mengklaim program tersebut mendiskriminasi untuk membantu perusahaan-perusahaan domestik.
Modi diyakini mengikuti jejak China, Uni Eropa (UE), dan Kanada yang telah mengumumkan upaya pembalasan terhadap Washington.
Pembalasan India tidaklah unik karena "semua pemerintah nasional kemungkinan mengadopsi strategi bertahan karena relasi dagang tertekan," kata Rao.
Sebelumnya diberitakan, Beijing merespons dengan usulan bea masuk 25% terhadap produk impor AS senilai US$34 miliar. Jika Washington merespons dengan kenaikan tarif impor baru, maka negara dengan perekonomian terbesar itu dapat memberlakukan bea masuk 5%-25% terhadap produk asal AS senilai US$60 miliar.
Sementara itu, blok Eropa saat ini telah mengusulkan bea masuk baru terhadap produk AS senilai lebih dari US$3 miliar, termasuk bourbon, selai kacang, dan jus jeruk.
Para pejabat Amerika mengatakan mereka sudah berbicara dengan mitra-mitra dari China, tetapi belum ada kesepakatan yang dicapai. Sementara, AS dan UE sepakat untuk menegosiasikan pengurangan tarif. (prm)
Next Page
Selanjutnya bagaimana?
Pages
Most Popular