
Cerita Para Relawan Berjuang Terangi Papua
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
06 August 2018 19:50

Jakarta, CNBC Indonesia- Total peserta yang mengikuti Ekspedisi Papua Terang berjumlah 500 orang yang terdiri dari mahasiswa dari 5 PTN, akademisi, pegawai PLN yang menjadi relawan, TNI AD dan LAPAN yang akan disebar ke 415 desa dari 5 posko yang dituju, yaitu: Posko Jayapura, Posko Wamena, Posko Nabire, Posko Timika, dan Posko Merauke.
Beberapa mahasiswa yang terjun langsung bersama PLN tersebut diantaranya Walid Ramadhan Hanibaldy dan Siti Patimah tertarik untuk terjun langsung ke Papua selain karena wilayah yang cukup menantang, para mahasiswa tersebut ingin menunjukkan baktinya kepada negeri dengan menjadi bagian dalam melakukan elektrifikasi di wilayah Papua.
Seluruh mahasiswa tersebut sebelumnya juga telah mendapatkan restu dan izin terutama orang tua untuk dapat menjadi bagian dari tim ekspedisi Papua Terang dengan durasi penempatan satu hingga dua bulan kedepan.
"Untuk persiapan kan kami di papua itu banyak melakukan penjelajajahan gunung, jadi kami melakukan latihan fisik seperti lari yang bisa menunjang di papua ini," ujar Walid (Abad) yang berlokasi di posko utama Nabire Papua Barat.
Sementara itu, mahasiswa ITB lainnya yaitu Josephine Carla, Timothy Wijaya serta Hanif Hasan yang berasal dari ITB menyatakan bahwa ekspedisi tersebut merupakan salah satu cara untuk melihat secara langsung kondisi masyarakat di Papua yang tidak memiliki penerangan.
Menurut mereka, kondisi di wilayah tersebut sangat berbanding terbalik dengan fasilitas terutama penerangan yang mereka dapatkan di tempat tinggalnya masing-masing.
"Iya jadi benar-benar merasa listrik itu sangat dibutuhkan dan mereka (masyarakat Papua) sangat menyambut banget dengan kehadiran kami. Untuk tantangan memang lokasi yang cukup sulit dan jauh ya," tambah Carla yang berlokasi di Sub Posko Yamor Kabupaten Kaimana Papua Barat.
Selain terdapat tim relawan dari para mahasiswa, tim ekspedisi Papua Terang juga terdiri dari relawan dari internal PLN. Salah satu relawan tersebut ialah Nida Ul Hasanah yang berasal dari kantor PLN Pusat bagian sertifikasi.
Menurutnya, kesertaan dirinya dalam bagian tim ekspedisi tersebut merupakan salah satu tugas yang biasanya kerap diemban oleh pegawai PLN untuk melakukan perjalanan ke berbagai lokasi. Menurutnya, Papua tidak seperti yang dirinya bayangkan yaitu kondisi yang sangat primitif (warganya) hingga terpencil.
"Saya biasanya juga suka melakukan perjalanan dinas ya selama seminggu gitu, dan kalau ditanya memang itu sudah menjadi bagian dari rutinitas pekerjaan. Lalu untuk kondisi Papua juga saya juga melihat secara langsung dan kondisi wilayahnya juga cukup baik tidak seperti yang dibicarakan banyak orang," tambah Nida dari posko utama Nabire Papua Barat.
Dalam surveinya, tim ekspedisi Papua Terang juga dibantu oleh pihak personil TNI untuk memberikan edukasi kepada masyarakat Papua dan menjalankan survei yang mencakup survei data desa, survei potensi energi baru dan terbarukan hingga survei pembangunan sistem kelistrikan desa.
Tim akan menyesuaikan pembangkit listrik yang tepat untuk digunakan bagi desa tersebut mulai dari tenaga diesel (PLTD), tenaga surya (PLTS) hingga tenaga pico hidro (PLTPH). Penerangan listrik rencananya akan dilakukan enam bulan paska survei yang dilakukan oleh tim ekspedisi.
(gus) Next Article Ratusan Relawan Terjun ke Pelosok Demi Terangi Papua
Beberapa mahasiswa yang terjun langsung bersama PLN tersebut diantaranya Walid Ramadhan Hanibaldy dan Siti Patimah tertarik untuk terjun langsung ke Papua selain karena wilayah yang cukup menantang, para mahasiswa tersebut ingin menunjukkan baktinya kepada negeri dengan menjadi bagian dalam melakukan elektrifikasi di wilayah Papua.
![]() |
Seluruh mahasiswa tersebut sebelumnya juga telah mendapatkan restu dan izin terutama orang tua untuk dapat menjadi bagian dari tim ekspedisi Papua Terang dengan durasi penempatan satu hingga dua bulan kedepan.
"Untuk persiapan kan kami di papua itu banyak melakukan penjelajajahan gunung, jadi kami melakukan latihan fisik seperti lari yang bisa menunjang di papua ini," ujar Walid (Abad) yang berlokasi di posko utama Nabire Papua Barat.
Sementara itu, mahasiswa ITB lainnya yaitu Josephine Carla, Timothy Wijaya serta Hanif Hasan yang berasal dari ITB menyatakan bahwa ekspedisi tersebut merupakan salah satu cara untuk melihat secara langsung kondisi masyarakat di Papua yang tidak memiliki penerangan.
Menurut mereka, kondisi di wilayah tersebut sangat berbanding terbalik dengan fasilitas terutama penerangan yang mereka dapatkan di tempat tinggalnya masing-masing.
"Iya jadi benar-benar merasa listrik itu sangat dibutuhkan dan mereka (masyarakat Papua) sangat menyambut banget dengan kehadiran kami. Untuk tantangan memang lokasi yang cukup sulit dan jauh ya," tambah Carla yang berlokasi di Sub Posko Yamor Kabupaten Kaimana Papua Barat.
Selain terdapat tim relawan dari para mahasiswa, tim ekspedisi Papua Terang juga terdiri dari relawan dari internal PLN. Salah satu relawan tersebut ialah Nida Ul Hasanah yang berasal dari kantor PLN Pusat bagian sertifikasi.
Menurutnya, kesertaan dirinya dalam bagian tim ekspedisi tersebut merupakan salah satu tugas yang biasanya kerap diemban oleh pegawai PLN untuk melakukan perjalanan ke berbagai lokasi. Menurutnya, Papua tidak seperti yang dirinya bayangkan yaitu kondisi yang sangat primitif (warganya) hingga terpencil.
"Saya biasanya juga suka melakukan perjalanan dinas ya selama seminggu gitu, dan kalau ditanya memang itu sudah menjadi bagian dari rutinitas pekerjaan. Lalu untuk kondisi Papua juga saya juga melihat secara langsung dan kondisi wilayahnya juga cukup baik tidak seperti yang dibicarakan banyak orang," tambah Nida dari posko utama Nabire Papua Barat.
Dalam surveinya, tim ekspedisi Papua Terang juga dibantu oleh pihak personil TNI untuk memberikan edukasi kepada masyarakat Papua dan menjalankan survei yang mencakup survei data desa, survei potensi energi baru dan terbarukan hingga survei pembangunan sistem kelistrikan desa.
Tim akan menyesuaikan pembangkit listrik yang tepat untuk digunakan bagi desa tersebut mulai dari tenaga diesel (PLTD), tenaga surya (PLTS) hingga tenaga pico hidro (PLTPH). Penerangan listrik rencananya akan dilakukan enam bulan paska survei yang dilakukan oleh tim ekspedisi.
(gus) Next Article Ratusan Relawan Terjun ke Pelosok Demi Terangi Papua
Most Popular