
4 Alternatif Energi Terbarukan Ini Bakal Bikin Papua Terang
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
18 October 2019 16:30

Jakarta, CNBC Indonesia- Demi mewujudkan 1.000 energi terbarukan (EBT) untuk Papua, Perusahaan Listrik Negara (PLN) memiliki empat alternatif yang bisa menjadi solusi. Alternatif ini dibutuhkan mengingat adanya tantangan geografis, kepadatan hunian yang sangat rendah, dan hunian yang terbatas.
Direktur Bisnis Regional Maluku dan Papua Ahmad Rofik mengatakan program 1.000 Renewable Energy For Papua merupakan solusi paling efektif untuk percepatan elektrifikasi di Papua dan Papua Barat melalui implementasi model wireless electricity.
"Optimalisasi energi lokal berbasis energi baru terbarukan diharapkan akan memperbaiki kinerja bauran energi sekaligus menurunkan biaya pokok penyediaan listrik," kata Rofik, Jumat (18/10/2019).
Adapun empat alternatif tersebut yakni pembangkit listrik tenaga pikohidro, Tabung listrik (talis), pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm), dan Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Rofik mengatakan pembangkit pikohidro lebih cocok untuk daerah yang memiliki perbedaan ketinggian, dan bisa memanfaatkan energi potensial air untuk menghasilkan listrik 5.000 watt.
Rencananya ada 314 desa akan dilistriki menggunakan tabung listrik, 65 desa menggunakan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) dan Pikohidro. Berikutnya 158 desa akan menggunakan pembangkit listrik tenaga biomassa dengan kapasitas 3-10 kW.
Kemudian 116 desa dilistriki menggunakan pembangkit listrik tenaga bayu, 34 desa dilistriki menggunakan pembangkit listrik tenaga arus laut, 184 desa akan diterangi dengan pembangkit listrik tenaga surya sebanyak 151 set. Selebihnya, sebanyak 252 desa akan disambungkan ke sistem jaringan listrik PLN yang sudah ada.
Rofik memaparkan tabung listrik merupakan penyimpanan energi seperti power bank untuk rumah tangga.
"Cukup dengan plug and play, masyarakat di pedalaman Papua sudah dapat memanfaatkan listrik dengan Talis, dan dapat diisi ulang di stasiun pengisian energi listrik," katanya.
Rofik menambahkan saat ini rasio eletrifikasi di Papua mencapai 94,28% dan Papua Barat 99,99%. Dari 7.358 desa, sudah ada 6.147 desa yang terlistriki. Untuk itu adanya alternatif ini diharapkan bisa menjadi solusi untuk mencukupi kebutuhan listrik murah.
"Dengan begitu bisa mewujudkan Papua bebas subsidi pada 2024, karena listrik murah bisa meningkatkan aktivitas ekonomi," kata Rofik.
(dob/dob) Next Article Andalkan PLTS & Piko Hidro, Tahun Depan Papua Bakal Terang
Direktur Bisnis Regional Maluku dan Papua Ahmad Rofik mengatakan program 1.000 Renewable Energy For Papua merupakan solusi paling efektif untuk percepatan elektrifikasi di Papua dan Papua Barat melalui implementasi model wireless electricity.
"Optimalisasi energi lokal berbasis energi baru terbarukan diharapkan akan memperbaiki kinerja bauran energi sekaligus menurunkan biaya pokok penyediaan listrik," kata Rofik, Jumat (18/10/2019).
Adapun empat alternatif tersebut yakni pembangkit listrik tenaga pikohidro, Tabung listrik (talis), pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm), dan Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Rofik mengatakan pembangkit pikohidro lebih cocok untuk daerah yang memiliki perbedaan ketinggian, dan bisa memanfaatkan energi potensial air untuk menghasilkan listrik 5.000 watt.
Rencananya ada 314 desa akan dilistriki menggunakan tabung listrik, 65 desa menggunakan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) dan Pikohidro. Berikutnya 158 desa akan menggunakan pembangkit listrik tenaga biomassa dengan kapasitas 3-10 kW.
Kemudian 116 desa dilistriki menggunakan pembangkit listrik tenaga bayu, 34 desa dilistriki menggunakan pembangkit listrik tenaga arus laut, 184 desa akan diterangi dengan pembangkit listrik tenaga surya sebanyak 151 set. Selebihnya, sebanyak 252 desa akan disambungkan ke sistem jaringan listrik PLN yang sudah ada.
Rofik memaparkan tabung listrik merupakan penyimpanan energi seperti power bank untuk rumah tangga.
"Cukup dengan plug and play, masyarakat di pedalaman Papua sudah dapat memanfaatkan listrik dengan Talis, dan dapat diisi ulang di stasiun pengisian energi listrik," katanya.
Rofik menambahkan saat ini rasio eletrifikasi di Papua mencapai 94,28% dan Papua Barat 99,99%. Dari 7.358 desa, sudah ada 6.147 desa yang terlistriki. Untuk itu adanya alternatif ini diharapkan bisa menjadi solusi untuk mencukupi kebutuhan listrik murah.
"Dengan begitu bisa mewujudkan Papua bebas subsidi pada 2024, karena listrik murah bisa meningkatkan aktivitas ekonomi," kata Rofik.
(dob/dob) Next Article Andalkan PLTS & Piko Hidro, Tahun Depan Papua Bakal Terang
Most Popular