Andalkan PLTS & Piko Hidro, Tahun Depan Papua Bakal Terang

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
15 October 2019 18:24
Gandeng Mapala, 1.700 Desa Di Papua Bakal Dialiri Listrik
Foto: Dok: PLN
Jakarta, CNBC Indonesia- PT PLN (Persero) berencana mengakhiri kegelapan malam di Papua dengan melistriki 1.724 desa. Target akhirnya, pada akhir 2020 rasio elektrifikasi nasional mencapai 99,9%.

Dibandingkan 32 provinsi lain yang ada di Indonesia, rasio elektrifikasi di Papua dan Papua Barat masih tertinggal. Berdasarkan data ESDM untuk mencapai Rasio Desa Berlistrik (RDB) 100% di Provinsi Papua dan Papua Barat pada 2020, masih ada 414 desa dengan 78.000 rumah yang harus dilistriki.
Untuk mewujudkan rencana besar tersebut, langkah awal yang diperlukan adalah merancang survei untuk memetakan system kelistrikan yang tepat untuk pedesaan Papua yang memiliki bentang alam yang sangat beragam.

Memang, berdasarkan data Kementerian ESDM, RDB di Provinsi Papua dan Papua Barat saat ini adalah 98,3%, yang dicapai melalui kontribusi PLN (48,5%), program Lampu Tenaga Surya Hemat Energi(LTSHE) dari Kementerian ESDM dan listrik swadaya inisiatif pemda-pemda setempat. Sementara tingkat RE nasional PLN yang mencapai 98,86%.


Salah satu langkah yang ditempuh adalah menggandeng kelompok mahasiswa pencinta alam (Mapala) dari Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Cendrawasih, LAPAN dan TNI AD. Berbagai institusi tersebut dipersatukan ke dalam tim Ekspedisi Papua Terang (EPT).

Terobosan PLN tersebut rupanya berbuah manis. Dari target survey 415 desa, tim EPT mampu memetakan system kelistrikan yang akan dibangun di 841 desa di Papua dan Papua Barat.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, tercatat kelima desa yang dikunjungi lebih cocok dipasang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Alasannya mereka berada di dataran tinggi terbuka dengan curah hujan normal.
"Memang ada desa yang memiliki sumber sungai yang baik. Tapi jarak sungai ke desa sejauh 2 km. Jadi sangat jauh tidak layak dipasang pembangkit tenaga air," jelas Simson Donyadone anggota relawan Tim EPT batch kedua pada September 2018. 

Berkat perjuangan tim EPT seperti Simson kini terkumpul data akurat metode yang dianggap tepat untuk melistriki ratusan desa di Papua dan Papua Barat.

Rincian jumlahnya, 39 desa direncanakan menggunakan teknologi tabung listrik (Talis), 41 desa menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dan Piko Hidro (PLTPH), 179 desa rencananya akan disambungkan ke system jaringan listrik (grid) PLN yang telah ada, 286 desa akan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dan Biomassa (PLTBm), serta selebihnya 297 desa akan diterangi dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Biomassa (PLTBm).

Data tersebut pun telah ditindaklanjuti dengan pemancangan program "1000 Renewable Energy for Papua". Program inilah yang mengeksekusi hasil survei EPT.

Piko Hidro merupakan pembangkit listrik tenaga air berkapasitas sangat kecil, yakni 1-100 KWH. Jauh di bawah cara kerjanya, air yang telah dibendung dialirkan ke dalam bak penampung yang berisi turbin sehingga aliran air akan memutar turbin tersebut. Selanjutnya turbin akan memutar generator yang pada akhirnya menghasilkan listrik.


Kepala Divisi Konstruksi Regional Maluku dan Papua PT PLN (Persero) Robert Aprianto Purba menjelaskan, keunggulan teknologi PLTPH adalah cocok digunakan di daerah terpencil.

"Piko Hidro hanya butuh ketinggian air 1-3 meter dan debit 30 liter per detik. Jadi cocok digunakan di daerah terpencil," jelas Robert.

Selain itu biaya investasinya pun tergolong murah sekitar Rp 30 juta per unit dengan biaya pemeliharaan yang minimum dan tidak memerlukan biaya bahan bakar.


(dob/dob) Next Article Jayapura Rusuh, PLN Padamkan Listrik di 6 Lokasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular