
Internasional
Kunjungi Asia Tenggara, Menlu AS Diharapkan Bawa Kejelasan
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
03 August 2018 12:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Interaksi antara Amerika Serikat (AS) dan Asia Tenggara di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump biasanya dibingkai sebagai bentuk perlawanan terhadap dominasi China di kawasan itu.
Meskipun isu tentang pengaruh Beijing kemungkinan akan muncul selama tur kunjungan resmi Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo ke beberapa negara di kawasan pada pekan ini, tentu saja hal itu tidak akan mendominasi pembicaraannya dengan para pembuat kebijakan.
Beberapa hari setelah mengumumkan pendanaan infrastruktur sebesar US$113 juta (Rp 1,6 triliun) untuk negara-negara Asia-Pasifik sebagai bagian dari inisiatif Indo-Pasifik milik Gedung Putih, Pompeo diprediksi akan menyampaikan rincian kebijakan tersebut saat mengunjungi Malaysia, Singapura, dan Indonesia selama lima hari yang dimulai hari Rabu (1/8/2018).
Perjalanan itu dilakukan di saat terdapat skeptimisme mendalam di Asia Tenggara terhadap kebijakan Washington, seperti dilansir dari CNBC International.
Tekanan Washington terhadap pemerintah negara lainnya untuk mengurangi defisit perdagangan adalah fokus utama bagi banyak negara. Sebelumnya, Perwakilan Perdagangan AS (US Trade Representative/USTR) pada bulan April memperingatkan Indonesia akan halangan perdagangan yang dibuat di dalam negeri. Trump juga ingin mengurangi jejak militer negaranya di luar negeri.
Pada kesimpulan pertemuan tingkat tinggi AS-Korea Utara di bulan Juni, Trump berkata dia akan menghentikan latihan militer tahunan dengan Korea Selatan (Korsel), sebuah keputusan mengejutkan yang menyebabkan kegelisahan tentang keamanan.
Kunjungan Pompeo "penting untuk meningkatkan kepentingan Amerika di kawasan, di mana kehadiran adalah bagian dari pertempuran," kata Michael Mazza selaku pengamat kajian luar negeri dan kebijakan pertahanan di sebuah think tank konservatif American Enterprise Institute.
Konsep AS tentang Indo-Pasifik yang "bebas dan terbuka" juga meningkatkan perhatian di Asia Tenggara.
"Beberapa sudah khawatir pemerintahan Trump akan memaksa negara-negara di kawasan untuk terang-terangan memilih antara Washington dan Beijing, tindakan yang mereka sebut akan menjadi bumerang," tulis Joshua Kurlantzick, rekan senior di Southeast Asia at the Council of Foreign Relations, dalam sebuah catatan.
Sementara banyak negara di kawasan sama-sama merasakan kekhawatiran AS tentang investasi, praktik perdagangan, dan aktivitas Beijing di Laut China Selatan, masih belum terlihat apakah negara-negara itu akan mendukung strategi Indo-Pasifik secara publik, kata Kurlantzick.
Misalnya saja, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong berulang kali mengingatkan bahaya yang mengancam negara-negara Asia jika dipaksa memilih antara AS dan China.
Pemerintah akan tertarik mencari tahu tepatnya peran seperti apa yang akan mereka mainkan di strategi Indo-Pasifik dari Washington yang masih samar, kata Mazza.
"Semoga saja Menlu Pompeo akan menggunakan kunjungannya pekan ini sebagai sebuah peluang untuk mulai mempersiapkan strategi komprehensif Amerika untuk Asia Tenggara - menjelaskan mengapa itu penting, apa tujuan AS, dan bagaimana Amerika Serikat akan berusaha untuk meraihnya," tambahnya.
Demokrasi dan hak asasi saat ini menjadi topik terhangat di Asia Tenggara di tengah kritik terhadap politk kuat Presiden Filipina Rodrigo Duterte dan penindakan keras terhadap kebebasan sipil oleh Perdana Menteri Kamboja Hun Sen yang baru saja terpilih.
Di bawah pemerintahan sebelumnya, AS sebagai perekonomian terbesar di dunia telah menggunakan pengaruhnya untuk mendukung standar demokrasi. Namun, tidak jelas apakah pemerintah Trump akan melakukan hal yang sama.
"Apakah Pompeo akan menggunakan konsep Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka untuk fokus pada hak asasi dan demokrasi secara regional, atau apakah fokus nyata pada hak asasi dan demokrasi itu tidak mungkin dengan mempertimbangkan fokus Gedung Putih terhadap kedaulatan dan berkurangnya penekanan secara umum pada isu hak asasi di kebijakan AS?" kata Kurlantzick.
Pompeo juga bisa mencari cara untuk meredakan kekhawatiran tentang dampak langsung dari perang dagang AS-China. Negara-negara di Asia Tenggara dianggap rentan terhadap tarif Trump karena mereka adalah kontributor signifikan untuk ekspor China.
Khawatir dengan penjualan bahan bakar ilegal ke Pyongyang, kemunginan Pompeo juga akan mendesak negara-negara untuk mempertahankan sanksinya terhadap Korea Utara, kata seorang pejabat AS kepada Reuters pekan ini.
"Kami berencana memanfaatkan pertemuan-pertemuan ini untuk mengingatkan semua negara tentang kewajiban dan kepatuhan mereka terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB," kata pejabat yang tidak ingin disebutkan namanya itu.
(prm) Next Article Apa Kabar Perang Dagang AS-India?
Meskipun isu tentang pengaruh Beijing kemungkinan akan muncul selama tur kunjungan resmi Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo ke beberapa negara di kawasan pada pekan ini, tentu saja hal itu tidak akan mendominasi pembicaraannya dengan para pembuat kebijakan.
Beberapa hari setelah mengumumkan pendanaan infrastruktur sebesar US$113 juta (Rp 1,6 triliun) untuk negara-negara Asia-Pasifik sebagai bagian dari inisiatif Indo-Pasifik milik Gedung Putih, Pompeo diprediksi akan menyampaikan rincian kebijakan tersebut saat mengunjungi Malaysia, Singapura, dan Indonesia selama lima hari yang dimulai hari Rabu (1/8/2018).
Tekanan Washington terhadap pemerintah negara lainnya untuk mengurangi defisit perdagangan adalah fokus utama bagi banyak negara. Sebelumnya, Perwakilan Perdagangan AS (US Trade Representative/USTR) pada bulan April memperingatkan Indonesia akan halangan perdagangan yang dibuat di dalam negeri. Trump juga ingin mengurangi jejak militer negaranya di luar negeri.
Pada kesimpulan pertemuan tingkat tinggi AS-Korea Utara di bulan Juni, Trump berkata dia akan menghentikan latihan militer tahunan dengan Korea Selatan (Korsel), sebuah keputusan mengejutkan yang menyebabkan kegelisahan tentang keamanan.
Kunjungan Pompeo "penting untuk meningkatkan kepentingan Amerika di kawasan, di mana kehadiran adalah bagian dari pertempuran," kata Michael Mazza selaku pengamat kajian luar negeri dan kebijakan pertahanan di sebuah think tank konservatif American Enterprise Institute.
Konsep AS tentang Indo-Pasifik yang "bebas dan terbuka" juga meningkatkan perhatian di Asia Tenggara.
"Beberapa sudah khawatir pemerintahan Trump akan memaksa negara-negara di kawasan untuk terang-terangan memilih antara Washington dan Beijing, tindakan yang mereka sebut akan menjadi bumerang," tulis Joshua Kurlantzick, rekan senior di Southeast Asia at the Council of Foreign Relations, dalam sebuah catatan.
Sementara banyak negara di kawasan sama-sama merasakan kekhawatiran AS tentang investasi, praktik perdagangan, dan aktivitas Beijing di Laut China Selatan, masih belum terlihat apakah negara-negara itu akan mendukung strategi Indo-Pasifik secara publik, kata Kurlantzick.
Misalnya saja, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong berulang kali mengingatkan bahaya yang mengancam negara-negara Asia jika dipaksa memilih antara AS dan China.
Pemerintah akan tertarik mencari tahu tepatnya peran seperti apa yang akan mereka mainkan di strategi Indo-Pasifik dari Washington yang masih samar, kata Mazza.
"Semoga saja Menlu Pompeo akan menggunakan kunjungannya pekan ini sebagai sebuah peluang untuk mulai mempersiapkan strategi komprehensif Amerika untuk Asia Tenggara - menjelaskan mengapa itu penting, apa tujuan AS, dan bagaimana Amerika Serikat akan berusaha untuk meraihnya," tambahnya.
Demokrasi dan hak asasi saat ini menjadi topik terhangat di Asia Tenggara di tengah kritik terhadap politk kuat Presiden Filipina Rodrigo Duterte dan penindakan keras terhadap kebebasan sipil oleh Perdana Menteri Kamboja Hun Sen yang baru saja terpilih.
Di bawah pemerintahan sebelumnya, AS sebagai perekonomian terbesar di dunia telah menggunakan pengaruhnya untuk mendukung standar demokrasi. Namun, tidak jelas apakah pemerintah Trump akan melakukan hal yang sama.
"Apakah Pompeo akan menggunakan konsep Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka untuk fokus pada hak asasi dan demokrasi secara regional, atau apakah fokus nyata pada hak asasi dan demokrasi itu tidak mungkin dengan mempertimbangkan fokus Gedung Putih terhadap kedaulatan dan berkurangnya penekanan secara umum pada isu hak asasi di kebijakan AS?" kata Kurlantzick.
Pompeo juga bisa mencari cara untuk meredakan kekhawatiran tentang dampak langsung dari perang dagang AS-China. Negara-negara di Asia Tenggara dianggap rentan terhadap tarif Trump karena mereka adalah kontributor signifikan untuk ekspor China.
Khawatir dengan penjualan bahan bakar ilegal ke Pyongyang, kemunginan Pompeo juga akan mendesak negara-negara untuk mempertahankan sanksinya terhadap Korea Utara, kata seorang pejabat AS kepada Reuters pekan ini.
"Kami berencana memanfaatkan pertemuan-pertemuan ini untuk mengingatkan semua negara tentang kewajiban dan kepatuhan mereka terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB," kata pejabat yang tidak ingin disebutkan namanya itu.
(prm) Next Article Apa Kabar Perang Dagang AS-India?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular