
Ini Dua Alasan di Balik Sikap Hawkish Bank Sentral Inggris
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
02 August 2018 19:07

Jakarta,CNBC Indonesia - Setelah delapan bulan "tenang-tenang saja", bank sentral Inggris (Bank of England/ BoE) akhirnya menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 0,75% pada sore ini dan menjadi kenaikan yang pertama tahun ini. Mengapa? Berikut ulasannya.
Kenaikan tersebut sudah diperkirakan oleh pasar. Menurut konsensus yang dihimpun Reuters, 91% responden sudah meyakini BoE akan menaikkan suku bunga acuannya. Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan bank sentral monarki itu untuk kembali mengetatkan kebijakan moneternya (hawkish).
Pertama, ekonomi di Inggris mulai membaik meski ada gonjang-ganjing terkait Brexit. Tingkat inflasi negara itu pun tumbuh melebihi target bank sentral.
Per Juni 2018, inflasi tumbuh 2,4% atau melebihi target BoE di angka 2%, yang bisa memicu kenaikan suku bunga acuannya lagi. Di sisi lain, daya beli masyarakat pun membaik, terlihat dari kenaikan harga rumah.
Data setempat memperlihatkan harga rumah per Juli naik 2,5% secara tahunan (YoY), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 2%. Kenaikan ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat membaik.
Tanda-tanda ini yang disinyalir menjadi pertimbangan BoE untuk menaikkan suku bunga acuannya petang ini. Pertimbangan kedua adalah arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve/The Fed, yang cenderung agresif dengan dua kenaikan suku bunga acuan sepanjang tahun ini. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) sedang melaju.
Pada kuartal II-2018, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 4,1% secara tahunan (year-on-year/ YoY). Ini bisa mendorong The Fed mengerem pertumbuhan ekonomi agar tidak kepanasan (overheating).
Namun pada rilis meeting kemarin, The Fed memutuskan menahan suku bunga acuandi rentang 1,75%-2%. Namun, Jerome Powell dan kolega memberi petunjuk yang makin kuat bahwa suku bunga acuan kemungkinan besar naik bulan depan.
"Pembukaan lapangan kerja begitu besar, angka pengangguran bertahan di tingkat rendah. Konsumsi rumah tangga dan dunia usaha pun tumbuh dengan kuat," tulis The Fed.
Pernyataan tersebut membuat pasar memperkirakan suku bunga acuan akan naik dua kali lagi yaitu pada September dan Desember. Probabilitas kenaikan pada September mencapai 91%, sementara Desember adalah 71%, mengutip CME Fedwatch.
Hal inilah yang diantisipasi BoE dengan menaikkan suku bunga acuannya, agar kebijakannya tidak ketinggalan dari negara lain (ahead of curve).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/prm) Next Article Pasca 'Kekacauan 45 Hari', Inggris Terancam Resesi Panjang!
Kenaikan tersebut sudah diperkirakan oleh pasar. Menurut konsensus yang dihimpun Reuters, 91% responden sudah meyakini BoE akan menaikkan suku bunga acuannya. Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan bank sentral monarki itu untuk kembali mengetatkan kebijakan moneternya (hawkish).
Pertama, ekonomi di Inggris mulai membaik meski ada gonjang-ganjing terkait Brexit. Tingkat inflasi negara itu pun tumbuh melebihi target bank sentral.
Data setempat memperlihatkan harga rumah per Juli naik 2,5% secara tahunan (YoY), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 2%. Kenaikan ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat membaik.
Tanda-tanda ini yang disinyalir menjadi pertimbangan BoE untuk menaikkan suku bunga acuannya petang ini. Pertimbangan kedua adalah arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve/The Fed, yang cenderung agresif dengan dua kenaikan suku bunga acuan sepanjang tahun ini. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) sedang melaju.
Pada kuartal II-2018, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 4,1% secara tahunan (year-on-year/ YoY). Ini bisa mendorong The Fed mengerem pertumbuhan ekonomi agar tidak kepanasan (overheating).
Namun pada rilis meeting kemarin, The Fed memutuskan menahan suku bunga acuandi rentang 1,75%-2%. Namun, Jerome Powell dan kolega memberi petunjuk yang makin kuat bahwa suku bunga acuan kemungkinan besar naik bulan depan.
"Pembukaan lapangan kerja begitu besar, angka pengangguran bertahan di tingkat rendah. Konsumsi rumah tangga dan dunia usaha pun tumbuh dengan kuat," tulis The Fed.
Pernyataan tersebut membuat pasar memperkirakan suku bunga acuan akan naik dua kali lagi yaitu pada September dan Desember. Probabilitas kenaikan pada September mencapai 91%, sementara Desember adalah 71%, mengutip CME Fedwatch.
Hal inilah yang diantisipasi BoE dengan menaikkan suku bunga acuannya, agar kebijakannya tidak ketinggalan dari negara lain (ahead of curve).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/prm) Next Article Pasca 'Kekacauan 45 Hari', Inggris Terancam Resesi Panjang!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular