Ini Strategi Pertamina Cari Uang Rp 1000 T untuk Blok Rokan

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
01 August 2018 18:08
Mendapatkan blok Rokan bukan berarti tanpa tantangan buat Pertamina, perusahaan migas ini mesti cari cara siapkan investasi Rp 1000 triliun untuk blok ini.
Foto: detik.com/Erwin Dariyanto
Jakarta, CNBC Indonesia- Plt Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, perusahaan akan menggunakan 100% kas internal untuk membayar bonus tanda tangan sebesar Rp 11,3 triliun atau US$ 784 juta yang diajukan perusahaan untuk bisa merebut blok Rokan dari genggaman Chevron.

"Kami memberikan komitmen pembayaran bonus blok Rokan US$ 784 juta. Itu semuanya adalah dari dana Pertamina sendiri," ujar Nicke kepada media saat dijumpai di Jakarta, Rabu (1/8/2018).

[Gambas:Video CNBC]

Lebih lanjut, Nicke menjelaskan, pembayaran bonus tanda tangan itu pun sekaligus menjadi bukti bahwa keuangan Pertamina masih kuat. Ada return earning dari tambahan keuntungan selama tiga tahun yang nantinya bisa digunakan untuk menambah kapasitas investasi dari Pertamina.


Selanjutnya, untuk menambal kebutuhan komitmen awal investasi US$ 500 juta dan kebutuhan belanja modal  yang diperkirakan bisa mencapai lebih dari Rp 1000 triliun, perusahaan migas pelat merah ini tetap membuka kesempatan untuk melakukan mitigasi risiko dari segi pendanaan dalam mengambil alih blok tersubur di Indonesia tersebut.

"Kedua, mitigasi untuk pendanaan. Kami yakin dan lihat banyak yang tertarik, jadi kami terbuka untuk itu. Intinya peluang bermitra terbuka, sama seperti di blok Mahakam," tambah Nicke. 

Sebelumnya, Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam menambahkan, pihaknya sudah menyiapkan investasi hingga Rp 1.011,34 triliun atau US$ 70 miliar di blok Rokan hingga 2041.

"Untuk 20 tahun kedepan itu (investasi) besarlah, sekitar US$ 70-an miliar, angka persisnya lupa. Kalau itu berhasil, nanti investasi akan lebih besar," tutur Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam ketika dihubungi, Selasa (31/7/2018).

Syamsu mengatakan, biaya investasi tersebut baru mencakup belanja modal atau capex saja, dan belum termasuk biaya operasional atau opex. Biaya itu juga belum termasuk untuk menggunakan Enhanched Oil Recovery atau EOR. 

"Lagipula kebutuhan investasi US$ 70-72 miliar itu sebagian besar investasi utk eskplorasi, sehingga nantinya akan hasilkan produksi yang secara cashflow bagus juga," imbuh Nicke.

Lantas bagaimana dengan arus kas dan piutang perusahaan? Nicke menjelaskan, piutang perusahaan yang terbesar saat ini adalah dari subsidi. Namun, sebagian besar sudah dibayarkan pemerintah, dan ada settlement untuk 2016-2017 sebesar Rp 20 triliun yang akan segera dibayarkan ke Pertamina. 

Nicke juga sebelumnya mengatakan, dengan mengelola Blok Rokan akan mampu menyelematkan devisa negara sampai Rp 57 triliun atau US$ 4 miliar. 

Hal itu, lanjut Nicke, disebabkan, blok Rokan dapat meningkatkan produksi hulu Pertamina dan akan mengurangi impor minyak. "Sehingga nantinya bisa menghemat devisa sekitar US$ 4 miliar per tahun, serta menurunkan biaya produksi hilir secara jangka panjang," tuturnya, Rabu (1/8/2018).

"Jadi, alhamdulillah keuangan kami sehat-sehat saja, kami baik-baik saja, malah akan banyak lakukan investasi. Seperti di infrastruktur hilir yang akan dibangun terminal-terminal LPG untuk mendukung program pemerintah dalam konversi dari minyak ke LPG," pungkas Nicke.
(gus) Next Article Geser Chevron, Pertamina Bongkar Pipa-pipa Tua Blok Rokan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular