Ternyata Perang Dagang Juga Bisa Untungkan RI
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
31 July 2018 18:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China telah menciptakan ketidakpastian perdagangan global dan membuat situasi ekonomi internasional bergejolak, tanpa terkecuali Indonesia.
Namun, sejumlah ekonom justru menganggap perang dagang ini sebagai peluang yang bisa menguntungkan Indonesia. Edward Teather selaku Kepala Ekonom di UBS pun sepakat dengan pandangan tersebut.
"Ya [Indonesia bisa untung dari perang dagang]. Menyoroti empat saluran dampak perang dagang, Indonesia bisa mengubah [posisi] daya saingnya," kata Teather dalam telekonferensi dengan jurnalis hari Selasa (31/7/2018).
"Sebab tarif AS menargetkan produk impor China, artinya impor barang China di AS menjadi kurang kompetitif. Berarti, ekspor Indonesia bisa menjadi lebih kompetitif," tambahnya.
Untuk diketahui, Teather mengidentifikasi empat hal yang dapat menjadi penyalur dampak negatif dari perang dagang AS-China di negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, yaitu:
1. Dampak di ASEAN dari tarif yang AS kenakan secara global.
2. Berkurangnya permintaan agregat dari China, AS dan negara lainnya akibat tarif yang melemahkan daya beli.
3. Perubahan daya saing.
4. Penyelarasan kembali investasi rantai pasokan guna menghindari batasan perdagangan.
Lebih lanjut Teather menjelaskan perang dagang dapat mengubah investasi rantai pasokan di kawasan ASEAN karena negara-negara itu mencoba melindungi diri sebelum pelemahan nilai tukar memengaruhi perdagangan. Alhasil, Indonesia pun dapat memperoleh lebih banyak aliran penanaman modal asing (PMI) yang dapat meningkatkan daya saingnya.
"Indonesia bisa untung, tapi tentu butuh waktu. Kami melihat sesuatu yang positif untuk Indonesia ke depannya," kata Teather.
Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Dunia (World Bank/WB) Frederico Gil Sander juga mengatakan perang dagang dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekspor.
"Rekomendasi kami adalah menggunakan peluang [dari perang dagang] ini bukan untuk menutup diri, karena pada akhirnya itu [menutup diri] akan merusak diri sendiri," kata Frederico dalam wawancara khusus dengan CNBC Indonesia pertengahan bulan ini.
"Menurut saya penting untuk bereaksi tidak dengan membatasi impor, tetapi dengan memikirkan apa yang bisa dilakukan untuk memfasilitasi industri. Apakah dengan jadi lebih terbuka, lebih banyak kompetisi, mempermudah akses terhadap hasil yang mereka butuhkan, termasuk perbaikan infrastruktur yang membuat akses terhadap pasokan lebih murah," jelas Frederico.
(prm) Next Article Jangan Cemas! Dampak Perang Dagang ke RI Terbatas
Namun, sejumlah ekonom justru menganggap perang dagang ini sebagai peluang yang bisa menguntungkan Indonesia. Edward Teather selaku Kepala Ekonom di UBS pun sepakat dengan pandangan tersebut.
"Ya [Indonesia bisa untung dari perang dagang]. Menyoroti empat saluran dampak perang dagang, Indonesia bisa mengubah [posisi] daya saingnya," kata Teather dalam telekonferensi dengan jurnalis hari Selasa (31/7/2018).
Untuk diketahui, Teather mengidentifikasi empat hal yang dapat menjadi penyalur dampak negatif dari perang dagang AS-China di negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, yaitu:
1. Dampak di ASEAN dari tarif yang AS kenakan secara global.
2. Berkurangnya permintaan agregat dari China, AS dan negara lainnya akibat tarif yang melemahkan daya beli.
3. Perubahan daya saing.
4. Penyelarasan kembali investasi rantai pasokan guna menghindari batasan perdagangan.
Lebih lanjut Teather menjelaskan perang dagang dapat mengubah investasi rantai pasokan di kawasan ASEAN karena negara-negara itu mencoba melindungi diri sebelum pelemahan nilai tukar memengaruhi perdagangan. Alhasil, Indonesia pun dapat memperoleh lebih banyak aliran penanaman modal asing (PMI) yang dapat meningkatkan daya saingnya.
"Indonesia bisa untung, tapi tentu butuh waktu. Kami melihat sesuatu yang positif untuk Indonesia ke depannya," kata Teather.
Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Dunia (World Bank/WB) Frederico Gil Sander juga mengatakan perang dagang dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekspor.
"Rekomendasi kami adalah menggunakan peluang [dari perang dagang] ini bukan untuk menutup diri, karena pada akhirnya itu [menutup diri] akan merusak diri sendiri," kata Frederico dalam wawancara khusus dengan CNBC Indonesia pertengahan bulan ini.
"Menurut saya penting untuk bereaksi tidak dengan membatasi impor, tetapi dengan memikirkan apa yang bisa dilakukan untuk memfasilitasi industri. Apakah dengan jadi lebih terbuka, lebih banyak kompetisi, mempermudah akses terhadap hasil yang mereka butuhkan, termasuk perbaikan infrastruktur yang membuat akses terhadap pasokan lebih murah," jelas Frederico.
(prm) Next Article Jangan Cemas! Dampak Perang Dagang ke RI Terbatas
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular