
Internasional
Maskapai Pemerintah India Dikabarkan Gagal Bayar Utang
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
30 July 2018 18:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Tiga bank dan dua perusahaan persewaan pesawat telah mengeluarkan pemberitahuan gagal bayar (default) kepada Air India selama beberapa pekan terakhir, tulis harian Business Standard hari Senin (30/7/2018) yang dikutip Reuters. Pemberitahuan itu meningkatkan kekhawatiran tentang masalah keuangan dan kelayakan kredit maskapai milik negara tersebut.
Wells Fargo Trust Services dari Amerika Serikat (AS) dan Dubai Aerospace Enterprise (DAE), yang merupakan badan usaha milik negara Uni Emirat Arab, telah mengirimkan surat permohonan pembayaran sewa yang tertunda, kata harian tersebut dengan mengutip berbagai sumber.
DAE menolak berkomentar terkait pemberitaan ini. Air India tidak mengeluarkan komentar, sementara Wells Fargo belum bisa dihubungi.
Tiga bank dari sebuah konsorsium beranggotakan 22 bank juga menulis surat kepada Air India, sehingga meningkatkan kekhawatiran bahwa perusahaan itu berubah menjadi sebuah aset bermasalah (non-performing asset/ NPA), kata Business Standard. Tiga bank yang dimaksud tersebut adalah Standard Chartered Bank, Dena Bank, dan Bank of India Ltd.
Juru bicara Standard Chartered di India menolak untuk berkomentar. Sementara Bank of India dan Dena Bank tidak memberi respons.
Bulan lalu, India mengesampingkan rencananya untuk menjual 74% saham di Air India karena kurangnya minat dari penawar. Gagalnya rencana itu adalah rintangan terakhir dari upaya ambisius India dalam menyelamatkan maskapai bermasalah itu.
Pemerintah akan terus mendukung ketentuan keuangan dari maskapai yang merugi sembari mengupayakan sejumlah alternatif, kata Menteri Junior Penerbangan Sipil Jayant Sinha, tanpa memberi lini masa spesifik untuk rencana baru itu.
Pemerintah juga tetap tidak berkomitmen dalam menyuntikkan uang tunai ke maskapai itu setelah proses privatisasi gagal, menurut Business Standard.
"Tunggu sampai akhir Agustus. Pemerintah akan memberi kami uang kemudian kami akan membayar Anda. Tolong jangan melakukan tindakah hukum apapun...," tulis harian tersebut dengan mengutip seorang eksekutif yang bekerja di salah satu bank.
(prm) Next Article Penampakan Pesawat India Air Kejepit di Bawah Jembatan Delhi
Wells Fargo Trust Services dari Amerika Serikat (AS) dan Dubai Aerospace Enterprise (DAE), yang merupakan badan usaha milik negara Uni Emirat Arab, telah mengirimkan surat permohonan pembayaran sewa yang tertunda, kata harian tersebut dengan mengutip berbagai sumber.
DAE menolak berkomentar terkait pemberitaan ini. Air India tidak mengeluarkan komentar, sementara Wells Fargo belum bisa dihubungi.
Juru bicara Standard Chartered di India menolak untuk berkomentar. Sementara Bank of India dan Dena Bank tidak memberi respons.
Bulan lalu, India mengesampingkan rencananya untuk menjual 74% saham di Air India karena kurangnya minat dari penawar. Gagalnya rencana itu adalah rintangan terakhir dari upaya ambisius India dalam menyelamatkan maskapai bermasalah itu.
Pemerintah akan terus mendukung ketentuan keuangan dari maskapai yang merugi sembari mengupayakan sejumlah alternatif, kata Menteri Junior Penerbangan Sipil Jayant Sinha, tanpa memberi lini masa spesifik untuk rencana baru itu.
Pemerintah juga tetap tidak berkomitmen dalam menyuntikkan uang tunai ke maskapai itu setelah proses privatisasi gagal, menurut Business Standard.
"Tunggu sampai akhir Agustus. Pemerintah akan memberi kami uang kemudian kami akan membayar Anda. Tolong jangan melakukan tindakah hukum apapun...," tulis harian tersebut dengan mengutip seorang eksekutif yang bekerja di salah satu bank.
(prm) Next Article Penampakan Pesawat India Air Kejepit di Bawah Jembatan Delhi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular