
Sofjan Wanandi Ungkap Proyek Infrastruktur yang Harus Ditunda
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
26 July 2018 17:11

Jakarta, CNBC indonesia - Tim Ahli Wakil Presiden mendukung penuh rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berkeinginan menunda sejumlah proyek infrastruktur tahun depan demi mengurangi lonjakan impor.
Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi menilai, keputusan tersebut sudah tepat, mengingat persoalan yang dialami Indonesia bukanlah masalah jangka panjang melainkan jangka pendek.
"Tentu pak Jokowi lebih tahu kalau kita itu sebenarnya persoalannya adalah jangka pendek bukan jangka panjang. Jadi kalau ditunda 1 atau 2 tahun, tidak masalah," kata Sofjan kepada CNBC Indonesia, Kamis (26/7/2018).
Meski demikian, Sofjan menggaris bawahi bahwa tidak semua proyek infrastruktur besar bisa ditunda. Misalnya, seperti proyek-proyek yang memang dalam beberapa tahun terakhir sudah berjalan.
"Kita harus melihatnya proyek yang benar-benar baru, dan belum berjalan. Kalau kita menunda proyek yang sudah berjalan, itu sama saja rugi," katanya.
"Beberapa proyek yang bisa ditunda itu yang menyerap devisa terlalu besar. Salah satunya, powerplant. Itu sebenarnya bisa ditunda, karena kita belum ada transmisinya juga," ungkapnya.
Sofjan tak memungkiri, rencana kepala negara itu tentu akan memberikan pengaruh terhadap akselerasi belanja pemerintah, terutama belanja infrastruktur yang dalam beberapa tahun terakhir digenjot maksimal.
Namun, persoalan defisit neraca perdagangan yang pada berujung pada melebarnya transaksi berjalan merupakan priorias dalam jangka pendek. Rencana ini pun disebut tak terlalu menganggu aktivitas ekonomi.
"Saya pikir ini tujuannya untuk memperbaiki neraca perdagangan. Pada prinsipnya, kami dukung," tegasnya.
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika saat berkunjung ke markas Transmedia mengakui, ada beberapa proyek infrastruktur besar pada tahun depan yang kemungkinan akan ditunda meskipun tidak akan dibiarkan mangkrak.
Rencana tersebut, tak lepas dari lonjakan impor yang dalam beberapa bulan terakhir memberikan pengaruh terhadap defisit transaksi berjalan (CAD). Kebutuhan dolar AS untuk impor, pada akhirnya menjadi salah satu faktor pelemahan rupiah.
Bank Indonesia (BI) sendiri tak memungkiri, defisit transaksi berjalan Indonesia tahun ini tekor cukup besar. Bank sentral memperkirakan, defisit transaksi berjalan sepanjang tahun ini berada di atas US$ 25 miliar.
(dru) Next Article Proyek Kereta Api Makassar-Parepare Ditawarkan ke Swasta
Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi menilai, keputusan tersebut sudah tepat, mengingat persoalan yang dialami Indonesia bukanlah masalah jangka panjang melainkan jangka pendek.
"Tentu pak Jokowi lebih tahu kalau kita itu sebenarnya persoalannya adalah jangka pendek bukan jangka panjang. Jadi kalau ditunda 1 atau 2 tahun, tidak masalah," kata Sofjan kepada CNBC Indonesia, Kamis (26/7/2018).
"Kita harus melihatnya proyek yang benar-benar baru, dan belum berjalan. Kalau kita menunda proyek yang sudah berjalan, itu sama saja rugi," katanya.
"Beberapa proyek yang bisa ditunda itu yang menyerap devisa terlalu besar. Salah satunya, powerplant. Itu sebenarnya bisa ditunda, karena kita belum ada transmisinya juga," ungkapnya.
Sofjan tak memungkiri, rencana kepala negara itu tentu akan memberikan pengaruh terhadap akselerasi belanja pemerintah, terutama belanja infrastruktur yang dalam beberapa tahun terakhir digenjot maksimal.
Namun, persoalan defisit neraca perdagangan yang pada berujung pada melebarnya transaksi berjalan merupakan priorias dalam jangka pendek. Rencana ini pun disebut tak terlalu menganggu aktivitas ekonomi.
"Saya pikir ini tujuannya untuk memperbaiki neraca perdagangan. Pada prinsipnya, kami dukung," tegasnya.
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika saat berkunjung ke markas Transmedia mengakui, ada beberapa proyek infrastruktur besar pada tahun depan yang kemungkinan akan ditunda meskipun tidak akan dibiarkan mangkrak.
Rencana tersebut, tak lepas dari lonjakan impor yang dalam beberapa bulan terakhir memberikan pengaruh terhadap defisit transaksi berjalan (CAD). Kebutuhan dolar AS untuk impor, pada akhirnya menjadi salah satu faktor pelemahan rupiah.
Bank Indonesia (BI) sendiri tak memungkiri, defisit transaksi berjalan Indonesia tahun ini tekor cukup besar. Bank sentral memperkirakan, defisit transaksi berjalan sepanjang tahun ini berada di atas US$ 25 miliar.
(dru) Next Article Proyek Kereta Api Makassar-Parepare Ditawarkan ke Swasta
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular