
Internasional
Perang Dagang Pengaruhi Pendapatan Harley-Davidson
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
24 July 2018 09:10

Chicago, CNBC Indonesia - Harley-Davidson Inc pada hari Selasa (24/7/2018) akan memberikan investor pandangan baru mengenai dampak dari konflik perdagangan dan dolar yang kuat terhadap keuntungannya, dan analis telah bersiap untuk menerima berita buruk dan lebih banyak pemotongan biaya.
Rata-rata analis yang disurvei oleh Reuters memproyeksikan perusahaan yang berbasis di Milwaukee, Wisconsin itu akan melaporkan laba sebesar US$1,34 per saham, turun dari US$1,48 per saham yang dilaporkan pada periode yang sama tahun lalu.
Laporan pendapatan itu dibuat beberapa minggu setelah Harley mengumumkan rencana untuk memindahkan produksi sepeda motor untuk Uni Eropa dari Amerika Serikat ke pabri luar negerinya untuk menghindari tarif bea masuk yang dikenakan oleh blok perdagangan sebagai pembalasan atas tarif Trump pada impor baja dan aluminium.
Untuk mengimbangi penurunan permintaan di dalam negeri, Harley bermaksud untuk meningkatkan penjualan sepeda motor luar negeri hingga 50% dari volume tahunan, dari yang sekitar 43%. Karena Uni Eropa menyumbang pendapatan tertinggi kedua setelah Amerika Serikat, maka wilayah ini merupakan bagian penting dari strategi pertumbuhannya.
Namun, keputusan untuk mengalihkan produksi ke luar negeri memicu kemarahan Presiden Donald Trump, yang mengancam akan memberlakukan pajak yang lebih tinggi terhadap perusahaan dan memperingatkan serangan balasan ke publik jika Harley melanjutkan rencana tersebut.
(roy/roy) Next Article Senjata Makan Tuan, Tarif AS Paksa Harley Pindahkan Pabrik
Rata-rata analis yang disurvei oleh Reuters memproyeksikan perusahaan yang berbasis di Milwaukee, Wisconsin itu akan melaporkan laba sebesar US$1,34 per saham, turun dari US$1,48 per saham yang dilaporkan pada periode yang sama tahun lalu.
Untuk mengimbangi penurunan permintaan di dalam negeri, Harley bermaksud untuk meningkatkan penjualan sepeda motor luar negeri hingga 50% dari volume tahunan, dari yang sekitar 43%. Karena Uni Eropa menyumbang pendapatan tertinggi kedua setelah Amerika Serikat, maka wilayah ini merupakan bagian penting dari strategi pertumbuhannya.
Namun, keputusan untuk mengalihkan produksi ke luar negeri memicu kemarahan Presiden Donald Trump, yang mengancam akan memberlakukan pajak yang lebih tinggi terhadap perusahaan dan memperingatkan serangan balasan ke publik jika Harley melanjutkan rencana tersebut.
Namun Trump tidak menentukan bagaimana ia bisa menargetkan Harley-Davidson dengan pajak yang lebih tinggi, dan tidak ada tindakan yang diambil sejak ia membuat ancaman pada akhir Juni.
Harley memiliki fasilitas perakitan di India dan Brasil, dan diperkirakan akan meluncurkan pabrik perakitan di Thailand pada bulan September.
Kejatuhan dari kebijakan perdagangan ketat Washington telah memperparah kesibukan perusahaan yang telah bergulat dengan basis pelanggan yang menua, serta permintaan yang lemah dari pembeli yang lebih muda dan diskon yang ditawarkan oleh para pesaingnya.
Akhir bulan lalu, Harley memperkirakan bahwa tarif Uni Eropa akan merugikan perusahaan sekitar US$30 juta (£ 22,90 juta) menjadi US$45 juta untuk sisa 2018 dan US$90 juta-US$100 juta setiap tahun penuh.
Jumlah itu akan melampaui tambahan US$15 juta-US$20 juta yang perusahaan perkirakan harus di keluarkan untuk membayar bahan baku tahun ini karena meningkatnya biaya baja dan aluminium akibat tarif bea masuk Trump pada impor.
Dilansir dari Reuters, Harley masih menjadi pemain dominan di pasar sepeda motor kelas berat di Amerika Serikat, tetapi pangsa pasarnya terus menurun, menjadi 50,4% dari 58% pada 2013.
Pada bulan Januari, perusahaan mengumumkan penutupan pabrik di Kansas City, Missouri, setelah penjualan sepeda motornya jatuh ke level terendah dalam enam tahun.
Analis di Goldman Sachs dan Bernstein memproyeksikan penjualan ritel AS perusahaan itu akan turun 7% pada kuartal Juni setelah penurunan tahunan 12% pada kuartal pertama. Analis Goldman mengatakan, "Harley dapat terus merasionalisasi bisnis AS sepanjang tahun."
Saham Harley-Davidson telah anjlok sekitar 8% sejak awal Maret ketika perang dagang antara Amerika Serikat dan Uni Eropa dimulai, dan turun lebih dari 22% sejak akhir Desember 2017.
Harley memiliki fasilitas perakitan di India dan Brasil, dan diperkirakan akan meluncurkan pabrik perakitan di Thailand pada bulan September.
Kejatuhan dari kebijakan perdagangan ketat Washington telah memperparah kesibukan perusahaan yang telah bergulat dengan basis pelanggan yang menua, serta permintaan yang lemah dari pembeli yang lebih muda dan diskon yang ditawarkan oleh para pesaingnya.
Akhir bulan lalu, Harley memperkirakan bahwa tarif Uni Eropa akan merugikan perusahaan sekitar US$30 juta (£ 22,90 juta) menjadi US$45 juta untuk sisa 2018 dan US$90 juta-US$100 juta setiap tahun penuh.
Jumlah itu akan melampaui tambahan US$15 juta-US$20 juta yang perusahaan perkirakan harus di keluarkan untuk membayar bahan baku tahun ini karena meningkatnya biaya baja dan aluminium akibat tarif bea masuk Trump pada impor.
Dilansir dari Reuters, Harley masih menjadi pemain dominan di pasar sepeda motor kelas berat di Amerika Serikat, tetapi pangsa pasarnya terus menurun, menjadi 50,4% dari 58% pada 2013.
Pada bulan Januari, perusahaan mengumumkan penutupan pabrik di Kansas City, Missouri, setelah penjualan sepeda motornya jatuh ke level terendah dalam enam tahun.
Analis di Goldman Sachs dan Bernstein memproyeksikan penjualan ritel AS perusahaan itu akan turun 7% pada kuartal Juni setelah penurunan tahunan 12% pada kuartal pertama. Analis Goldman mengatakan, "Harley dapat terus merasionalisasi bisnis AS sepanjang tahun."
Saham Harley-Davidson telah anjlok sekitar 8% sejak awal Maret ketika perang dagang antara Amerika Serikat dan Uni Eropa dimulai, dan turun lebih dari 22% sejak akhir Desember 2017.
(roy/roy) Next Article Senjata Makan Tuan, Tarif AS Paksa Harley Pindahkan Pabrik
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular